Categories: Bhagawad Gita

Aksara Brahma Yoga -Bhagavad Gita – Sansekerta – Terjemahan Indonesia Bab 8

Bab 8
Aksara Brahma Yoga

8.1
Arjuna uvaca
kim´ tad brahma kim adhyatmam´
kim´ karma purusottama
adhibhutam´ ca kim´ proktam
adhidaivam´ kim ucyate

Arjunah uvaca—Arjuna berkata; kim—apa; tat—itu; brahma—Brahman; kim—apa; adhyatmam—sang diri; kim—apa; karma—kegiatan untuk membuahkan hasil; purusa-uttama—o Kepribadian Yang Paling Utama; adhibhutam—manifestasi material; ca—dan; kim—apa; proktam—disebut; adhidaivam—para dewa; kim—apa; ucyate—disebut.

Terjemahan
Arjuna berkata: O Tuhan Yang Maha Esa, o Kepribadian Yang Paling Utama, apa arti Brahman Apa itu sang diri Apa arti kegiatan untuk membuahkan hasil Apa arti manifestasi material ini Apa arti para dewa Mohon menjelaskan hal-hal ini kepada hamba.

Penjelasan
Dalam bab ini Sri Krishna menjawab berbagai pertanyaan dari Arjuna, mulai dengan pertanyaan Apa itu Brahman” Krishna juga menjelaskan karma (kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala), bhakti serta prinsip-prinsip yoga, dan bhakti dalam bentuknya yang murni. Dalam Srimad-Bhagavatam, dijelaskan bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama disebut Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Di samping itu, makhluk hidup, roh yang individual, juga disebut Brahman. Arjuna juga bertanya tentang atma, yang berarti badan, sang roh dan pikiran. Menurut kamus Veda, atma menunjukkan pikiran, roh, badan dan indera-indera.
Arjuna menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Purusottama, Kepribadian Yang Paling Utama, yang berarti bahwa Arjuna mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya kepada seorang kawan, tetapi kepada Kepribadian Yang Paling Utama, dengan mengenal Beliau sebagai Penguasa tertinggi yang sanggup memberi jawaban yang pasti.

8.2
adhiyajñah katham´ ko ‘tra
dehe ‘smin madhusudana
prayana-kale ca katham´
jñeyo ‘si niyatatmabhih

adhiyajñah—Penguasa korban suci; katham—bagaimana; kah—siapa; atra—di sini; dehe—dalam badan; asmin—ini; Madhusudana—o Madhusudana; prayana-kale—pada waktu meninggal; ca—dan; katham—bagaimana; jneyah asi—Anda dapat dikenal; niyata-atmabhih—oleh orang yang mengendalikan diri.

Terjemahan
Siapakah Penguasa korban suci, dan bagaimana cara Beliau bersemayam di dalam badan, wahai Madhusudana Bagaimana cara orang yang tekun dalam bhakti dapat mengenal Anda pada saat meninggal

Penjelasan
“Penguasa korban suci” juga bisa berarti Indra atau Visnu. Visnu adalah Yang Paling Utama di antara dewa-dewa utama, termasuk Brahma dan Siva, dan Indra adalah pemimpin para dewa yang menjadi administrator. Indra dan Visnu disembah dalam pelaksanaan yajña. Tetapi di sini Arjuna bertanya siapa sebenarnya Penguasa yajña (korban suci) dan bagaimana cara Tuhan bersemayam di dalam badan makhluk hidup.
Arjuna menyebut nama Tuhan sebagai Madhusudana karena Krishna pernah membunuh seorang raksasa yang bernama Madhu. Sebenarnya pertanyaan pertanyaan ini, mencerminkan keragu-raguan, yang seharusnya tidak timbul di dalam pikiran Arjuna, sebab Arjuna adalah penyembah yang sadar akan Krishna. Karena itu, keragu-raguan tersebut adalah seperti raksasa. Oleh karena Krishna sangat ahli membunuh raksasa, di sini Arjuna menyebutkan Krishna sebagai Madhusudana agar Krishna membunuh keragu-raguan yang telah timbul di dalam pikiran Arjuna bagaikan seorang raksasa.
Kata prayana-kale dalam ayat ini bermakna sekali, sebab apapun yang kita lakukan dalam hidup ini akan diuji pada saat meninggal. Arjuna ingin sekali mengetahui tentang orang yang senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna. Bagaimana seharusnya kedudukan mereka pada saat terakhir Pada saat kematian, semua fungsi badan menjadi kacau, dan keadaan pikiran tidak sebagaimana mestinya. Kalau seseorang diganggu oleh keadaan jasmani seperti itu, mungkin ia tidak dapat ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maharaja Kulasekhara, seorang penyembah yang mulia, berdoa, Tuhan yang hamba cintai, saat ini hamba sehat saja. Karena itu, lebih baik hamba segera meninggal dunia supaya angsa pikiranku dapat memasuki tangkai kaki padmaMu.” Contoh tersebut digunakan sebab burung angsa, sejenis burung air, senang menggali pada tangkai bunga padma; burung angsa cenderung suka masuk ke dalam bunga padma. Maharaja Kulasekhara berdoa kepada Tuhan, Sekarang pikiran hamba tidak terganggu, dan hamba sehat saja. Kalau hamba segera meninggal dunia, sambil berpikir tentang kakipadma Mu, pasti pelaksanaan bhakti hamba kepada Anda akan menjadi sempurna. Tetapi kalau hamba harus menunggu sampai hamba meninggal secara wajar, hamba tidak mengetahui apa yang akan terjadi, sebab pada saat itu fungsi-fungsi badan akan terganggu, tenggorokan hamba akan tersendat-tersendat, dan hamba tidak mengetahui apakah hamba dapat mengucapkan nama suci Anda. Lebih baik hamba segera meninggal dunia.” Arjuna bertanya bagaimana seseorang dapat memusatkan pikirannya kepada kakipadma Krishna pada saat seperti itu.

8.3
sri-bhagavan uvaca
aksaram´ brahma paramam´
svabhavo ‘dhyatmam ucyate
bhuta-bhavodbhava-karo
visargah karma-sam´jñitah

Sri-bhagavan uvaca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; aksaram—tidak dapat dimusnahkan; brahma—Brahman; paramam—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; sva-bhavah—sifat kekal; adhyatmam—sang diri; ucyate—disebut; bhuta-bhava-udbhava-karah—menghasilkan badan-badan jasmani para makhluk hidup; visargah—ciptaan; karma—kegiatan yang dimaksud untuk membuahkan hasil atau pahala; sam´jñitah—disebut.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Makhluk hidup yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat rohani disebut Brahman, dan sifatnya yang kekal disebut adhyatma, atau sang diri. Perbuatan berhubungan dengan perkembangan badan-badan jasmani para makhluk hidup disebut karma atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.

Penjelasan
Brahman tidak dapat dimusnahkan dan berada untuk selamanya. Kedudukan dasar Brahman tidak pernah berubah sama sekali. Tetapi di luar Brahman ada Parabrahman. Brahman berarti makhluk hidup, dan Parabrahman berarti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan dasar makhluk hidup berbeda dari kedudukan yang diambilnya di dunia material. Bila kesadaran makhluk hidup bersifat material, menurut sifatnya dia berusaha menjadi penguasa alam, tetapi bila kesadarannya rohani, yaitu sadar akan Krishna, kedudukannya ialah pengabdian diri kepada Yang Mahakuasa. Bila kesadaran makhluk hidup bersifat meterial, ia harus menerima berbagai jenis badan di dunia material. Itu disebut karma, atau berbagai jenis ciptaan menurut kekuatan kesadaran material.
Dalam sastra Veda, makhluk hidup disebut jivatma dan Brahman, tetapi dia tidak pernah disebut Parabrahman. Makhluk hidup (jivatma) mengambil berbagai kedudukan—kadang-kadang ia menunggal di dalam alam material yang gelap dan mempersamakan Diri-Nya dengan alam, dan kadang-kadang ia mempersamakan Diri-Nya dengan alam utama atau alam rohani. Karena itu, makhluk hidup disebut tenaga pinggir Tuhan Yang Maha Esa. Dia menerima badan material atau badan rohani bergantung pada apakah dia mempersamakan Diri-Nya dengan alam material atau alam rohani. Di alam material, dia dapat mengambil badan dari salah satu di antara 8.400.000 jenis kehidupan, tetapi di alam rohani, badannya satu saja. Di alam material ia kadang-kadang berwujud sebagai manusia, dewa, binatang, burung, dan sebagainya, menurut karmanya. Untuk mencapai planet-planet material yang disebut surga dan menikmati fasilitas di sana, kadang-kadang ia melakukan korban suci (yajña), tetapi bila pahala dari perbuatannya habis, dia kembali lagi ke bumi dalam bentuk seorang manusia. Proses ini disebut karma.
Dalam Chandogya Upanisad, proses korban suci dalam Veda diuraikan. Lima jenis persembahan dihaturkan ke dalam lima jenis api di tempat menghaturkan korban suci. Lima jenis api dipahami sebagai planet-planet surga, awan, bumi, pria dan wanita, dan lima jenis persembahan korban suci adalah kepercayaan, kepribadian yang menikmati di bulan, hujan, biji-bijian dan air mani.
Dalam proses korban suci, makhluk hidup menghaturkan korban khusus untuk mencapai planet-planet surga tertentu, dan dengan demikian ia mencapai planet-planet itu. Bila pahala korban suci habis, makhluk hidup turun ke bumi dalam bentuk hujan, kemudian mengambil bentuk sebagai biji-bijian. Biji-bijian itu dimakan oleh seorang manusia dan diubah menjadi air mani, yang menyebabkan seorang wanita hamil. Dengan demikian, sekali lagi makhluk hidup mencapai bentuk manusia untuk melakukan korban suci dan mengulangi perputaran yang sama dengan cara tersebut. Seperti inilah makhluk hidup datang dan pergi untuk selamanya dalam menempuh jalan material. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna menghindari korban-korban suci seperti yang tersebut di atas. Dia mulai melakukan kesadaran Krishna secara langsung, dan dengan demikian ia mempersiapkan diri untuk kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Para penafsir Bhagavad-gita yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dengan cara yang tidak masuk akal menduga bahwa Brahman mengambil bentuk jiva di dunia material, dan untuk membuktikan dugaan ini mereka menyebutkan Bab Lima Belas, ayat tujuh, dari Bhagavad-gita. Tetapi dalam ayat ini Krishna juga membicarakan makhluk hidup sebagai Bagian percikan yang kekal dari Diri-Ku.” bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu makhluk hidup, barangkali jatuh ke dalam dunia material, tetapi Tuhan Yang Maha Esa (Acyuta) tidak pernah jatuh. Karena itu, dugaan tersebut bahwa Brahman yang Paling Utama mengambil bentuk sebagai jiva tidak dapat diterima. Dalam sastra Veda, Brahman (makhluk hidup) dibedakan dari Parabrahman (Tuhan Yang Maha Esa). Kenyataan ini penting dan harus diingat.

8.4
adhibhutam´ ksaro bhavah
purusas cadhidaivatam
adhiyajño ‘ham evatra
dehe deha-bhrtam´ vara

adhibhutam—manifestasi alam ini; ksarah—berubah senantiasa; bhavah—sifat; purusah—bentuk semesta termasuk semua dewa, seperti matahari dan bulan; ca—dan; adhidaivatam—disebut adidaiva; adhiyajñah—Roh Yang Utama; aham—Aku (Krishna); eva—pasti; atra—dalam ini; dehe—badan; dehabhrtam—dari yang berada di dalam badan; vara—wahai yang paling baik.

Terjemahan
Wahai yang paling baik di antara para makhluk yang berada di dalam badan, alam, yang berubah senantiasa, disebut adhi-bhuta [manifestasi material]. Bentuk semesta Tuhan, termasuk semua dewa, seperti dewa matahari dan dewa bulan, disebut adhi-daiva. Aku, Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud sebagai Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk yang berada di dalam badan, disebut adhi-yajna [Penguasa korban suci].

Penjelasan
Alam ini senantiasa berubah. Badan-badan material pada umumnya mengalami enam tahap: Badan-badan itu dilahirkan, tumbuh, tahan selama beberapa waktu, menghasilkan sesuatu, merosot, dan kemudian lenyap. Alam ini disebut adhi-bhuta. Alam ini diciptakan pada saat tertentu dan akan dilebur pada saat tertentu. Paham bentuk semesta Tuhan Yang Maha Esa, termasuk semua dewa dan berbagai planet para dewa, disebut adhi-daivata. Roh Yang Utama berada di dalam badan mendampingi roh yang individual. Roh Yang Utama adalah perwujudan yang berkuasa penuh dari Sri Krishna. Roh Yang Utama disebut Paramatma atau adhi-yajna dan Beliau bersemayam di dalam hati. Kata eva mempunyai makna khusus berhubungan dengan ayat ini, sebab dengan kata ini Krishna menggarisbawahi bahwa Paramatma tidak berbeda dari Diri-Nya. Roh Yang Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bersemayam di sisi roh yang individual, Roh Yang Utama menyaksikan kegiatan roh yang individual dan Beliau adalah sumber berbagai jenis kesadaran sang roh. Roh Yang Utama memberi kesempatan kepada roh yang individual untuk bertindak secara bebas dan Beliau menyaksikan kegiatan makhluk hidup itu. Fungsi-fungsi berbagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa tersebut menjadi jelas dengan sendirinya bagi seorang penyembah murni yang sadar akan Krishna dan tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan. Bentuk semesta Tuhan yang besar sekali disebut adhi-daivata. Bentuk itu direnungkan oleh orang yang baru mulai belajar dan belum dapat mendekati Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Roh Yang Utama. Seorang murid yang baru mulai belajar dianjurkan merenungkan bentuk semesta, atau virat-purusa. Planet-planet yang rendah dianggap sebagai kaki virat-purusa. Matahari dan bulan dianggap sebagai mata Beliau, dan susunan planet yang lebih tinggi sebagai kepala-Nya.

8.5
anta-kale ca mam eva
smaran muktva kalevaram
yah prayati sa mad-bhavam´
yati nasty atra sam´sayah

anta-kale—pada akhir hidup; ca—juga; mam—Aku; eva—pasti; smaran—ingat; muktva—meninggalkan; kalevaram—badan; yah—dia yang; prayati—pergi; sah—dia; mat-bhavam—sifat-Ku; yati—mencapai; na—tidak; asti—ada; atra—di sini; sam´sayah—keragu-raguan.

Terjemahan
Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat ajalnya sambil ingat kepada-Ku, segera mencapai sifat-Ku. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.

Penjelasan
Dalam ayat ini, pentingnya kesadaran Krishna ditegaskan. Siapapun yang meninggalkan badannya dalam kesadaran Krishna segera dipindahkan ke alam rohani Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah Yang Mahasuci. Karena itu, siapapun yang senantiasa sadar akan Krishna juga paling suci di antara semua orang suci. Kata smaran (ingat”) penting dalam ayat ini. Roh yang tidak suci yang belum mempraktekkan kesadaran Krishna dalam bhakti tidak mungkin ingat kepada Krishna. Karena itu, hendaknya orang berlatih kesadaran Krishna sejak awal kehidupannya. Kalau seseorang ingin mencapai sukses pada akhir riwayatnya, proses ingat kepada Krishna adalah syarat mutlak. Karena itu, hendaknya orang senantiasa mengucapkan mahamantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare secara terus menerus. Sri Caitanya Mahaprabhu menganjurkan supaya seseorang bersikap toleransi seperti sebatang pohon (taror iva sahisnuna). Barangkali ada begitu banyak rintangan yang harus dihadapi oleh orang yang sedang mengucapkan mantra Hare Krishna. Walaupun demikian, ia harus tahan terhadap segala rintangan itu, dan terus mengucapkan Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare, supaya pada akhir riwayatnya ia dapat memperoleh manfaat yang sempurna dari kesadaran Krishna.

8.6
yam´ yam´ vapi smaran bhavam´
tyajaty ante kalevaram
tam´ tam evaiti kaunteya
sada tad-bhava-bhavitah

yam yam—apapun; va api—sama sekali; smaran—ingat; bhavam—sifat; tyajati—meninggalkan; ante—pada akhir; kalevaram—badan ini; tam tam—seperti itu juga; eva—pasti; eti—mendapat; kaunteya—wahai putera Kunti ; sada—selalu; tat—itu; bhava—keadaan hidup; bhavitah—ingat.

Terjemahan
Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya, wahai putera Kunti .

Penjelasan
Proses mengubah sifat orang pada saat kematian yang sangat menentukan dijelaskan di sini. Orang yang meninggalkan badannya pada akhir riwayatnya sambil berpikir tentang Krishna akan mencapai alam rohani Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak benar bahwa orang yang memikirkan sesuatu selain Krishna akan mencapai keadaan rohani yang sama. Hendaknya kita memperhatikan kenyataan ini dengan seksama sekali. Bagaimana cara seseorang dapat meninggal dunia dengan keadaan pikiran yang benar Walaupun Maharaja Bharata adalah kepribadian yang mulia, beliau memikirkan seekor rusa pada akhir riwayatnya, dan sebagai akibatnya dalam penjelmaan berikutnya ia diubah sehingga memiliki badan seekor rusa. Setelah menjadi rusa, dia tetap mengenang kegiatannya pada masa lampau, namun dia terpaksa menerima badan sebagai binatang seperti itu. Tentu saja pikiran seseorang selama kehidupannya, menumpuk untuk mempengaruhi pikirannya pada saat ia meninggal. Jadi, kehidupan ini menciptakan penjelmaan yang akan datang. Kalau dalam kehidupan sekarang seseorang hidup dalam sifat kebaikan dan selalu berpikir tentang Krishna, dimungkinkan ia dapat ingat kepada Krishna pada akhir riwayatnya. Kalau ia ingat kepada Krishna pada akhir riwayatnya, itu akan membantu Diri-Nya untuk dipindahkan ke alam rohani Krishna. Kalau seseorang khusuk berpikir secara rohani dalam pengabdian kepada Krishna, maka badan berikutnya akan bersifat rohani (spiritual), bukan material. Karena itu, cara mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare adalah cara terbaik untuk mencapai sukses dalam mengubah keadaan hidup pada akhir riwayat.

8.7
tasmat sarvesu kalesu
mam anusmara yudhya ca
mayy arpita-mano-buddhir
mam evaisyasy asam´sayah

tasmat—karena itu; sarvesu—pada segala; kalesu—waktu; mam—Aku; anusmara—ingat terus; yudhya—bertempur; ca—juga; mayi—kepada-Ku; arpita—menyerahkan diri; manah—pikiran; buddhih—kecerdasan; mam—kepada-Ku; eva—pasti; esyasi—engkau akan mencapai; asam´sayah—tidak dapat diragukan.

Terjemahan
Wahai Arjuna, karena itu, hendaknya engkau selalu berpikir tentang-Ku dalam bentuk Krishna dan pada waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu, yaitu bertempur. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepada-Ku pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan kepada-Ku, tidak dapat diragukan bahwa engkau akan mencapai kepada-Ku.

Penjelasan
Ajaran yang disampaikan kepada Arjuna ini penting sekali untuk semua orang yang sibuk dalam kegiatan material. Krishna tidak mengatakan bahwa seseorang harus meninggalkan tugas-tugas kewajiban maupun kesibukannya. Ia dapat melanjutkan kegiatan itu dan pada waktu yang sama berpikir tentang Krishna dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna. Ini akan membebaskan Diri-Nya dari pengaruh material dan menyebabkan pikiran dan kecerdasannya tekun dalam Krishna. Dengan mengucapkan nama-nama Krishna, seseorang akan dipindahkan ke planet yang paling utama, Krishnaloka. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.

8.8
abhyasa-yoga-yuktena
cetasa nanya-gamina
paramam´ purusam´ divyam´
yati parthanucintayan

abhyasa-yoga—dengan latihan; yuktena—dengan menekuni semadi; cetasa—oleh pikiran dan kecerdasan; na anya-gamina—tanpa pikiran dan kecerdasan disesatkan; paramam—Yang Mahakuasa; purusam—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; divyam—rohani; yati—seseorang mencapai; partha—wahai putera Prtha; anucintayan—senantiasa berpikir tentang.

Terjemahan
Orang yang bersemadi kepadaku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Partha.

Penjelasan
Di dalam ayat ini Sri Krishna menegaskan bahwa ingat kepada Krishna sangat penting. Ingatan seseorang terhadap Krishna dihidupkan kembali dengan cara mengucapkan mahamantra, Hare Krishna. Dengan latihan ini, yaitu mengucapkan dan mendengar getaran suara Tuhan Yang Maha Esa, telinga, lidah dan pikiran seseorang dijadikan tekun. Semadi batin tersebut mudah sekali dipraktekkan dan membantu seseorang untuk mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa. Purusam berarti kepribadian yang menikmati. Walaupun para makhluk hidup termasuk tenaga pinggir dari Tuhan Yang Maha Esa, mereka dipengaruhi secara material. Mereka menganggap Diri-Nya yang menikmati, tetapi sebenarnya mereka bukan kepribadian tertinggi yang menikmati. Di sini dinyatakan dengan jelas bahwa Kepribadian Yang Paling Utama yang menikmati ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sendiri dalam berbagai manifestasi dan penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh sebagai Narayana, Vasudeva, dan sebagainya.
Seorang penyembah dapat senantiasa memikirkan tujuan sembahyangnya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dalam salah satu di antara aspek-aspek-Nya—Narayana, Krishna, Rama, dan sebagainya—dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna. Latihan ini akan menyucikan penyembah tersebut sehingga pada akhir riwayatnya, dia akan dipindahkan ke kerajaan Tuhan karena dia senantiasa mengucapkan mantra itu. Latihan yoga berarti bersemadi kepada Roh Yang Utama di dalam hati; begitu pula, dengan mengucapkan mantra Hare Krishna seseorang dapat memusatkan pikirannya agar selalu mantap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pikiran selalu berubah-ubah. Karena itu, pikiran harus dipaksakan supaya memikirkan Krishna. Salah satu contoh yang sering dikemukakan ialah ulat yang berpikir untuk menjadi kupu-kupu, dan dengan demikian badannya diubah menjadi kupu-kupu dalam kehidupan itu juga. Begitu pula, kalau kita senantiasa berpikir tentang Krishna, pasti pada akhir kehidupan, kita akan mempunyai badan dengan sifat yang sama seperti Krishna.

8.9
kavim´ puranam anusasitaram
anor aniyam´sam anusmared yah
sarvasya dhataram acintya-rupam
aditya-varnam´ tamasah parastat

kavim—Yang Mahatahu; puranam—Yang paling tua; anusasitaram—Yang mengendalikan; anoh—daripada atom; aniyam´sam—lebih kecil; anusmaret—selalu berpikir tentang; yah—orang yang; sarvasya—mengenai segala sesuatu; dhataram—Pemelihara; acintya—tidak dapat dibayangkan; rupam—yang bentuk-Nya; aditya-varnam—bercahaya bagaikan matahari; tamasah—ada kegelapan; parastat—melampaui.

Terjemahan
Hendaknya seseorang bersemadi kepada Kepribadian Yang Paling Utama sebagai yang Mahatahu. Yang paling tua, Yang mengendalikan, lebih kecil daripada yang paling kecil, Pemelihara segala sesuatu, Yang berada di luar segala paham material, Yang tidak dapat dibayangkan, dan selalu bersifat kepribadian. Beliau bercahaya seperti matahari, dan Beliau bersifat rohani, di luar alam material ini.

Penjelasan
Proses berpikir tentang Yang Mahakuasa disebut dalam ayat ini. Yang paling penting ialah bahwa Tuhan bukan tanpa sifat pribadi dan Tuhan bukan kekosongan. Seseorang tidak akan dapat bersemadi pada kekosongan atau pada sesuatu yang tidak bersifat pribadi. Itu sulit sekali. Akan tetapi, proses berpikir tentang Krishna mudah sekali dan dinyatakan dengan jelas di sini. Pertama, Tuhan adalah purusa, Kepribadian—kita berpikir tentang Kepribadian Rama dan Kepribadian Krishna. Baik seseorang berpikir tentang Rama maupun Krishna, sifat Beliau diuraikan dalam Bhagavad-gita ayat ini. Tuhan adalah kavi; yaitu, Beliau mengetahui masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Karena itu Beliau mengetahui segala sesuatu. Tuhan adalah Kepribadian yang paling tua, Beliau adalah asal mula segala sesuatu; segala sesuatu dilahirkan dari Beliau. Tuhan adalah Yang Mahakuasa di alam semesta, dan Beliau adalah Pemelihara dan guru manusia. Beliau lebih kecil daripada yang paling kecil. Ukuran makhluk hidup adalah sepersepuluh ribu ujung bulu atau rambut, tetapi Tuhan sangat kecil secara tidak terhingga sehingga Beliau dapat masuk kedalam inti butir yang kecil itu. Karena itu, Tuhan lebih kecil daripada yang paling kecil. Sebagai Yang Mahakuasa, Beliau dapat masuk ke dalam atom dan ke dalam hati roh yang paling kecil dan mengendalikannya sebagai Roh Yang Utama. Walaupun Beliau sangat kecil, Beliau tetap berada di mana-mana dan memelihara segala sesuatu. Semua susunan planet ini dipelihara oleh Beliau. Kita sering merenungkan bagaimana planet-planet yang besar melayang di udara. Dinyatakan di sini bahwa Tuhan Yang Maha Esa memelihara semua planet yang besar dan susunan bimasakti dengan tenaga-Nya yang tidak dapat dibayangkan. Kata acintya (tidak dapat dibayangkan”) bermakna berhubungan dengan hal ini. Tenaga Tuhan di luar paham kita, di luar jangkauan pikiran kita. Karena itu, tenaga Tuhan disebut acintya yang berarti tidak dapat dibayangkan. Siapa yang dapat membantah kenyataan ini Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana di dunia material ini, namun Beliau berada di luar dunia material ini. Dunia material ini pun di luar jangkauan pikiran kita, dan dunia material kecil sekali dibandingkan dengan dunia rohani—karena itu, bagaimana mungkin kita dapat memahami apa yang ada di luar dunia ini Acintya berarti sesuatu di luar dunia material ini, sesuatu di luar jangkauan argumentasi, logika angan-angan filsafat kita, sesuatu yang tidak dapat dibayangkan. Karena itu, orang cerdas sebaiknya menghindari argumentasi dan angan-angan yang tidak berguna, menerima apa yang dinyatakan dalam Kitab Suci seperti Veda, Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam dan mengikuti prinsip-prinsip tercantum dalam Kitab-kitab Suci itu. Kebijaksanaan ini akan membawa seseorang sampai tingkat pengertian.

8.10
prayana-kale manasacalena
bhaktya yukto yoga-balena caiva
bhruvor madhye pranam avesya samyak
sa tam´ param´ purusam upaiti divyam

prayana-kale—pada saat-saat meninggal; manasa—oleh pikiran; acalena—tanpa disesatkan; bhaktya—dalam bhakti sepenuhnya; yuktah—tekun; yoga-balena—oleh kekuatan yoga kebatinan; ca—juga; eva—pasti; bhruvoh—dua alis mata; madhye—di tengah-tengah antara; pranam—udara kehidupan; avesya—memantapkan; samyak—sepenuhnya; sah—dia; tam—itu; param—rohani; purusam—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; upaiti—mencapai; divyam—di kerajaan rohani.

Terjemahan
Pada saat meninggal, orang yang memusatkan udara kehidupannya di tengah-tengah antara kedua alis matanya dan tekun ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti sepenuhnya melalui kekuatan yoga, dengan pikiran yang tidak pernah menyimpang, pasti akan mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

Penjelasan
Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa pada saat meninggal pikiran harus dipusatkan dalam bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dianjurkan supaya orang yang sudah terlatih dalam yoga, menaikkan daya hidupnya sampai di tengah-tengah antara kedua alis mata (sampai ajnacakra). Latihan sat-cakrayoga, yang menyangkut semadi pada enam cakra, diusulkan di sini. Seorang penyembah yang murni tidak berlatih yoga seperti itu, tetapi oleh karena ia selalu tekun dalam kesadaran Krishna, pada saat meninggal ia dapat ingat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Beliau. Ini dijelaskan dalam ayat empat belas.
Penggunaan khusus kata yoga-balena bermakna dalam ayat ini, sebab tanpa berlatih yoga—baik sat-cakra-yoga maupun bhakti-yoga—seseorang tidak dapat mencapai keadaan hidup yang bersifat rohani pada saat meninggal. Seseorang tidak dapat tiba-tiba ingat Tuhan Yang Maha Esa pada saat meninggal. Seharusnya dia sudah berlatih salah satu sistem yoga, khususnya sistem bhakti-yoga. Oleh karena pikiran pada saat meninggal sangat terganggu, orang harus berlatih kerohanian melalui yoga semasa hidupnya.

8.11
yad aksaram´ veda-vido vadanti
visanti yad yatayo vita-ragah
yad icchanto brahmacaryam´ caranti
tat te padam´ sangrahena pravaksye

yat—itu yang; aksaram—suku kata om; veda-vidah—orang yang menguasai Veda; vadanti—mengatakan; visanti—masuk; yat—dalam itu; yatayah—resi-resi yang mulia; vita-ragah—pada tingkat hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi; yat—itu yang; icchantah—menginginkan; brahmacaryam—berpantangan hubungan suami isteri; caranti—berlatih; tat—itu; te—kepada engkau; padam—keadaan; sangrahena—sebagai ringkasan; pravaksye—Aku akan menjelaskan.

Terjemahan
Orang yang berpengetahuan tentang Veda, yang mengucapkan om´-kara dan menjadi resi-resi yang mulia pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman. Jika seseorang menginginkan kesempurnaan seperti itu, ia berpantang hubungan suami isteri. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu secara singkat proses yang memungkinkan seseorang mencapai pembebasan.

Penjelasan
Sri Krishna telah menganjurkan latihan sat-cakrayoga kepada Arjuna. Dalam sat-cakrayoga, seseorang menempatkan udara kehidupan ditengah-tengah antara kedua alis matanya. Krishna menduga bahwa mungkin Arjuna belum mengetahui cara berlatih sat-cakrayoga. Karena itu, Krishna menjelaskan proses tersebut dalam ayat-ayat berikut. Krishna menyatakan walaupun Brahman adalah yang satu dan tiada duanya, Brahman mempunyai berbagai manifestasi dan ciri. Khususnya bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, aksara, atau om´-kara—suku kata om—identik dengan Brahman. Di sini Krishna menjelaskan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi. Resi-resi pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman itu.
Dalam sistem pengetahuan Veda, sejak awal murid-murid diajarkan cara mengucapkan kata om, dan mereka belajar tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan paling tinggi dengan cara hidup bersama guru kerohanian dan berpantang hubungan suami isteri sama sekali. Dengan cara demikian, mereka menginsafi dua aspek Brahman. Latihan ini sangat diperlukan supaya seorang siswa maju dalam kehidupan rohani, tetapi saat ini hidup sebagai brahmacari (tidak menikah dan berpantang hubungan suami isteri sepenuhnya) tidak mungkin. Susunan masyarakat dunia sudah mengalami perubahan yang begitu besar sehingga tidak mungkin seseorang berpantang hubungan suami isteri sejak dia mulai berguru dan menjadi murid. Di seluruh dunia ada banyak lembaga untuk berbagai jenis pengetahuan, tetapi belum ada suatu lembaga yang diakui untuk mendidik siswa-siswa dalam prinsip-prinsip brahmacari. Kalau seseorang tidak berlatih pantangan hubungan suami isteri, kemajuan dalam kehidupan rohani sulit sekali. Karena itu, Sri Caitanya Mahaprabhu mengumumkan bahwa pada jaman ini, menurut aturan Kitab suci untuk jaman Kali ini, satu-satunya proses menginsafi Yang Mahakuasa yang mungkin dijalankan ialah cara memuji nama-nama suci Sri Krishna: Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rama Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare.

8.12
sarva-dvarani sam´yamya
mano hrdi nirudhya ca
murdhny adhayatmanah pranam
asthito yoga-dharanam

sarva-dvarani—semua pintu gerbang pada badan; sam´yamya—mengendalikan; manah—pikiran; hrdi—di dalam jantung; nirudhya—mengurung; ca—juga; murdhni—pada kepala; adhaya—memantapkan; atmanah—sang roh; pranam—udara kehidupan; asthitah—mantap dalam; yoga-dharanam—keadaan yoga.

Terjemahan
Keadaan yoga ialah ketidakterikatan terhadap segala kesibukan indera-indera. Dengan menutup segala pintu indera-indera dan memusatkan pikiran pada jantung dan udara kehidupan pada ubun-ubun, seseorang menjadi mantap dalam yoga.

Penjelasan
Untuk berlatih yoga sebagaimana dianjurkan di sini, lebih dahulu seseorang harus menutup gerbang segala kenikmatan indera-indera. Latihan ini disebut pratyahara, atau menarik indera-indera dari obyek indera. Indera-indera untuk mengumpulkan pengetahuan—mata, telinga, hidung, lidah dan peraba hendaknya dikendalikan sepenuhnya dan jangan dibiarkan menjadi sibuk dalam kepuasan sendiri. Dengan cara demikian, pikiran dipusatkan kepada Roh Yang Utama di dalam jantung, dan daya hidup diangkat sampai ubun-ubun. Dalam Bab Enam, proses ini diuraikan secara terperinci. Tetapi sebagaimana disebut dalam Bab Enam, latihan ini tidak praktis pada jaman ini. Proses terbaik ialah kesadaran Krishna. Kalau seseorang selalu dapat memusatkan pikirannya kepada Krishna dalam bhakti, mudah sekali berada dalam semadi rohani yang tidak terganggu, atau dalam samadhi.

8.13
om´ ity ekaksaram´ brahma
vyaharan mam anusmaran
yah prayati tyajan deham´
sa yati paramam´ gatim

om´—gabungan huruf (om´-kara); iti—demikian; eka-aksaram—suku kata yang satu; brahma—mutlak; vyaharan—mengucapkan; mam—Aku (Krishna); anusmaran—ingat; yah—siapapun yang; prayati—meninggalkan; tyajan—melepaskan; deham—badan ini; sah—dia; yati—mencapai; paramam—Yang Mahakuasa; gatim—tujuan.

Terjemahan
Sesudah seseorang mantap dalam latihan yoga ini dan mengucapkan suku kata suci om, gabungan huruf yang paling utama, kalau dia berpikir tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan badannya, pasti dia akan mencapai planet-planet rohani.

Penjelasan

Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa om, Brahman dan Sri Krishna tidak berbeda. Suara yang tidak bersifat pribadi dari Krishna adalah om, tetapi suara Hare Krishna mengandung om. Ucapan mantra Hare Krishna dianjurkan dengan jelas untuk jaman ini. Jadi, kalau seseorang meninggalkan badannya pada akhir kehidupannya sambil mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare, pasti dia mencapai salah satu di antara planet-planet rohani, menurut sifat latihannya. Para penyembah Krishna memasuki planet Krishna, Goloka Vrndavana. Untuk orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan, diangkasa rohani ada planet-planet lain yang jumlahnya tidak dapat dihitung, yang bernama planet-planet Vaikuntha, sedangkan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tetap dalam brahmajyoti.

8.14
ananya-cetah satatam´
yo mam´ smarati nityasah
tasyaham´ sulabhah partha
nitya-yuktasya yoginah

ananya-cetah—tanpa pikiran menyimpang; satatam—selalu; yah—siapapun yang; mam—Aku (Sri Krishna); smarati—ingat; nityasah—secara teratur; tasya—kepadanya; aham—Aku adalah; su-labhah—mudah sekali dicapai; partha—wahai putera Prtha; nitya—secara teratur; yuktasya—tekun; yoginah—bagi seorang penyembah.

Terjemahan
Wahai putera Prtha, Aku mudah sekali dicapai oleh orang yang selalu ingat kepada-Ku tanpa menyimpang sebab dia senantiasa tekun dalam bhakti.

Penjelasan
Ayat ini khususnya menguraikan tujuan terakhir yang dicapai oleh para penyembah murni yang mengabdikan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti-yoga. Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan empat jenis penyembah—orang yang berduka cita, orang yang ingin tahu, orang yang mencari keuntungan material, dan para filosof yang berangan-angan. Berbagai proses pembebasan juga sudah diuraikan karma-yoga, jñana-yoga, dan hatha-yoga. Prinsip sistem-sistem yoga tersebut mengandung sekedar bhakti, tetapi ayat ini khususnya menyebutkan bhakti-yoga yang murni, tanpa dicampur jñana, karma maupun hatha. Sebagaimana ditunjukkan dengan kata ananya-cetah, dalam bhakti-yoga yang murni, seorang penyembah tidak menginginkan sesuatu selain Krishna. Seorang penyembah murni tidak ingin diangkat sampai planet-planet surga, dan dia juga tidak berusaha menunggal dalam brahmajyoti atau mencapai keselamatan atau pembebasan dari ikatan material. Seorang penyembah yang murni tidak menginginkan sesuatu. Dalam Caitanya-caritamrta, penyembah murni disebut niskama, yang berarti dia tidak mempunyai keinginan untuk kepentingannya sendiri. Hanya penyembah murni itulah yang memiliki kedamaian, sedangkan orang yang berusaha mencari keuntungan pribadi tidak mencapai kedamaian. Seorang jñana-yogi, karma-yogi, atau hatha-yogi mementingkan Diri-Nya sendiri, sedangkan seorang penyembah yang sempurna, tidak mempunyai keinginan selain memuaskan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Krishna menyatakan bahwa Diri-Nya mudah dicapai oleh siapapun yang setia kepada-Nya dan tidak pernah menyimpang.
Seorang penyembah murni selalu tekun dalam bhakti kepada Krishna dalam salah satu di antara berbagai aspek pribadi-Nya. Krishna mempunyai berbagai penjelmaan dan perwujudan yang berkuasa penuh, misalnya Rama dan Nrsimha. Seorang penyembah dapat memilih untuk memusatkan pikirannya dalam cinta-bhakti kepada salah satu di antara bentuk-bentuk rohani Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah seperti itu tidak menghadapi masalah-masalah yang menyiksa diri seperti mempraktekkan sistem-sistem yoga lainnya. Bhakti-yoga sangat sederhana, murni dan mudah dilaksanakan. Seseorang dapat mulai melakukan bhakti-yoga dengan mengucapkan mantra Hare Krishna. Krishna sangat murah hati kepada semua makhluk hidup, sebagaimana sudah kami jelaskan, Krishna menaruh minat khusus kepada orang yang mengabdikan diri kepada Beliau tanpa menyimpang. Krishna membantu penyembah-penyembah seperti itu dengan berbagai cara. Sebagaimana dinyatakan dalam Veda (Katha Upanisad 1.2.23), yam evaisa vrnute tena labhyas/tasyaisa atma vivrnute tanum svam: Orang yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya dan tekun dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa menurut kedudukan Beliau yang sebenarnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (10.10), dadami buddhi-yogam tam: Krishna memberikan kecerdasan secukupnya kepada seorang penyembah supaya akhirnya penyembah itu dapat mencapai kepada Krishna di kerajaan rohani-Nya.
Kwalifikasi istimewa yang dimiliki oleh seorang penyembah yang murni ialah bahwa dia selalu berpikir tentang Krishna tanpa menyimpang dan tanpa memikirkan waktu maupun tempat. Seharusnya tidak ada alangan apapun. Seharusnya ia dapat melaksanakan bhaktinya di manapun dan kapanpun. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa sebaiknya seorang penyembah menetap di tempat-tempat suci seperti Vrndavana atau kota suci tempat tinggal Krishna, tetapi seorang penyembah murni dapat tinggal di manapun dan menciptakan suasana Vrndavana dengan bhaktinya. Sri Advaita pernah berkata kepada Sri Caitanya, O Tuhan yang hamba cintai, di manapun Anda berada—di sanalah Vrndavana.”
Seorang penyembah murni senantiasa ingat dan bersemadi kepada Krishna, sebagaimana ditunjukkan dengan kata satatam dan nityasah, yang berarti selalu,” secara teratur,” atau setiap hari.” Inilah kwalifikasi-kwalifikasi penyembah yang murni, dan Krishna paling mudah dicapai oleh penyembah yang murni itu. Bhakti-yoga adalah sistem yang dianjurkan dalam Bhagavad-gita sebagai sistem yang paling baik di antara segala sistem lainnya. Pada umumnya, para bhaktiyogi tekun dengan lima cara yang berbeda: (1) santa-bhakta, menekuni bhakti dengan sifat netral; (2) dasya-bhakta, menekuni bhakti sebagai hamba; (3) sakhya-bhakta, menekuni bhakti sebagai kawan; (4) vatsalya-bhakta, menekuni bhakti sebagai ayah atau ibu; dan (5) madhurya-bhakta, menekuni bhakti sebagai kekasih Tuhan Yang Maha Esa. Dalam segala cara tersebut, seorang penyembah yang murni senantiasa tekun dalam cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat melupakan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, penyembah itu mudah sekali mencapai kepada Tuhan. Seorang penyembah murni tidak dapat melupakan Tuhan Yang Maha Esa bahkan selama sesaat pun. Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat melupakan penyembah-Nya yang murni bahkan sesaatpun. Inilah karunia besar dari proses dari kesadaran Krishna, yaitu dengan cara mengucapkan mahamantra—Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare.

8.15
mam upetya punar janma
duhkhalayam asasvatam
napnuvanti mahatmanah
sam´siddhim´ paramam´ gatah

mam—Aku; upetya—mencapai; punah—sekali lagi; janma—kelahiran; duhkha-alayam—tempat kesengsaraan; asasvatam—sementara; na—tidak pernah; apnuvanti—mencapai; maha-atmanah—roh-roh yang mulia; sam´siddhim—kesempurnaan; paramam—paling tinggi; gatah—sesudah mencapai.

Terjemahan
Sesudah mencapai kepada-Ku, roh-roh yang mulia, yogi-yogi dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab mereka sudah mencapai kesempurnaan tertinggi.

Penjelasan
Oleh karena dunia material yang bersifat sementara ini penuh kesengsaraan, kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian, sewajarnya orang yang mencapai kesempurnaan tertinggi hingga memasuki planet tertinggi, Krishnaloka, Goloka Vrndavana, tidak ingin kembali lagi ke sini. Planet yang paling utama diuraikan dalam Veda dengan kata-kata avyakta, Aksara dan paramagati. Dengan kata lain, planet itu di luar penglihatan material kita, dan tidak dapat diuraikan. Tetapi planet itu adalah tujuan tertinggi, tujuan para mahatma (roh-roh yang mulia). Para mahatma menerima amanat-amanat rohani dari para penyembah yang sudah insaf akan Diri-Nya. Dengan cara demikian berangsur-angsur mereka mengembangkan bhakti dalam kesadaran Krishna dan menjadi begitu khusuk dalam pengabdian rohani sehingga mereka tidak ingin lagi naik tingkat sampai planet material manapun, atau bercita-cita dipindahkan ke suatu planet rohani. Mereka hanya ingin Krishna dan pergaulan bersama Krishna; mereka tidak menginginkan sesuatu selain itu. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi. Ayat ini khususnya menyebutkan para penyembah Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, yang mengakui bentuk pribadi Tuhan. Penyembah-penyembah dalam kesadaran Krishna ini mencapai kesempurnaan hidup tertinggi. Dengan kata lain, merekalah roh roh yang paling utama.

8.16
a-brahma-bhuvanal lokah
punar avartino ‘rjuna
mam upetya tu kaunteya
punar janma na vidyate

a-brahma-bhuvanat—sampai planet Brahmaloka; lokah—susunan-susunan planet; punah—lagi; avartinah—kembali; Arjuna—wahai Arjuna; mam—kepada-Ku; upetya—setelah tiba; tu—tetapi; kaunteya—wahai putera Kunti ; punah janma—dilahirkan berulangkali; na—tidak pernah; vidyate—terjadi.

Terjemahan
Dari planet tertinggi di dunia material sampai dengan planet yang paling rendah, semuanya tempat-tempat kesengsaraan, tempat kelahiran dan kematian dialami berulangkali. Tetapi orang yang mencapai tempat tinggal-Ku tidak akan pernah dilahirkan lagi, wahai putera Kunti .

Penjelasan
Segala jenis yogi—karma, jñana, dan hatha, serta lainnya—akhirnya harus mencapai kesempurnaan bhakti dalam bhakti-yoga, atau kesadaran Krishna sebelum mereka dapat pergi ke tempat tinggal rohani Krishna dan tidak pernah kembali lagi. Orang yang mencapai planet-planet material yang paling tinggi sekalipun, yaitu planet-planet para dewa, mengalami lagi kelahiran dan kematian berulang kali. Seperti halnya orang di bumi naik tingkat sampai planet-planet yang lebih tinggi, penduduk planet-planet yang lebih tinggi seperti Brahmaloka, Candraloka dan Indraloka jatuh ke bumi. Praktek korban suci yang disebut pancagnividya, yang dianjurkan dalam Chandogya Upanisad, memungkinkan seseorang mencapai Brahmaloka. Tetapi setelah orang mencapai Brahmaloka, kalau ia tidak mau mengembangkan kesadaran Krishna di sana, ia harus kembali lagi ke bumi. Orang yang maju dalam kesadaran Krishna di planet-planet yang lebih tinggi berangsur-angsur diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi lagi, dan pada waktu alam semesta dilebur, mereka dipindahkan ke kerajaan rohani yang kekal. Sridhara Svami, dalam ulasannya mengenai Bhagavad-gita, mengutip ayat berikut:

brahmana saha te sarve
samprapte pratisañcare
parasyante krtatmanah
pravisanti param´ padam

“Bila alam semesta material ini dilebur, Brahma dan para penyembahnya, yang senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna, semua dipindahkan ke alam semesta rohani dan ke planet-planet rohani khusus menurut keinginannya.”

8.17
sahasra-yuga-paryantam
ahar yad brahmano viduh
ratrim´ yuga-sahasrantam´
te ‘ho-ratra-vido janah

sahasra—seribu; yuga—jaman-jaman; paryantam—termasuk; ahah—siang hari; yat—itu yang; brahmanah—bagi Brahma; viduh—mereka mengenal; ratrim—malam hari; yuga—jaman-jaman; sahasra-antam—seperti itu pula, berakhir sesudah seribu; te—mereka; ahah-ratra—siang dan malam; vidah—yang mengerti; janah—orang.

Terjemahan
Menurut perhitungan manusia, seribu jaman sama dengan kurun waktu satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu pula.

Penjelasan
Masa perwujudan alam semesta material terbatas. Alam semesta diwujudkan dalam siklus-siklus kalpa. Satu kalpa sama dengan satu hari bagi Brahma, dan satu hari bagi Brahma terdiri dari seribu siklus yuga, atau jaman: Satya, Treta, Dvapara, dan Kali. Siklus Satya mempunyai ciri sifat-sifat saleh, kebijaksanaan dan agama, dan hampir tidak ada kebodohan maupun dosa sama sekali. Satyayuga berjalan selama 1.728.000 tahun. Pada Tretayuga kegiatan berdosa mulai dilakukan, dan yuga ini berjalan selama 1.296.000 tahun. Pada jaman Dvaparayuga, sifat-sifat saleh dan kegiatan keagamaan lebih merosot lagi, sedangkan dosa meningkat, dan yuga ini berjalan selama 864.000 tahun. Akhirnya pada jaman Kaliyuga (yuga yang sudah mulai semenjak 5.000 tahun yang lalu) kekacauan, kebodohan, hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama serta kegiatan yang berdosa melimpah, sedangkan sifat-sifat saleh yang sejati hampir tidak ada. Kaliyuga berjalan selama 432.000 tahun. Pada jaman Kaliyuga, dosa meningkat sampai parah sekali, sehingga pada akhir yuga ini, Tuhan Yang Maha Esa Sendiri muncul sebagai avatara Kalki. Kalki akan membinasakan orang-orang jahat, menyelamatkan para penyembah-Nya dan memulai Satyayuga berikutnya. Kemudian proses tersebut berputar lagi. Empat yuga tersebut berputar seribu kali, dan itu sama dengan satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu pula. Brahma hidup selama seratus tahun” seperti itu, kemudian beliau meninggal. Seratus tahun” tersebut menurut perhitungan manusia sama dengan 311 trilyun dan 40 milyard tahun di bumi. Menurut kalkulasi tersebut, usia Brahma terasa menakjubkan dan hampir tidak berakhir, tetapi dari sudut kekekalan, riwayat Brahma sesingkat kilatan petir. Dalam lautan penyebab, ada banyak Brahma yang jumlahnya tidak dapat dihitung yang muncul dan menghilang bagaikan gelembung di dalam lautan. Brahma dan ciptaannya semua sebagian dari alam semesta material. Karena itu, Brahma dan ciptaannya senantiasa berubah.
Di alam semesta material, Brahma pun tidak bebas dari proses kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian. Akan tetapi, Brahma tekun secara langsung dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mengelola alam semesta ini—karena itu, Brahma segera mencapai pembebasan. sannyasi-sannyasi yang sudah maju diangkat sampai planet Brahma yang bernama Brahmaloka, planet tertinggi di alam semesta material. Brahmaloka tahan lebih lama daripada semua planet surga di bagian atas susunan planet-planet, tetapi sesudah beberapa waktu, Brahma dan segenap penduduk Brahmaloka juga mengalami kematian, menurut hukum alam material.

8.18
avyaktad vyaktayah sarvah
prabhavanty ahar-agame
ratry-agame praliyante
tatraivavyakta-sam´jñake

avyaktat—dari yang tidak terwujud; vyaktayah—para makhluk hidup; sarvah—semua; prabhavanti—terwujud; ahah-agame—pada awal satu hari; ratri-agame—pada waktu malam; praliyante—dilebur; tatra—ke dalam itu; eva—pasti; avyakta—yang tidak terwujud; sam´jñake—yang disebut.

Terjemahan
Pada awal satu hari bagi Brahma, semua makhluk hidup diwujudkan dari keadaan tidak terwujud. Sesudah itu, bila malam hari mulai, sekali lagi mereka terlebur ke dalam keadaan tidak berwujud.
Tidak ada penjelasan.

8.19
bhuta-gramah sa evayam´
bhutva bhutva praliyate
ratry-agame ‘vasah partha
prabhavaty ahar-agame

bhuta-gramah—keseluruhan makhluk hidup; sah—ini; eva—pasti; ayam—ini; bhutva bhutva—dilahirkan berulangulang; praliyate—dileburkan; ratri—dari malam hari; agame—setiba; avasah—dengan sendirinya; partha—wahai putera Prtha; prabhavati—terwujud; ahah—siang hari; agame—setiba.

Terjemahan
Semua makhluk hidup terwujud berulangkali bila hari sudah siang bagi Brahma, lalu dengan mulainya malam hari bagi Brahma, mereka dilebur dalam keadaan tidak berdaya.

Penjelasan
Orang yang kurang cerdas yang berusaha tetap tinggal di dunia material ini barangkali diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi, lalu sekali lagi mereka harus turun ke planet bumi ini. Selama siang hari bagi Brahma, mereka dapat memperlihatkan kegiatannya di planet-planet yang lebih tinggi dan lebih rendah di dunia material ini. Tetapi bila malam hari bagi Brahma mulai, mereka semua dilebur. Selama siang hari bagi Brahma, mereka menerima berbagai jenis badan untuk kegiatan material, lalu pada waktu malam mereka tidak mempunyai badan lagi, melainkan mereka terserap di dalam tubuh Visnu. Kemudian bila hari Brahma mulai, mereka berwujud lagi. Bhutva bhutva praliyate: Selama siang hari mereka berwujud, dan pada waktu malam hari mereka dilebur sekali lagi. Akhirnya, pada waktu Brahma tutup usia, mereka semua dilebur dan tetap tidak berwujud selama berjuta-juta tahun. Pada waktu Brahma dilahirkan sekali lagi pada jaman lain, mereka terwujud lagi. Dengan cara demikian, mereka terpikat oleh pesona dunia material. Tetapi orang cerdas yang mulai mengikuti kesadaran Krishna menggunakan kehidupan manusia sepenuhnya dalam bhakti kepada Tuhan, dengan mengucapkan mantera Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare. Dengan demikian, dalam kehidupan inipun, mereka pindah ke planet rohani Krishna dan berbahagia untuk selamanya di sana, sebab mereka tidak mengalami kelahiran berulang kali seperti yang disebut di atas.

8.20
paras tasmat tu bhavo ‘nyo
‘vyakto ‘vyaktat sanatanah
yah sa sarvesu bhutesu
nasyatsu na vinasyati

parah—rohani dan melampaui alam; tasmat—kepada itu; tu—tetapi; bhavah—alam; anyah—lain; avyaktah—tidak terwujud; avyaktat—kepada yang tidak terwujud; sanatanah—kekal; yah sah—itu yang; sarvesu—semua; bhutesu—perwujudan; nasyatsu—dengan dilebur; na—tidak pernah; vinasyati—dibinasakan.

Terjemahan
Namun ada alam lain yang tidak terwujud, kekal, dan melampaui alam ini yang terwujud dan tidak terwujud. Alam itu bersifat utama dan tidak pernah dibinasakan. Bila seluruh dunia ini dilebur, bagian itu tetap dalam kedudukannya.

Penjelasan
Tenaga utama atau tenaga rohani Krishna bersifat rohani dan kekal. Tenaga itu di luar segala perubahan alam material, yang terwujud dan tidak terwujud selama siang dan malam hari bagi Brahma. Sifat tenaga utama Krishna adalah lawan sifat dari alam material. Alam utama dan alam yang rendah dijelaskan dalam Bab Tujuh.

8.21
avyakto ‘ksara ity uktas
tam ahuh paramam´ gatim
yam´ prapya na nivartante
tad dhama paramam´ mama

avyaktah—tidak terwujud; aksarah—tidak pernah gagal; iti—demikian; uktah—dikatakan; tam—itu; ahuh—dikenal; paramam—paling tinggi; gatim—tujuan; yam—yang; prapya—mencapai; na—tidak pernah; nivartante—kembali lagi; tat—itu; dhama—tempat tinggal; paramam—paling tinggi; mama—milik-Ku.

Terjemahan
Yang diuraikan sebagai yang tidak terwujud dan tidak pernah gagal oleh para ahli Vedanta, yang dikenal sebagai tujuan tertinggi, dan sesudah mencapai tempat itu, seseorang tidak kembali lagi—itulah tempat tinggal-Ku yang paling tinggi.

Penjelasan
Tempat tinggal yang paling tinggi milik Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, diuraikan dalam Brahma-samhita sebagai cintamani-dhama, tempat segala keinginan terpenuhi. Tempat tinggal Sri Krishna yang paling utama, yang bernama Goloka Vrndavana, penuh istana-istana terbuat dari batu cintamani (permata yang dapat mengubah benda-benda lain menjadi emas). Ada pohon-pohon, yang disebut kalpavrksa atau pohon yang dapat memenuhi segala keinginan, yang menyediakan segala jenis makanan atas permintaan. Ada pula sapi-sapi surabhi, yang menyediakan susu dalam jumlah yang tidak terbatas. Di tempat tinggal ini, Sri Krishna dilayani beratus-ratus ribu Dewi Keberuntungan (para Laksmi), dan Beliau bernama Govinda, Tuhan Yang Mahaabadi dan sebab segala sebab. Krishna suka memainkan seruling-Nya (venum kvanantam). Bentuk rohani Krishna adalah bentuk yang paling menarik di seluruh dunia—mata Beliau menyerupai kelopak bunga padma, dan warna badan-Nya seperti warna awan pada musim hujan. Beliau sangat menarik sehingga ketam panan-Nya melebihi beribu-ribu Dewa Asmara. Beliau memakai kain berwarna kuning emas, kalung rangkaian bunga pada leher-Nya dan bulu burung merak pada rambut-Nya. Dalam Bhagavad-gita, Sri Krishna hanya memberikan isyarat kecil tentang tempat tinggal pribadi-Nya, Goloka Vrndavana, planet tertinggi di kerajaan rohani. Uraian panjang lebar diberikan dalam Brahma-samhita. Dalam sastera Veda (Katha Upanisad 1.3.11) dinyatakan bahwa tiada sesuatu yang lebih tinggi daripada tempat tinggal Tuhan Yang Maha Esa, dan bahwa tempat tinggal itu adalah tujuan tertinggi (purusan na param kincit sa kastha parama gatih). Bila seseorang mencapai tempat tinggal itu, ia tidak akan pernah kembali ke dunia material. Tempat tinggal Krishna yang paling utama dan Krishna Sendiri tidak berbeda, sebab Krishna dan tempat tinggal-Nya mempunyai sifat yang sama. Vrndavana di bumi ini terletak seratus empat puluh kilometer ke arah Tenggara dari kota Delhi, adalah contoh Goloka Vrndavana yang paling utama di angkasa rohani. Pada waktu Krishna turun ke bumi ini, Beliau bermain di tanah khusus yang bernama Vrndavana, terdiri dari daerah seluas dua ratus lima belas kilometer persegi di wilayah Mathura, India.

8.22
purusah sa parah partha
bhaktya labhyas tv ananyaya
yasyantah-sthani bhutani
yena sarvam idam´ tatam

purusah—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; sah—Beliau; parah—Yang Mahakuasa, Yang Mahatinggi; partha—wahai putera Prtha; bhaktya—oleh bhakti; labhyah—dapat dicapai; tu—tetapi; ananyaya—murni, tidak pernah menyimpang; yasya—siapa; antah-sthani—di dalam; bhutani—seluruh manifestasi material; yena—oleh siapa; sarvam—semua; idam—apapun yang dapat kita lihat; tatam—berada di mana-mana di dalam.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.

Penjelasan
Kalau seorang sudah mencapai tempat tinggal yang paling utama, ia tidak akan pernah kembali lagi. Di sini dinyatakan dengan jelas bahwa tujuan yang paling utama itu adalah tempat tinggal Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Brahma-samhita, tempat tinggal yang paling utama itu diuraikan sebagai ananda cinmaya rasa, tempat segala sesuatu penuh kebahagiaan rohani. Segala keanekawarnaan yang terwujud disana mempunyai sifat kebahagiaan rohani—tiada sesuatupun di sana yang bersifat material. Keanekawarnaan tersebut diwujudkan sebagai perwujudan rohani dari Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, sebab perwujudan di sana terdiri dari tenaga rohani sepenuhnya, sebagaimana dijelaskan dalam Bab Tujuh. Walaupun Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di tempat tinggal-Nya Yang Paling Utama, Beliau berada di mana-mana di dunia material melalui tenaga material-Nya. Jadi, melalui tenaga rohani dan tenaga material-Nya, Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana—baik di alam semesta material maupun di alam semesta rohani. Yasyantah-sthani berarti segala sesuatu dipelihara di dalam Diri Beliau, baik dalam tenaga rohani maupun tenaga material-Nya. Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana melalui kedua tenaga tersebut.
Memasuki tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama atau planet-planet Vaikuntha yang jumlahnya tidak dapat dihitung hanya dimungkinkan melalui bhakti, sebagaimana disebut di sini dengan kata bhaktya. Tidak ada cara lain lagi yang dapat menolong seseorang untuk mencapai tempat tinggal yang paling utama itu. Dalam Veda (Gopala-tapani Upanisad 3.2) tempat tinggal yang Paling Utama dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa juga diuraikan. Eko vasi sarvagah krsnah. Di tempat tinggal itu, yang ada hanyalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Yang tiada duanya, dan Beliau bernama Krishna. Beliau adalah Tuhan Yang Maha Esa yang Mahakarunia. Walaupun Beliau berada di sana sebagai yang Mahatunggal, Beliau sudah mewujudkan Diri menjadi berjuta-juta penjelmaan yang berkuasa penuh. Dalam Veda, Tuhan Yang Maha Esa diumpamakan sebagai sebatang pohon yang berdiri di satu tempat tetapi menghasilkan berbagai buah, bunga dan daun yang berubah-ubah. Penjelmaan-penjelmaan yang berkuasa penuh yang berkuasa di planet-planet Vaikuntha berlengan empat, dan penjelmaan-penjelmaan itu terkenal dengan berbagai nama—Purusottama, Trivikrama, Kesava, Madhava, Aniruddha, Hrsikesa, Sankarsana, Pradyumna, Sridhara, Vasudeva, Damodara, Janardana, Narayana, Vamana, Padmanabha, dan sebagainya.
Dalam Brahma-samhita (5.37) juga dibenarkan bahwa walaupun Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di tempat tinggal yang paling utama, Goloka Vrndavana, Beliau berada di mana-mana, sehingga segala sesuatu berjalan dengan baik (goloka eva nivasaty akhilatma bhutah). Sebagaimana dinyata kan dalam Veda (svetasvatara Upanisad 6.8), parasya saktir vividhaiva sruyate / svabhaviki jñanabalakriya ca: Tenaga-tenaga Tuhan Yang Maha Esa begitu luas sehingga tenaga-tenaga itu mengatur segala sesuatu di manifestasi alam semesta secara sistematis tanpa kesalahan, walaupun Tuhan Yang Maha Esa berada di tempat yang jauh sekali.

8.23
yatra kale tv anavrttim
avrttim´ caiva yoginah
prayata yanti tam´ kalam´
vaksyami Bharata rsabha

yatra—pada itu; kale—waktu; tu—dan; anavrttim—tidak kembali; avrttim—kembali; ca—juga; eva—pasti; yoginah—berbagai jenis ahli kebatinan; prayatah—sesudah meninggal; yanti—mencapai; tam—itu; kalam—waktu; vaksyami—Aku akan menguraikan; bharata-rsabha—wahai yang paling baik di antara para Bharata.

Terjemahan
Wahai yang paling baik di antara para Bharata, sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu tentang berbagai jenis waktu untuk meninggal dunia. Kalau seorang yogi meninggal dunia pada saat-saat tertentu itu, dia kembali atau tidak kembali ke dunia ini.

Penjelasan
Para penyembah Tuhan Yang Maha Esa yang murni, yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya, tidak peduli kapan mereka akan meninggalkan badannya atau bagaimana cara mereka akan meninggalkan badan. Mereka menyerahkan segala sesuatu kepada Krishna. Karena itu, dengan mudah dan bahagia mereka kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang belum menjadi penyembah yang murni dan bergantung pada cara-cara keinsafan diri seperti karma-yoga, jñana-yoga, dan hatha-yoga harus meninggalkan badan pada saat yang tepat, dan dengan demikian mereka yakin apakah mereka akan kembali ke dunia kelahiran dan kematian atau tidak. Kalau seorang yogi sudah sempurna, ia dapat memilih waktu dan keadaan untuk meninggalkan dunia material ini. Tetapi kalau yogi itu belum begitu ahli, suksesnya bergantung apakah secara kebetulan dia dapat meninggal pada waktu tertentu yang tepat. Saat-saat yang cocok untuk meninggal dunia dan tidak kembali lagi dijelaskan oleh Krishna dalam ayat berikut. Menurut Acarya Baladeva Vidyabhusana, kata bahasa Sansekerta kala yang digunakan di sini berarti dewa waktu.

8.24
agnir jyotir ahah suklah
san-masa uttarayanam
tatra prayata gacchanti
brahma brahma-vido janah

agnih—api; jyotih—cahaya; ahah—siang; suklah—dua minggu yang putih; sat-masah—enam bulan; uttara-ayanam—pada waktu matahari berjalan menuju utara (Januari-Juni); tatra—di sana; prayatah—orang yang meninggal; gacchanti—pergi; brahma—kepada Yang Mutlak; brahma-vidah—orang yang mengenal Yang Mutlak; janah—orang.

Terjemahan
Orang yang mengenal Brahman Yang Paling Utama mencapai kepada Yang Mahakuasa dengan cara meninggal dunia selama pengaruh dewa api, dalam cahaya, pada saat suci pada waktu siang, selama dua minggu menjelang bulan purnama, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju utara.

Penjelasan
Bila api, cahaya, siang dan dua minggu menjelang bulan purnama disebut, dimengerti bahwa ada dewa-dewa yang berkuasa di atas segala unsur itu. Dewa-dewa itu mengatur perjalanan sang roh sesudah meninggal. Pada saat meninggal, pikiran membawa diri seseorang menempuh jalan menuju hidup baru. Kalau seseorang meninggalkan badannya pada saat-saat tersebut di atas, baik secara kebetulan maupun karena diatur, dimungkinkan dia mencapai brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi. Para ahli kebatinan yang sudah maju dalam latihan yoga dapat mengatur waktu dan tempat untuk meninggalkan badannya. Orang lain tidak dapat mengendalikan hal-hal itu—kalau kebetulan mereka meninggal pada saat yang menguntungkan, mereka tidak akan kembali ke dalam peredaran kelahiran dan kematian, tetapi jika tidak demikian, kemungkinan besar mereka harus kembali lagi. Akan tetapi, penyembah murni dalam kesadaran Krishna tidak perlu takut kembali, baik ia meninggalkan badan pada saat yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan, secara kebetulan maupun karena diatur.

8.25
dhumo ratris tatha krsnah
san-masa daksinayanam
tatra candramasam´ jyotir
yogi prapya nivartate

dhumah—asap; ratrih—malam; tatha—juga; krsnah—dua minggu menjelang malam bulan mati; sat-masah—enam bulan; daksina-ayanam—waktu matahari berjalan menuju selatan (Juli-Desember); tatra—di sana; candra-masam—bulan; jyotih—cahaya; yogi—ahli kebatinan; prapya—mencapai; nivartate—kembali lagi.

Terjemahan
Seorang ahli kebatinan yang meninggal dunia selama masa asap, malam hari, selama dua minggu menjelang bulan mati, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju selatan akan mencapai planet bulan, tetapi dia akan kembali lagi.

Penjelasan
Dalam skanda ketiga dari Srimad-Bhagavatam, Kapila Muni menyebutkan bahwa orang yang ahli dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan cara-cara korban suci di bumi akan mencapai planet bulan sesudah meninggal. Roh-roh yang sudah maju seperti itu dapat hidup di bulan selama kurang lebih 10.000 tahun (menurut perhitungan para dewa) dan menikmati kehidupan dengan minum somarasa. Akhirnya mereka harus kembali ke bumi. Ini berarti bahwa di bulan ada golongan-golongan makhluk hidup yang lebih tinggi, walaupun makhluk makhluk itu tidak dapat dilihat oleh indera-indera yang kasar.

8.26
sukla-krsne gati hy ete
jagatah sasvate mate
ekaya yaty anavrttim
anyayavartate punah

sukla—cahaya; krsne—dan kegelapan; gati—cara-cara meninggal; hi—pasti; ete—yang dua ini; jagatah—dari dunia material; sasvate—dari Veda; mate—menurut pendapat; ekaya—oleh satu; yati—pergi; anavrttim—tidak kembali lagi; anyaya—oleh yang lain; avartate—kembali lagi; punah—lagi.

Terjemahan
Menurut pendapat Veda, ada dua cara untuk meninggalkan dunia ini—yang satu dalam cahaya dan yang lain dalam kegelapan. Jika seseorang meninggal dunia dalam cahaya, ia tidak akan kembali lagi; tetapi kalau ia meninggal dalam kegelapan, ia akan kembali lagi.

Penjelasan
Uraian yang sama tentang cara meninggal dan kembali dikutip oleh Acarya Baladeva Vidyabhusana dari Chandogya Upanisad (5.10.3-5). Orang yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil atau pahala untuk dinikmati dan filosof-filosof yang berangan-angan sejak sebelum awal sejarah senantiasa datang dan pergi. Sebenarnya, mereka tidak mencapai pembebasan tertinggi, sebab mereka tidak menyerahkan diri kepada Krishna.

8.27
naite srti partha janan
yogi muhyati kascana
tasmat sarvesu kalesu
yoga-yukto bhavarjuna

na—tidak pernah; ete—yang dua ini; srti—jalanjalan yang berbeda; partha—wahai putera Prtha; janan—kalaupun ia mengenal; yogi—penyembah Tuhan; muhyati—dibingungkan; kascana—apapun; tasmat—karena itu; sarvesu kalesu—selalu; yoga-yuktah—tekun dalam kesadaran Krishna; bhava—jadilah; Arjuna—wahai Arjuna.

Terjemahan
Kendatipun para penyembah mengenal dua jalan tersebut, mereka tidak pernah dibingungkan, wahai Arjuna. Karena itu, jadilah selalu mantap dalam bhakti.

Penjelasan
Di sini Krishna menasehati Arjuna supaya Arjuna tidak digoyahkan oleh berbagai jalan yang dapat ditempuh sang roh pada waktu ia meninggalkan dunia material. Seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa hendaknya jangan khawatir apakah dia akan meninggal karena diatur atau secara kebetulan. Hendaknya seorang penyembah mantap dengan teguh dalam kesadaran Krishna dan mengucapkan mantra Hare Krishna, dan hendaknya mengetahui bahwa merasa prihatin terhadap salah satu di antara dua jalan tersebut adalah hal yang menyulitkan. Cara terbaik supaya khusuk dalam kesadaran Krishna ialah selalu menggabungkan diri dalam pengabdian kepada Krishna, dan ini akan menyebabkan jalan seseorang ke kerajaan rohani jadi selamat, pasti dan langsung. Kata yoga-yukta mempunyai makna khusus dalam ayat ini. Orang yang mantap dalam yoga senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna dalam segala kegiatannya. Sri Rupa Gosvami menasehatkan, anasaktasya visayan yatharham upayuñjatah: Hendaknya orang tidak terikat dalam urusan material dan melakukan segala sesuatu dalam kesadaran Krishna. Melalui sistem ini, yang disebut yukta-vairagya, seseorang mencapai kesempurnaan. Karena itu, seorang penyembah tidak digoyahkan oleh uraian tersebut, sebab ia mengetahui bahwa perjalanan ke tempat tinggal yang paling utama dijamin oleh bhakti.

8.28
vedesu yajñesu tapahsu caiva
danesu yat punya-phalam´ pradistam
atyeti tat sarvam idam´ viditva
yogi param´ sthanam upaiti cadyam

vedesu—dalam mempelajari Veda; yajñesu—dalam pelaksanaan yajña, korban suci; tapahsu—dalam menjalankan berbagai jenis kesederhanaan atau pertapaan; ca—juga; eva—pasti; danesu—dalam memberi sumbangan; yat—itu yang; punya-phalam—hasil pekerjaan yang saleh; pradistam—ditunjukkan; atyeti—melampaui; tat sarvam—semua itu; idam—ini; viditva—mengetahui; yogi—penyembah; param—paling utama; sthanam—tempat tinggal; upaiti—mencapai; ca—juga; adyam—asli.

Terjemahan
Orang yang mulai mengikuti jalan bhakti tidak kekurangan hasil yang diperoleh dari mempelajari Veda, melakukan korban suci dengan kesederhanaan dan pertapaan, memberi sumbangan atau mengikuti kegiatan di bidang filsafat atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Hanya dengan melakukan bhakti, ia mencapai segala hasil tersebut, dan akhirnya ia mencapai tempat tinggal kekal yang paling utama.

Penjelasan
Ayat ini adalah hakekat Bab Tujuh dan Bab Delapan, yang khususnya menyangkut kesadaran Krishna dan bhakti. Orang yang harus mempelajari Veda di bawah bimbingan seorang guru kerohanian dan menjalani banyak kesederhanaan dan pertapaan selama ia hidup di bawah bimbingan beliau. Seorang brahmacari harus tinggal di rumah guru kerohanian seperti seorang pelayan, dan ia harus minta sumbangan-sumbangan, lalu membawa sumbangan-sumbangan itu kepada guru kerohaniannya. Dia hanya makan atas perintah guru kerohanian, dan kalau sang guru lupa memanggil muridnya untuk makan pada hari itu, maka murid itu harus puasa. Ini beberapa prinsip Veda untuk mengikuti brahmacarya.
Sesudah seorang murid mempelajari Veda di bawah bimbingan guru kerohanian selama masa antara lima dan dua puluh lima tahun, ia dapat menjadi manusia yang mempunyai watak yang sempurna. Mempelajari Veda tidak dimaksudkan untuk menghibur orang yang berangan-angan sambil duduk dikursi santai, melainkan untuk pembentukan watak manusia. Sesudah tamat pendidikan ini, seorang brahmacari diperbolehkan berumah tangga. Selama ia berumah tangga, ia harus melakukan korban suci supaya Diri-Nya lebih dibebaskan lagi dari kebodohan. Dia juga harus memberi sumbangan menurut tempat, waktu dan kepada orang yang pantas menerimanya, dan membedakan antara kedermawanan dalam sifat kebaikan, nafsu dan kebodohan, sebagaimana diuraikan dalam Bhagavad-gita. Kemudian, sesudah mengundurkan diri dari kehidupan rumah tangga, setelah dia memasuki tingkat vanaprastha, ia melakukan pertapaan yang keras—tinggal di hutan, memakai kulit pohon sebagai pakaian, tidak cukur dan sebagainya. Dengan mengikuti aturan brahmacarya, hidup berumah tangga, vanaprastha dan akhirnya sannyasa, seorang naik tingkat sampai tingkat hidup yang sempurna. Kemudian beberapa di antara orang yang telah mengikuti sistem ini diangkat hingga kerajaan surga, dan bila mereka lebih maju lagi mereka mencapai pembebasan di angkasa rohani, baik dalam brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi maupun planet-planet Vaikuntha atau Krishnaloka. Inilah jalan yang digariskan oleh sastera Veda.
Akan tetapi, indahnya kesadaran Krishna ialah bahwa dengan satu perbuatan saja, yaitu dengan menekuni bhakti, seseorang dapat melampaui segala ritual berbagai tingkat kehidupan. Kata-kata idam viditva menunjukkan bahwa seseorang harus memahami ajaran yang diberikan oleh Sri Krishna dalam bab ini dan dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita. Hendaknya seseorang berusaha mengerti bab-bab ini tidak berdasarkan kesarjanaan ataupun angan-angan, melainkan dengan mendengar bab-bab itu dalam pergaulan dengan para penyembah. Bab Enam sampai dengan Bab Dua belas adalah hakekat Bhagavad-gita. Enam bab pertama dan enam bab terakhir adalah seperti bungkusan enam bab pertengahan, yang khususnya dilindungi oleh Krishna. Kalau seseorang cukup beruntung hingga dapat mengerti Bhagavad-gita—terutama enam bab pertengahan—dalam pergaulan dengan para penyembah, maka kehidupannya segera menjadi mulia dan melampaui segala pertapaan, korban suci, kedermawanan, angan-angan, dan sebagainya, sebab ia dapat mencapai segala hasil kegiatan itu hanya dengan kesadaran Krishna saja.
Orang yang hanya sekedar percaya kepada Bhagavad-gita sebaiknya mempelajari Bhagavad-gita dari seorang penyembah, sebab pada awal Bab Empat dinyatakan dengan jelas bahwa Bhagavad-gita dapat dimengerti oleh para penyembah; orang lain tidak dapat mengerti tujuan Bhagavad-gita secara sempurna. Karena itu hendaknya seseorang belajar Bhagavad-gita dari seorang penyembah Krishna, bukan dari orang yang berangan-angan. Inilah tanda keyakinan. Bila seseorang mencari seorang penyembah dan akhirnya mendapat kesempatan untuk bergaul dengan seorang penyembah, pada waktu itu ia sungguh-sungguh mulai mempelajari dan memahami Bhagavad-gita. Melalui kemajuan dalam pergaulan dengan seorang penyembah, seseorang ditempatkan dalam bhakti, dan pengabdian ini menghilangkan segala keragu-raguan tentang Krishna, atau Tuhan Yang Maha Esa, serta kegiatan, bentuk, perbuatan, nama dan ciri-ciri Krishna yang lain. Sesudah segala keragu-raguan tersebut dihapus secara sempurna, seseorang menjadi mantap dalam mempelajari Bhagavad-gita. Pada waktu itu, ia menikmati pelajaran Bhagavad-gita dan mencapai keadaan selalu merasa sadar akan Krishna. Pada tingkat maju, seseorang jatuh cinta sepenuhnya kepada Krishna. Tingkat kesempurnaan hidup tertinggi memungkinkan seorang penyembah dipindahkan ke tempat tinggal Krishna di angkasa rohani, Goloka Vrndavana. Di tempat itulah seorang penyembah berbahagia untuk selamanya.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Delapan Srimad Bhagavad-gita perihal Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa.”

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat!

Berbagai Sumber | Google Images | Youtube | Support become Patreon
Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual,

agungsujana

Recent Posts

Pura Pengubengan – Besakih

Pura Pengubengan - Besakih Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui…

3 years ago

Sanghyang Tumuwuh

Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru Avir Vai nama devata, rtena-aste parivrta, tasya rupena-ime vrksah, harita…

3 years ago

Arya Kenceng

Arya Kenceng Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan…

3 years ago

Pura Andakasa

Pura Andakasa Pura Andakasa adalah pura Kahyangan Jagat, yang merupakan deretan pura utama yang ada…

4 years ago

Pura Pucak Bukit Sangkur

Pura Pucak Bukit Sangkur Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur adalah ada Di Desa Pakraman Kembang…

4 years ago

Pura Luhur Besikalung

Pura Luhur Besikalung Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan…

4 years ago