Pura Kerta Kawat

Salah Satu Pura Unik di Bali Utara

Pulau Seribu Pura. Begitulah para wisatawan domestik maupun mancanegara menyebut Pulau Bali. Sebuah pulau yang dihuni mayoritas oleh pemeluk Agama Hindu. Masing-masing pura yang dibangun dengan kokoh di setiap daerah memiliki ciri khas atau hal yang membuatnya unik. Bali Utara, sebagai salah satu wilayah yang kaya akan potensi wisata juga memilikinya. Salah satu pura unik di Bali Utara dikenal dengan nama Pura Kerta Kawat.

Pura Kerta Kawat terletak di Dusun Banyu Poh, Kecamatan Gerokgak, Kabupeten Buleleng. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari kota Singaraja dan sekitar 30 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk. Jika berangkat dari Bandara Ngurah Rai, maka dibutuhkan waktu sekitar 3,5 jam perjalanan menuju lokasi ini. Namun, anda tak perlu khawatir dengan rasa bosan selama perjalanan karena mata anda akan dimanjakan dengan suasana hijau hutan bedugul lengkap dengan tingkah lucu kera-keranya, serta perkebunan dan persawahan warga Kecamatan Seririt dan Banjar.

 

Lokasi tempat sembahyang Agama Hindu yang eksotis ini memang agak jauh dari jalan raya. Ketika petunjuk jalan menuju Pura Kerta Kawat telah anda temukan di simpang tiga jalan raya, maka anda hanya perlu masuk sekitar 600 meter ke arah selatan. Jadi, konsentrasi anda untuk beribadah ataupun hanya sekedar mengagumi keindahannya tak akan terganggu dengan suara bising dari kendaraan-kendaraan yang melintas.

Meskipun terletak di Kabupaten Buleleng, namun terlihat beberapa hal yang membuatnya menjadi sebuah pura unik di Bali Utara. Pertama, ketika anda tiba di depan Pura Kerta Kawat, anda akan melihat sebuah candi bentar megah lengkap dengan ukiran khas Bali pada permukaannya. Hal yang membuatnya terlihat lebih istimewa, adalah latar belakang berupa suasana perbukitan terjal yang begitu menawan.

Keunikan kedua dapat anda lihat dari bentuk pelinggih-pelinggih yang ada di dalamnya. Meskipun berada di Bali Utara, bentuk pelinggih di pura ini hampir sama dengan pelinggih-pelinggih yang tereletak di Bali Selatan.

Keunikan ketiga dapat anda lihat dari tata letak yang tidak seperti pura lain di Bali. Jika biasanya pura dibagi berdasarkan tiga bagian, tidak demikian dengan Pura Kerta Kawat yang tidak memiliki wilayah jaba tengah. Sehingga begitu anda masuk, anda sudah tiba di halaman paling dalam atau yang dikenal dengan istilah jeroan.

Keunikan lainnya adalah fungsinya yang digunakan untuk memuja Bhatara I Dewa Mentang Yuda atau Bhatara Ngertanin Jagat sebagai dewa yang mengatur dan melimpahkan kesejahteraan kepada dunia. Kini, dewa tersebut lebih dikenal dengan nama Ida Bhatara Hakim Agung. Kepercayaan itulah yang menyebabkan banyak orang datang ke sini.

Biasanya orang yang bersembahyang di sini merupakan pejabat, orang yang hendak meraih jabatan, ataupun orang yang telah menunaikan tugasnya setelah menjabat di pemerintahan. Karena mereka percaya bahwa selain mengandalkan kemampuan diri sendiri, memohon berkah, petunjuk dan bimbingan dari-Nya akan memantapkan langkah mereka dalam mencapai tujuan karir.

Peraturan untuk memasuki Pura Kerta Kawat sama dengan peraturan untuk memasuki pura lain, yaitu berpakaian sopan, menggunakan kain dan selendang, serta bagi perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan untuk masuk.

Pura Kerta Kawat Diburu Para Pejabat

Para pejabat atau orang yang hendak meraih jabatan, sepatutnya tak lupa tangkil ke Pura Kerta Kawat. Ida Bhatara I Dewa Mentang Yuda atau lumrah disebut Ida Bhatara Hakim Agung yang berstana di sini diyakini mampu memberi kasukertan jagat.

Bila Anda menyebut nama pura di Buleleng, Pura Pulaki jelas tak pernah terlupakan. Pura yang berlokasi Buleleng Barat ini, memang dikenal sebagai satu pura yang kerap disinggahi orang-orang, lebih-lebih yang melintasi di pinggir pantai jalur Jalan Raya Gerokgak–Gilimanuk, sebelum sampai mereka seolah-olah wajib berhenti sejenak di depan Pura Pulaki. Di tempat suci berkategori Dang Kahyangan ini, sesuai Purana Pulaki terkait dengan perjalanan Danghyang Dwijendra yang di Bali juga berjuluk Padanda Sakti Wawu Rauh, rohaniwan dari Jawa Timur, di tanah Bali abad ke-16, mereka mencakupkan tangan, mohon pada Hyang Mahadewi penguasa di Pura Pulaki supaya diberikan keselamatan dalam perjalanan. Lazimnya pura sad kahyangan, dang kahyangan , maupun kahyangan jagat lain, maka Pura Pulaki juga memiliki beberapa pura pasanakan (kerabat). Lokasinya berada di empat arah mata angin. Satu di antaranya Pura Kerta Kawat.

Sama halnya dengan Pura Pulaki, tempat suci yang berlokasi di tengah tegalan, pada kaki bebukitan nan menjulang ini juga dikenal sebagai peninggalan Danghyang Dwijendra. Sesuai tersurat dalam buku Purana Pura Pulaki yang diterbitkan Dinas Kebudayaan Propinsi Bali pada 10 Oktober 2003, Pura Kerta Kawat posisinya berada di sisi timur sebagai stana Bhatara I Dewa Mentang Yuda atau Bhatara Ngertanin Jagat kini lumrah disebut Ida Batara Hakim Agung. Sebagai tempat berstana Ida Batara Ngertanin Jagat, tentu manifestasi Tuhan yang berstana di Kerta Kawat mampu memberi kesejahteraan dan keadilan pada masyarakat.

Kepercayaan itu pula yang mendasari hingga banyak orang datang ke Pura Kerta Kawat. Di Bali, demikian pula berbagai daerah lainnya di Indonesia, seseorang yang hendak meraih jabatan dan menunaikan tugas setelah menjabat di pemerintahan maupun swasta, mereka merasa tak cukup percaya mengandalkan kemampuan diri. Berbekal keahlian semata. Guna lebih memantapkan langkah dalam mencapai tujuan, kerap pula menempuh jalan niskala . Memohon berkah, petunjuk dan bimbingan dari Hyang Mahaagung. Mereka berkeyakinan beberapa tempat suci, di antaranya Pura Kerta Kawat, dirasakan cocok sebagai tempat memohon berkah seperti itu.

Penangkilan bukan saja dari daerah Bali Utara (Buleleng). Tak sedikit pula berasal dari berbagai wilayah di Bali Selatan dan Bali Tengah serta pamedek dari luar Bali juga ada. Warga yang tangkil ke Pura Kerta Kawat memang tak semata-mata untuk mempertahankan jabatan atau meraih posisi penting di pemerintahan. Banyak pula yang sekadar mohon keselamatan dari Ida Bhatara Hakim Agung.

Berdasarkan fungsinya, Pura Kerta Kawat beserta pasanakan Pura Agung Pulaki, lebih teridentifikasi sebagai pura fungsional, artinya disesuaikan dengan profesi dan fungsi masing-masing. Pura Melanting misalkan, di samping pemedek umum, diyakini pula sebagai satu tempat suci yang mampu mendatangkan rezeki bagi pedagang. Maka, orang-orang yang berprofesi sebagai pedagang, pebisnis dan penjual jasa banyak tangkil ke pura ini. Begitu pula yang dapat diamati pada Pura Kerta Kawat.

Masih sedikit sumber yang menyebutkan keberadaan Pura Kerta Kawat. Demikian pula data dari masyarakat pangempon, Pura Kerta Kawat diempon warga desa pakraman se-Kecamatan Seririt dan Gerokgak, tepatnya yang berdiam dari sebelah timur Cekik (Jembrana) dan sebelah barat Tukad Saba, tiada banyak bisa dijelaskan.

Mereka hanya tahu bertanggung jawab terhadap segala kegiatan di Pura Kerta Kawat dan pasanakan Pura Agung Pulaki lain, seperti terhadap penyelenggaraan piodalan yang dilaksanakan bersamaan dengan Pura Agung Pulaki, selama tujuh hari. Bedanya, puncak karya dilakukan secara berjenjang. Karya bertepatan dengan Purnama Kapat.

Piodalan di pura pasanakan, termasuk di Kerta Kawat, mengikuti upacara di Pulaki, dilakukan dua hari setelah Purnama Kapat, pada pangelong ping kalih. Pada Purnama Kapat puncak karya di Pura Pulaki, keesokan harinya di Pura Melanting, hari kedua di Kerta Kawat, panglong ping tiga puncak piodalan di Pemuteran, dan terakhir di Pura Pabean.

Bangunan suci di sini tak terlalu banyak. Gedong yang berada di tengah-tengah merupakan palinggih pokok di Pura Kerta Kawat. Di sini berstana Ida Bhatara Hakim Agung atau Bhatara Ngertaning Jagat. Kemudian ada padmasana sebagai stana Ida Bhatara Luhuring Akasa. Di samping kanan kiri gedong ada palinggih bale sidang yang diyakini warga sebagai tempat menggelar sidang.

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat!

Berbagai Sumber | Google Images | Youtube | Support become Patreon
Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual,