Categories: Bhagawad Gita

Bhakti Yoga – Bhagavad Gita Bab 12 – Terjemahan Bahasa Indonesia

Bab 12
Bhakti Yoga
Pengabdian Suci Bhakti

 

12.1
Arjuna uvaca
evam´ satata-yukta ye
bhaktas tvam´ paryupasate
ye capy aksaram avyaktam´
tesam´ ke yoga-vittamah

Arjunah uvaca—Arjuna berkata; evam—demikian; satata—selalu; yuktah—tekun; ye—orang yang; bhaktah—para penyembah; tvam—Anda; paryupasate—menyembah dengan sebenarnya; ye—orang yang; ca—juga; api—lagi; aksaram—di luar indera-indera; avyaktam—yang tidak terwujud; tesam—dari mereka; ke—siapa; yoga-vit-tamah—paling sempurna dalam pengetahuan yoga.

Terjemahan
Arjuna bertanya: Yang mana dianggap lebih sempurna: orang yang selalu tekun dalam bhakti kepada Anda dengan cara yang benar ataukah orang yang menyembah Brahman, yang tidak bersifat pribadi dan tidak terwujud

Penjelasan
Sekarang Krishna sudah menjelaskan tentang yang bersifat pribadi, yang tidak bersifat pribadi, bentuk semesta dan Beliau sudah menguraikan segala jenis penyembah dan yogi. Pada umumnya, para rohaniwan yang berusaha melampaui hal-hal duniawi dapat dibagi menjadi dua golongan. Yang satu adalah orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, dan yang lain adalah yang mengakui bentuk pribadi Tuhan. Seorang penyembah yang mengakui bentuk pribadi Tuhan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala tenaganya. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi juga tekun, tidak secara langsung dalam pengabdian kepada Krishna, tetapi dalam semadi pada Brahman yang tidak bersifat pribadi, atau yang tidak terwujud.
Dalam bab ini kita menemukan bahwa di antara berbagai proses untuk menginsafi Kebenaran Mutlak, bhakti-yoga, pengabdian dalam bhakti adalah yang tertinggi. Kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mengadakan hubungan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, maka ia harus melakukan bhakti.
Orang yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa secara langsung melalui bhakti disebut orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan. Orang yang menekuni semadi kepada Brahman yang tidak bersifat pribadi disebut orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Di sini Arjuna bertanya kedudukan mana yang lebih baik. Ada berbagai cara untuk menginsafi Kebenaran Mutlak, tetapi dalam bab ini Krishna menunjukkan bahwa bhakti-yoga, atau bhakti kepada Krishna adalah cara tertinggi. Cara bhakti adalah cara yang paling langsung, dan cara paling mudah untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Bab Dua dari Bhagavad-gita, Tuhan Yang Maha Esa menjelaskan bahwa makhluk hidup bukan badan jasmani; makhluk hidup adalah bunga api rohani. Kebenaran Mutlak adalah keseluruhan rohani. Dalam Bab Tujuh Krishna berbicara tentang makhluk hidup sebagai bagian dari keseluruhan yang paling utama yang mempunyai sifat yang sama seperti keseluruhan yang paling utama itu. Krishna menganjurkan supaya makhluk hidup mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada keseluruhan itu. Kemudian sekali lagi dalam Bab Delapan dinyatakan bahwa siapapun yang berpikir tentang Krishna pada saat meninggalkan badannya segera dipindahkan ke angkasa rohani, ketempat tinggal Krishna. Pada akhir Bab Enam, Krishna menyatakan dengan jelas bahwa di antara semua yogi, orang yang selalu berpikir tentang Krishna di dalam hatinya adalah yogi yang paling sempurna. Dalam hampir setiap bab, kesimpulan ialah bahwa orang sebaiknya terikat pada bentuk pribadi Krishna, sebab itulah keinsafan rohani yang tertinggi.
Walaupun demikian, ada orang yang tidak terikat pada bentuk pribadi Krishna. Mereka begitu teguh dalam melepaskan ikatan sehingga dalam menyusun tafsiran Bhagavad-gita mereka ingin mengalihkan perhatian orang ke hal-hal selain Krishna dan memindahkan segala bhakti kepada brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi. Mereka lebih suka bersemadi pada bentuk Kebenaran Mutlak yang tidak bersifat pribadi, yang berada di luar jangkauan indera-indera yang tidak terwujud.
Jadi, sebenarnya ada dua golongan rohaniwan. Sekarang Arjuna sedang berusaha menyelesaikan pertanyaan tentang proses mana yang lebih mudah dan golongan mana yang paling sempurna. Dengan kata lain, Arjuna memperjelas kedudukannya sendiri karena dia terikat pada bentuk pribadi Krishna. Dia tidak terikat pada Brahman yang tidak bersifat pribadi. Arjuna ingin mengetahui apakah kedudukannya aman. Manifestasi yang tidak bersifat pribadi, baik di dunia material ini maupun di dunia rohani tempat Tuhan Yang Maha Esa, merupakan masalah untuk semadi. Sebenarnya, seseorang tidak dapat membayangkan aspek Kebenaran Mutlak yang tidak bersifat pribadi dengan cara yang sempurna. Karena itu, Arjuna ingin berkata, Apa gunanya membuang waktu seperti itu” Dalam Bab Sebelas Arjuna mengalami bahwa lebih baik seseorang terikat pada bentuk pribadi Krishna, sebab dengan demikian ia dapat mengerti segala bentuk lainnya pada waktu yang sama dan tidak ada gangguan terhadap cinta-bhaktinya kepada Krishna. Pertanyaan yang penting ini yang diajukan kepada Krishna oleh Arjuna akan menjelaskan perbedaan antara paham Kebenaran Mutlak yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan paham yang mengakui bentuk pribadi Tuhan.

12.2
sri-bhagavan uvaca
mayy avesya mano ye mam´
nitya-yukta upasate
sraddhaya parayopetas
te me yuktatama matah

Sri-bhagavan uvaca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; mayi—kepada-Ku; avesya—memusatkan; manah—pikiran; ye—orang yang; mam—Aku; nitya—selalu; yuktah—tekun; upasate—menyembah; sraddhaya—dengan keyakinan; paraya—rohani; upetah—dianugerahkan; te—mereka; me—oleh-Ku; yukta-tamah—paling sempurna dalam yoga; matah—dianggap.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Orang yang memusatkan pikirannya pada bentuk pribadi-Ku dan selalu tekun menyembah-Ku dengan keyakinan besar yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi Aku anggap paling sempurna.

Penjelasan
Sebagai jawaban atas pertanyaan Arjuna, Krishna menyatakan dengan jelas bahwa orang yang memusatkan perhatiannya pada bentuk pribadi Krishna dan menyembah Krishna dengan keyakinan dan bhakti adalah orang yang paling sempurna dalam yoga. Tidak ada kegiatan material bagi orang yang sadar akan Krishna seperti itu, sebab segala sesuatu dilakukan demi Krishna. Seorang penyembah yang murni senantiasa tekun seperti itu. Kadang-kadang ia memuji, kadang-kadang ia mendengar atau membaca buku tentang Krishna, atau kadang-kadang dia masak prasadam atau pergi ke pasar untuk membeli sesuatu untuk Krishna, kadang-kadang dia membersihkan tempat sembahyang atau piring—dalam apapun yang dilakukannya, ia tidak membiarkan sedetikpun berlalu tanpa mempersembahkan kegiatannya kepada Krishna. Perbuatan seperti itu dilakukan dalam samadhi sepenuhnya.

12.3-4
ye tv aksaram anirdesyam
avyaktam´ paryupasate
sarvatra-gam acintyam´ ca
kuta-stham acalam´ dhruvam

sanniyamyendriya-gramam´
sarvatra sama-buddhayah
te prapnuvanti mam eva
sarva-bhuta-hite ratah

ye—orang yang; tu—tetapi; aksaram—yang di luar jangkauan indera-indera; anirdesyam—tidak tentu; avyaktam—tidak terwujud; paryupasate—tekun sepenuhnya dalam menyembah; sarvatra-gam—berada di mana-mana; acintyam—tidak dapat dipahami; ca—juga; kuta-stham—tidak pernah berubah; acalam—tidak dapat dipindahkan; dhruvam—mantap; sanniyamya—mengendalikan; indriya-gramam—semua indera; sarvatra—di mana-mana; sama-buddhayah—bersikap yang sama; te—mereka; prapnuvanti—mencapai; mam—Aku; eva—pasti; sarva-bhutahite—demi kesejahteraan semua makhluk hidup; ratah—sibuk.

Terjemahan
Tetapi orang yang sepenuhnya menyembah yang tidak terwujud, di luar jangkauan indera-indera, yang berada di mana-mana, tidak dapat dipahami, tidak pernah berubah, mantap dan tidak dapat dipindahkan—paham tentang Kebenaran Mutlak yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan—dengan mengendalikan indera-indera, bersikap yang sama terhadap semua orang, dan sibuk demi kesejahteraan semua orang, akhirnya mencapai kepada-Ku.

Penjelasan
Orang yang tidak menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, secara langsung, tetapi berusaha mencapai tujuan yang sama melalui proses tidak langsung, juga akhirnya mencapai tujuan yang sama yaitu, Sri Krishna. Sesudah dilahirkan berulangkali, orang bijaksana berlindung dalam Diri-Ku, dengan mengetahui, bahwa Vasudeva adalah segala sesuatu.” Bila seseorang mencapai pengetahuan yang lengkap sesudah dilahirkan berulangkali, ia menyerahkan diri kepada Sri Krishna. Kalau seseorang mendekati Tuhan Yang Maha Esa dengan cara yang disebut dalam ayat ini, ia harus mengendalikan indera-indera, mengabdikan diri kepada semua orang dan menjadi sibuk demi kesejahteraan semua makhluk. Diisyaratkan bahwa seseorang harus mendekati Sri Krishna, kalau tidak, tidak ada keinsafan yang sempurna. Seringkali seseorang harus banyak bertapa sebelum ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Krishna.
Untuk mengerti Roh Yang Utama di dalam roh yang individual, seseorang harus menghentikan kegiatan indera-indera, yaitu melihat, mendengar, merasa, bekerja dan sebagainya. Kemudian ia mengerti bahwa Roh Yang Utama berada di mana-mana. Sesudah menginsafi kenyataan ini, seseorang tidak iri kepada semua makhluk hidup manapun—ia tidak melihat perbedaan apapun antara manusia dan binatang, sebab dia hanya melihat sang roh, bukan tutup lahiriahnya. Tetapi bagi orang awam, cara keinsafan yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan sangat sulit.

12.5
kleso ‘dhikataras tesam
avyaktasakta-cetasam
avyakta hi gatir duhkham´
dehavadbhir avapyate

klesah—kesulitan; adhika-tarah—sangat; tesam—dari mereka; avyakta—kepada yang tidak terwujud; asakta—terikat; cetasam—orang yang pikirannya; avyakta—menuju yang tidak berwujud; hi—pasti; gatih—kemajuan; duhkham—dengan kesulitan; deha-vadbhih—oleh yang berada di dalam badan; avapyate—dicapai.

Terjemahan
Orang yang pikirannya terikat pada aspek Yang Mahakuasa yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi sulit sekali maju. Kemajuan dalam disiplin itu selalu sulit sekali bagi orang yang mempunyai badan.

Penjelasan
Golongan rohaniwan yang mengikuti jalan aspek Tuhan Yang Maha Esa yang bersifat tak pribadi, tidak dapat dipahami dan tidak terwujud disebut para jñana-yogi, sedangkan orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya dan tekun dalam bhakti kepada Tuhan disebut para bhaktiyogi. Sekarang perbedaan antara jñana-yogi dan bhakti yoga diungkapkan secara pasti. Kendatipun proses jñana-yoga akhirnya dapat membawa seseorang sampai tujuan yang sama, proses jñana-yoga sulit sekali, sedangkan jalan bhakti-yoga, proses berbhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa secara langsung, lebih mudah dan lebih wajar bagi sang roh di dalam badan. Roh yang individual sudah berada di dalam badan sejak sebelum awal sejarah. Sulit sekali ia mengerti bahwa Diri-Nya bukan badan hanya secara teori saja. Karena itu, seorang bhaktiyogi mengakui Arca Krishna patut disembah sebab masih ada paham jasmani di dalam pikiran yang dapat digunakan dengan cara seperti itu. Tentu saja, sembahyang kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk-Nya di tempat sembahyang bukan sembahyang kepada berhala. Dalam kesusasteraan Veda ada bukti bahwa sembahyang dapat bersifat saguna dan nirguna Yang Mahakuasa yang memiliki atau tidak memiliki sifat. Sembahyang kepada Arca di tempat sembahyang adalah sembahyang yang bersifat saguna, sebab Tuhan diwujudkan melalui sifat-sifat material. Tetapi meskipun bentuk Tuhan diwujudkan melalui sifat-sifat material seperti batu, kayu atau cat minyak, sebenarnya bentuk itu bukan bentuk material. Itulah sifat mutlak Tuhan Yang Maha Esa.
Di sini sebuah contoh yang sederhana dapat dikemukakan. Barangkali dijalan kita melihat banyak kotak surat (bis surat) yang dipasang secara resmi oleh petugas Kantor Pos. Jika kita memasukkan surat-surat ke dalam kotak-kotak itu, maka secara wajar surat-surat tersebut akan dibawa ke tempat tujuannya tanpa kesulitan. Tetapi jika sembarangan kotak, atau kotak tiruan yang kita temukan pada tempat lain yang tidak diakui secara resmi oleh Jawatan Pos, dan memasukkan surat di situ, maka proses pengiriman tersebut tidak akan terlaksana. Begitu pula, ada perwujudan Tuhan Yang Maha Esa yang dibenarkan dalam bentuk Arca, yang disebut arca-vigraha. Arca vigraha adalah penjelmaan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan akan menerima bhakti melalui bentuk itu. Tuhan adalah Yang Mahasakti dan Mahaperkasa; karena itu, Beliau dapat menerima pengabdian seorang penyembah melalui penjelmaan-Nya sebagai arca-vigraha, untuk mempermudah pengabdian bagi manusia dalam kehidupan yang terikat.
Karena itu, seorang penyembah tidak mengalami kesulitan apapun untuk segera mendekati Yang Mahakuasa secara langsung. Tetapi orang yang menempuh jalan menuju keinsafan rohani yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengalami kesulitan. Mereka harus mengerti gambaran Yang Mahakuasa yang tidak terwujud melalui kesusasteraan Veda seperti Upanisad-upanisad, dan mereka harus menguasai bahasa, mengerti perasaan yang tidak dapat dilihat, dan menginsafi segala proses tersebut. Hal ini tidak mudah bagi orang awam. Orang yang sadar akan Krishna dan menekuni bhakti menginsafi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan mudah sekali hanya dengan bimbingan guru kerohanian yang dapat dipercaya, bersujud secara teratur kepada Arca, mendengar kebesaran Tuhan, dan makan sisa makanan yang sudah dipersembahkan kepada Tuhan. Tidak dapat diragu-ragukan bahwa orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan sedang menempuh jalan yang penuh kesulitan. Mereka juga mengambil resiko bahwa akhirnya mereka tidak akan menginsafi Kebenaran Mutlak. Sebenarnya mereka tidak perlu menempuh jalan itu dengan resikonya yang berat. Tetapi orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengambil resiko, gangguan maupun kesulitan apapun, dan ia mendekati Kepribadian Yang Paling Utama secara langsung. Ayat yang serupa terdapat dalam Srimad-Bhagavatam. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa kalau pada akhirnya seseorang harus menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa (proses penyerahan diri itu disebut bhakti), tetapi sebagai penggantinya ia bersusah-susah untuk mengerti apa Brahman dan apa yang bukan Brahman dan mengisi seluruh masa hidupnya dengan cara seperti itu, maka akibatnya hanya mempersulit Diri-Nya. Karena itu, di sini dianjurkan supaya orang tidak mulai mengikuti jalan keinsafan diri yang penuh kesulitan seperti itu, sebab hasilnya yang terakhir tidak dapat dipastikan.
Makhluk hidup adalah roh yang individual untuk selamanya. Kalau sang roh ingin menunggal ke dalam keseluruhan rohani, barangkali ia dapat mencapai keinsafan terhadap aspek-aspek yang kekal dan penuh pengetahuan dari sifatnya yang asli, tetapi bagian kebahagiaan tidak diinsafi. Atas berkat karunia seorang penyembah, seorang rohaniwan yang memiliki pengetahuan yang tinggi dalam proses jñana-yoga, dapat mencapai bhakti-yoga atau pengabdian dalam bhakti. Pada waktu itu, latihan yang sudah lama ditekuninya dalam filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan juga menjadi sumber kesulitan, sebab ia tidak dapat meninggalkan paham itu. Karena itu, sang roh di dalam badan selalu mengalami kesulitan dengan aspek yang tidak terwujud, baik pada waktu berlatih maupun pada waktu keinsafan. Setiap roh yang hidup mempunyai kebebasan sebagian. Karena itu, ia harus mengetahui dengan pasti bahwa keinsafan yang tidak terwujud tersebut bertentangan dengan ciri diri rohaninya yang penuh kebahagiaan. Sebaiknya orang jangan mulai mengikuti proses tersebut. Proses kesadaran Krishna, yang menyangkut kesibukan sepenuhnya dalam bhakti, adalah cara terbaik untuk setiap makhluk hidup yang individual. Kalau seseorang ingin mengalpakan bhakti tersebut, ada bahaya bahwa ia akan memeluk filsafat yang tidak percaya kepada Tuhan. Karena itu, proses memusatkan perhatian kepada yang tidak terwujud, yang tidak dapat dipahami, yang di luar pendekatan indera-indera, sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini, sebaiknya jangan sekali-sekali dianjurkan, khususnya pada jaman ini. Sri Krishna tidak menganjurkan proses tersebut dalam ayat ini.

12.6-7
ye tu sarvani karmani
mayi sannyasya mat-parah
ananyenaiva yogena
mam´ dhyayanta upasate

tesam aham´ samuddharta
mrtyu-sam´sara-sagarat
bhavami na cirat partha
mayy avesita-cetasam

ye—orang yang; tu—tetapi; sarvani—semua; karmani—kegiatan; mayi—kepada-Ku; sannyasya—meninggalkan; mat-parah—terikat kepada-Ku; ananyena—tanpa pembagian; eva—pasti; yogena—oleh latihan bhakti-yoga seperti itu; mam—kepada-Ku; dhyayantah—bersemadi; upasate—sembah yang; tesam—bagi mereka; aham—Aku; samuddharta—yang menyelamatkan; mrtyu—dari kematian; sam´sara—dalam kehidupan material; sagarat—dari lautan; bhavami—Aku menjadi; na—tidak; cirat—sesudah lama; partha—wahai putera Prtha; mayi—kepada-Ku; avesita—mantap; cetasam—mengenai orang yang pikirannya.

Terjemahan
Tetapi orang yang menyembah-Ku, menyerahkan segala kegiatannya kepada-Ku, setia kepada-Ku tanpa menyimpang, tekun dalam pengabdian suci bhakti, selalu bersemadi kepada-Ku, dan sudah memusatkan pikirannya kepada-Ku—cepat -Kuselamatkan dari lautan kelahiran dan kematian, wahai putera Prtha.

Penjelasan
Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa para penyembah beruntung sekali karena mereka diselamatkan dari kehidupan material oleh Tuhan dalam waktu yang singkat sekali. Dalam bhakti yang murni, seseorang menginsafi bahwa Tuhan adalah Yang Mahabesar dan bahwa roh yang individual selalu takluk kepada Tuhan. Kewajibannya ialah mengabdikan diri kepada Tuhan—dan kalau dia tidak mengabdikan diri kepada Tuhan, dia akan mengabdikan diri kepada maya.
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, Tuhan Yang Maha Esa hanya dapat dimengerti melalui bhakti. Karena itu, sebaiknya seseorang berbhakti sepenuhnya. Sebaiknya ia memusatkan pikirannya sepenuhnya kepada Krishna. Hendaknya seseorang hanya bekerja demi Krishna. Jenis pekerjaan yang ditekuni seseorang tidak menjadi soal, tetapi pekerjaan itu sebaiknya dilakukan hanya demi Krishna. Itulah standar bhakti. Seorang penyembah tidak bercita-cita mencapai sesuatu pun selain memuaskan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Maksud dan tujuan hidupnya ialah untuk menyenangkan hati Krishna, dan dia dapat mengorbankan segala sesuatu untuk memuaskan Krishna, seperti yang dilakukan oleh Arjuna dalam perang Kuruksetra. Proses tersebut sederhana sekali: Seseorang dapat menekuni pencahariannya dan pada waktu yang sama tekun mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare. Mengucapkan mantra rohani seperti itu menyebabkan seorang penyembah tertarik kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Di sini Tuhan Yang Maha Esa berjanji bahwa Beliau akan segera menyelamatkan seorang penyembah murni yang tekun seperti itu dari lautan kehidupan material. Orang yang sudah maju dalam latihan yoga secara sengaja dapat memindahkan sang roh ke planet manapun yang diinginkannya melalui proses yoga, dan orang lain mengambil kesempatan dengan berbagai cara. Tetapi dinyatakan dengan jelas di sini bahwa Tuhan Sendiri membawa seorang penyembah. Seorang penyembah tidak perlu menunggu sampai dia berpengalaman sekali untuk memindahkan Diri-Nya ke angkasa rohani.
Dalam Varaha Purana, ayat berikut berbunyi:

nayami paramam´ sthanam
arcir-adi-gatim´ vina
garuda-skandham aropya
yatheccham anivaritah

Penjelasan ayat ini ialah bahwa seorang penyembah tidak perlu berlatih astanga-yoga untuk memindahkan rohnya ke planet-planet rohani. Tanggung jawab untuk itu dipikul oleh Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Krishna menyatakan di sini bahwa Krishna Sendiri yang menyelamatkan seorang penyembah.
Seorang anak dipelihara sepenuhnya oleh orang tuanya. Karena itu, kedudukan si anak aman. Begitu pula, seorang penyembah tidak perlu berusaha memindahkan Diri-Nya ke planet lain melalui latihan yoga. Melainkan, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya yang besar, segera datang dengan menaiki burung Garuda, dan segera menyelamatkan penyembah-Nya dari kehidupan material. Jika seseorang jatuh ke dalam lautan walaupun ia berjuang dengan keras sekali dan mungkin pandai berenang, dia tidak sanggup menyelamatkan diri. Tetapi kalau orang lain datang dan mengangkat orang itu dari lautan, ia diselamatkan dengan mudah sekali. Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa mengangkat seorang penyembah dari kehidupan material ini. Seseorang hanya perlu berlatih proses kesadaran Krishna yang mudah dan menekuni bhakti sepenuhnya. Semua orang cerdas sebaiknya selalu lebih suka proses bhakti daripada jalan lainnya. Dalam Narayaniya, kenyataan ini dibenarkan sebagai berikut:

ya vai sadhana-sampattih
purusartha-catustaye
taya vina tad apnoti
naro narayanasrayah

Penjelasan ayat ini adalah bahwa hendaknya seseorang janganlah menekuni berbagai proses kegiatan untuk membuahkan hasil atau mengembangkan pengetahuan melalui proses angan-angan. Orang yang berbhakti kepada Kepribadian Yang Paling Utama dapat memperoleh segala manfaat yang diperoleh dari proses-proses yoga, angan-angan, ritual, korban suci, kedermawanan, dan sebagainya. Itulah berkat bhakti yang istimewa.
Hanya dengan mengucapkan nama suci Krishna—Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare—seorang penyembah Krishna dapat mendekati tujuan yang paling utama dengan mudah dan bahagia, tetapi tujuan itu tidak dapat didekati oleh proses-proses rohani lainnya.
Kesimpulan Bhagavad-gita dinyatakan dalam Bab Delapan belas:

sarva-dharman parityajya
mam ekam´ saranam´ vraja
aham´ tvam´ sarva-papebhyo
moksayisyami ma sucah

[Bg. 18.66]
Sebaiknya seseorang meninggalkan segala proses keinsafan diri lainnya dan hanya melaksanakan bhakti dalam kesadaran Krishna. Itu akan memungkinkan ia mencapai kesempurnaan hidup tertinggi. Ia tidak perlu mempertimbangkan perbuatan yang berdosa dari penjelmaan yang lalu, sebab Tuhan Yang Maha Esa mengurus orang itu sepenuhnya. Karena itu, hendaknya seseorang jangan berusaha secara sia-sia untuk menyelamatkan Diri-Nya dalam keinsafan rohani. Sebaiknya semua orang berlindung kepada Tuhan Yang Mahaperkasa, Krishna. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi.

12.8
mayy eva mana adhatsva
mayi buddhim´ nivesaya
nivasisyasi mayy eva
ata urdhvam´ na sam´sayah

mayi—kepada-Ku; eva—pasti; manah—pikiran; adhatsva—memantapkan; mayi—kepada-Ku; buddhim—kecerdasan; nivesaya—menggunakan; nivasisyasi—engkau akan hidup; mayi—dalam Diri-Ku; eva—pasti; atah urdhvam—sesudah itu; na—tidak pernah; sam´sayah—keragu-raguan.

Terjemahan
Pusatkanlah pikiranmu kepada-Ku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan gunakanlah segala kecerdasanmu dalam Diri-Ku. Dengan cara demikian, engkau akan selalu hidup di dalam Diri-Ku, tanpa keragu-raguan.

Penjelasan
Orang yang menekuni bhakti kepada Sri Krishna hidup dalam hubungan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, tidak dapat diragukan bahwa kedudukannya sudah bersifat rohani sejak awal. Seorang penyembah tidak hidup pada tingkat material—ia hidup di dalam Krishna. Nama Suci Tuhan dan Tuhan Sendiri tidak berbeda. Karena itu, bila seorang penyembah mengucapkan mantra Hare Krishna, Krishna serta kekuatan dalam dari Krishna sedang menari pada lidah penyembah itu. Bila seorang penyembah mempersembahkan makanan kepada Krishna, Krishna menerima makanan itu secara langsung, dan penyembah itu diKrishnakan dengan memakan sisa makanan itu. Orang yang tidak menekuni bhakti seperti itu tidak dapat mengerti bagaimana kenyataan ini terjadi, walaupun ini merupakan proses yang dianjurkan dalam Bhagavad-gita dan kesusasteraan Veda lainnya.

12.9
atha cittam´ samadhatum´
na saknosi mayi sthiram
abhyasa-yogena tato
mam icchaptum´ dhanañjaya

atha—kalau, karena itu; cittam—pikiran; samadhatum—memusatkan; na—tidak; saknosi—engkau dapat; mayi—kepada-Ku; sthiram—secara mantap; abhyasa-yogena—dengan latihan bhakti; tatah—kemudian; mam—Aku; iccha—inginkanlah; aptum—mencapai; dhanam-jaya—wahai perebut kekayaan, Arjuna.

Terjemahan
Arjuna yang baik hati, perebut kekayaan, kalau engkau tidak dapat memusatkan pikiranmu kepada-Ku tanpa menyimpang, ikutilah prinsip-prinsip yang mengatur bhakti-yoga. Dengan cara demikian, kembangkanlah keinginan untuk mencapai kepada-Ku.

Penjelasan
Dalam ayat ini, dua proses bhakti-yoga yang berbeda tersebut. Proses pertama menyangkut orang yang sudah sungguh-sungguh mengembangkan ikatan kepada Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, melalui cinta-bhakti rohani. Proses kedua dimaksudkan untuk orang yang belum mengembangkan ikatan terhadap Kepribadian Yang Paling Utama melalui cinta-bhakti rohani. Berbagai aturan dan peraturan sudah ditetapkan untuk golongan kedua tersebut. Aturan itu dapat diikuti supaya akhirnya mereka diangkat sampai tingkat ikatan kepada Krishna.
Bhakti-yoga berarti penyucian indera-indera. Saat ini dalam kehidupan material indera-indera selalu tidak suci, sebab indera-indera sibuk dalam kepuasan indera-indera. Tetapi indera-indera tersebut dapat disucikan melalui latihan bhakti-yoga, dan dalam keadaan suci indera-indera berhubungan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan material ini, barangkali kita sibuk melayani seorang majikan, tetapi kita tidak sungguh-sungguh mengabdikan diri kepada majikan dengan cinta kasih. Kita hanya mengabdi untuk mendapat uang. Majikan juga tidak mencintai karyawannya; dia menerima pengabdian kita dan kemudian memberi gaji. Karena itu, tidak ada cinta kasih dalam hubungan tersebut. Tetapi seseorang harus diangkat sampai tingkat cinta-bhakti yang murni untuk kehidupan rohani. Tingkat cinta-bhakti itu dapat dicapai melalui latihan pengabdian suci, yang dilakukan dengan indera-indera yang kita miliki sekarang.
Saat ini cinta-bhakti tersebut terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang bersemayam di dalam hati semua orang berada dalam keadaan tidur. Cinta-bhakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berada di dalam hati orang terwujud dengan berbagai cara, tetapi cinta-bhakti itu dicemarkan oleh pergaulan material. Sekarang hati kita harus disucikan dari pergaulan material, dan cintabhakti yang wajar kepada Krishna yang bersemayam di dalam hati kita harus dihidupkan kembali. Itulah seluruh proses yang dimaksud.
Untuk mempraktekkan prinsip-prinsip yang mengatur bhakti-yoga, seseorang harus mengikuti beberapa prinsip tertentu di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang ahli: Sebaiknya dia bangun pagi-pagi, mandi, masuk tempat sembahyang, berdoa dan mengucapkan mantra Hare Krishna, kemudian mengumpulkan bunga untuk dipersembahkan kepada Arca, menerima prasadam, dan sebagainya. Ada berbagai aturan dan peraturan yang harus diikuti orang. Hendaknya seseorang juga senantiasa mendengar Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam dari para penyembah yang murni. Latihan tersebut dapat membantu semua orang untuk diangkat sampai tingkat cinta-bhakti kepada Tuhan, dan pada waktu itu ia pasti akan maju hingga memasuki kerajaan rohani Tuhan. Latihan bhakti-yoga tersebut, di bawah aturan dan peraturan, dengan petunjuk-petunjuk dari seorang guru kerohanian, pasti akan membawa seseorang sampai tingkat cinta-bhakti kepada Tuhan.

12.10
abhyase ‘py asamartho ‘si
mat-karma-paramo bhava
mad-artham api karmani
kurvan siddhim avapsyasi

abhyase—dalam mempraktekkan; api—kalaupun; asamarthah—tidak sanggup; asi—engkau adalah; mat-karma—pekerjaan-Ku; paramah—dipersembahkan kepada; bhava—menjadi; mat-artham—demi-Ku; api—walaupun; karmani—pekerjaan; kurvan—melakukan; siddhim—kesempurnaan; avapsyasi—engkau akan mencapai.

Terjemahan
Kalau engkau tidak sanggup mengikuti latihan aturan bhakti-yoga, cobalah bekerja untuk-Ku, sebab dengan bekerja untuk-Ku, engkau akan mencapai tingkat yang sempurna.

Penjelasan
Orang yang tidak dapat mengikuti latihan prinsip-prinsip yang mengatur bhakti-yoga, di bawah bimbingan seorang guru kerohanian, masih dapat ditarik sampai tingkat kesempurnaan tersebut dengan cara bekerja untuk Tuhan Yang Maha Esa. Cara melakukan pekerjaan tersebut sudah dijelaskan dalam ayat lima puluh lima dari Bab Sebelas. Hendaknya seseorang simpatik terhadap kegiatan mengajarkan kesadaran Krishna. Ada banyak penyembah yang tekun mengajarkan kesadaran Krishna, dan mereka perlu dibantu. Jadi, kalau seseorang tidak sanggup mengikuti latihan prinsip-prinsip yang mengatur bhakti-yoga secara langsung, ia dapat berusaha membantu pekerjaan seperti itu. Tiap-tiap usaha memerlukan tanah, modal, organisasi dan tenaga. Seperti halnya dalam usaha dagang seseorang memerlukan tempat tinggal, sejumlah modal untuk digunakan, sejumlah tenaga dan organisasi untuk memperluas kegiatan, begitu pula bahan-bahan yang sama dibutuhkan dalam pengabdian kepada Krishna. Satu-satunya perbedaan ialah bahwa dalam keduniawian seseorang bekerja demi kepuasan indera-indera. Akan tetapi, pekerjaan yang sama dapat dilakukan demi kepuasan Krishna, dan itulah kegiatan rohani. Kalau seseorang memiliki dana secukupnya, ia dapat membantu mendirikan kantor atau tempat sembahyang untuk mengajarkan kesadaran Krishna. Ia dapat membantu dengan penerbitan. Ada berbagai lapangan kegiatan, dan hendaknya seseorang tertarik pada kegiatan seperti itu. Kalau seseorang tidak dapat mengorbankan hasil kegiatannya, orang yang sama masih dapat mengorbankan sebagian dari hasil pekerjaannya untuk mengajarkan kesadaran Krishna. Mengabdikan diri secara sukarela seperti itu demi kepentingan kesadaran Krishna akan membantu seseorang untuk naik tingkat sampai tingkat yang lebih tinggi dalam cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan pada waktu ia mencapai tingkat itu, ia menjadi sempurna.

12.11
athaitad apy asakto ‘si
kartum´ mad-yogam asritah
sarva-karma-phala-tyagam´
tatah kuru yatatmavan

atha—walaupun; etat—ini; api—juga; asaktah—tidak sanggup; asi—engkau adalah; kartum—melakukan; mat—kepada-Ku; yogam—dalam bhakti; asritah—berlindung; sarva-karma—dari segala kegiatan; phala—dari hasil; tyagam—melepaskan ikatan; tatah—kemudian; kuru—lakukan; yata-atma-van—mantap dalam sang diri.

Terjemahan
Akan tetapi, kalau engkau tidak sanggup bekerja sambil sadar kepada-Ku seperti ini, cobalah bertindak dengan melepaskan segala hasil dari pekerjaanmu dan berusaha menjadi mantap dalam diri sendiri.

Penjelasan
Mungkin seseorang tidak dapat ikut simpatik dengan kegiatan kesadaran Krishna karena pertimbangan masyarakat, keluarga, keagamaan atau alangan lain. Kalau seseorang menjadi terikat secara langsung pada kegiatan kesadaran Krishna, barangkali anggota keluarganya berkeberatan, atau ada banyak kesulitan yang lain. Orang yang mengalami masalah seperti itu dianjurkan mengorbankan hasil kegiatannya yang sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan yang baik. Prosedur-prosedur seperti itu diuraikan dalam aturan Veda. Ada banyak uraian tentang korban-korban suci dan fungsi-fungsi khusus punya, atau pekerjaan khusus untuk menggunakan hasil perbuatan seseorang dari dahulu. Dengan cara demikian, berangsur-angsur seseorang dapat naik tingkat sampai tingkat pengetahuan. Juga dilihat bahwa bila orang yang tidak tertarik pada kegiatan kesadaran Krishna memberi sumbangan kepada rumah sakit atau lembaga sosial lainnya, ia menyerahkan hasil kegiatannya yang telah diperoleh sesudah bekerja dengan keras. Kegiatan itu juga dianjurkan di sini, sebab melalui cara melepaskan hasil kegiatan seseorang pasti menyucikan pikirannya tahap demi tahap. Kalau pikiran seseorang sudah disucikan, ia dapat mengerti kesadaran Krishna. Tentu saja kesadaran Krishna tidak bergantung pada pengalaman lain, sebab kesadaran Krishna dengan sendirinya dapat menyucikan pikiran seseorang. Tetapi kalau ada alangan sehingga seseorang tidak dapat mulai melakukan kesadaran Krishna ia dapat berusaha menyerahkan hasil perbuatannya. Dalam hal ini, pengabdian sosial, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada bangsa, pengorbanan untuk negara, dan sebagainya, dapat diterima supaya pada suatu hari seseorang dapat mencapai tingkat bhakti yang murni kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagavad-gita (18.46) dinyatakan, yatah pravrttir bhutanam: kalau seseorang memutuskan untuk berkorban demi kepentingan utama, walaupun ia tidak mengetahui bahwa kepentingan yang paling utama itu adalah Krishna, berangsur-angsur dia akan mengerti bahwa Krishna adalah sebab utama melalui metode korban suci.

12.12
sreyo hi jñanam abhyasaj
jñanad dhyanam´ visisyate
dhyanat karma-phala-tyagas
tyagac chantir anantaram

sreyah—lebih baik; hi—pasti; jñanam—pengetahuan; abhyasat—latihan; jñanat—daripada pengetahuan; dhyanam—semadi; visisyate—dianggap lebih baik; dhyanat—daripada semadi; karma-phala-tyagah—melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; tyagat—dengan melepaskan ikatan seperti itu; santih—kedamaian; anantaram—sesudah itu.

Terjemahan
Kalau engkau tidak sanggup mengikuti latihan tersebut, tekunilah pengembangan pengetahuan. Akan tetapi, semadi lebih baik daripada pengetahuan, dan melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan lebih baik daripada semadi, sebab dengan melepaskan ikatan seperti itu seseorang dapat mencapai kedamaian jiwa.

Penjelasan
Sebagaimana disebut dalam ayat-ayat sebelumnya, ada dua jenis bhakti: Cara prinsip-prinsip yang mengatur dan cara ikatan penuh dalam cinta-bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang sungguh-sungguh tidak sanggup mengikuti prinsip-prinsip kesadaran Krishna lebih baik mengembangkan pengetahuan, sebab pengetahuan memungkinkan seseorang mengerti kedudukannya yang sebenarnya. Berangsur-angsur pengetahuan akan berkembang sampai tingkat semadi. Dengan semadi seseorang dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melalui proses yang bertahap. Ada proses-proses yang menyebabkan orang menganggap Diri-Nya Yang Mahakuasa, dan jenis semadi seperti itu lebih disukai kalau seseorang tidak sanggup menekuni bhakti. Kalau seseorang tidak sanggup seperti itu, ada tugas-tugas kewajiban yang dianjurkan, sebagaimana ditetapkan dalam kesusasteraan Veda, untuk para brahmana, ksatriya, vaisya, dan sudra. Tugas-tugas itu diuraikan dalam bab terakhir dari Bhagavad-gita. Tetapi dalam segala keadaan, hendaknya seseorang menyerahkan hasil atau buah dari pekerjaannya; ini berarti menggunakan hasil karma untuk tujuan yang baik.
Sebagai ringkasan, untuk mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tujuan tertinggi, ada dua proses: Salah satu proses ialah melalui perkembangan secara bertahap, dan proses lainnya secara langsung. Bhakti dalam kesadaran Krishna ialah metode langsung, dan metode lainnya menyangkut pelepasan ikatan terhadap hasil kegiatan. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai tingkat pengetahuan, kemudian tingkat semadi, kemudian tingkat pengertian Roh Yang Utama, kemudian tingkat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat mengikuti proses tahap demi tahap atau jalan secara langsung. Proses langsung tidak mungkin dilakukan oleh semua orang; karena itu, proses tidak langsung juga baik. Akan tetapi, dimengerti bahwa proses tidak langsung tidak dianjurkan untuk Arjuna, sebab Arjuna sudah berada pada tingkat cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Proses tidak langsung dimaksudkan untuk orang lain, yang belum mencapai tingkat ini. Sebaiknya mereka mengikuti proses bertahap yang terdiri dari pelepasan ikatan, pengetahuan, semadi dan keinsafan terhadap Roh Yang Utama dan Brahman. Bhagavad-gita menitikberatkan proses langsung. Dianjurkan supaya semua orang mengikuti metode langsung dan menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.

12.13-14
advesta sarva-bhutanam´
maitrah karuna eva ca
nirmamo nirahankarah
sama-duhkha-sukhah ksami

santustah satatam´ yogi
yatatma drdha-niscayah
mayy arpita-mano-buddhir
yo mad-bhaktah sa me priyah

advesta—tidak iri; sarva-bhutanam—terhadap semua makhluk; maitrah—ramah; karunah—murah hati; eva—pasti; ca—juga; nirmamah—bebas dari rasa memiliki sesuatu; nirahankarah—bebas dari keakuan yang palsu; sama—sama; duhkha—dalam dukacita; sukhah—dan kebahagiaan; ksami—memaafkan; santustah—puas; satatam—selalu; yogi—orang yang tekun dalam bhakti; yata-atma—mengendalikan diri; drdha-niscayah—dengan ketabahan hati; mayi—kepada-Ku; arpita—tekun; manah—pikiran; buddhih—dan kecerdasan; yah—orang yang; mat-bhaktah—penyembah-Ku; sah—dia; me—kepada-Ku; priyah—dicintai.

Terjemahan
Orang yang tidak iri tetapi menjadi kawan baik bagi semua makhluk hidup, tidak menganggap Diri-Nya pemilik, bebas dari keakuan palsu, bersikap sama baik dalam suka maupun duka, bersikap toleransi, selalu puas, mengendalikan diri, tekun dalam bhakti dengan ketabahan hati, dengan pikiran dan kecerdasannya dipusatkan kepada-Ku—penyembah-Ku yang seperti itu sangat Kucintai.

Penjelasan
Sekali lagi Krishna membicarakan soal bhakti yang murni dan menguraikan kwalifikasi rohani seorang penyembah yang murni dalam dua ayat ini. Seorang penyembah murni tidak pernah goyah dalam keadaan manapun. Penyembah murni juga tidak iri kepada siapapun. Seorang penyembah tidak menjadi musuh bagi musuhnya; dia berpikir, Orang ini sedang bertindak sebagai musuh saya karena perbuatan salah yang telah saya lakukan dahulu kala. Karena itu, lebih baik menderita daripada mengadu.” Dalam Srimad-Bhagavatam (10.14.8) dinyatakan: tat te ‘nukampam susamiksamano bhunjana evatmakrtam vipakam. Bilamana seorang penyembah berdukacita atau sudah jatuh ke dalam kesulitan, dia berpikir itu karunia Tuhan terhadap Diri-Nya. Dia berpikir, Akibat kesalahan saya dari dahulu seharusnya saya menderita jauh lebih banyak daripada penderitaan yang saya alami sekarang. Karena itu, atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, saya tidak mendapat segala hukumannya yang seharusnya saya terima. Saya hanya diberi hukuman kecil, atas karunia Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.” Karena itu, dia selalu tenang, diam dan sabar, meskipun ia mengalami banyak keadaan yang menyedihkan. Seorang penyembah selalu baik hati kepada semua orang, bahkan terhadap musuhnya sekalipun. Nirmama berarti seorang penyembah yang tidak begitu mementingkan rasa sakit dan kesulitan yang menyangkut badan, sebab ia mengetahui secara sempurna bahwa Diri-Nya bukan badan jasmani. Ia tidak mempersamakan Diri-Nya dengan badan; karena itu, dia bebas dari paham keakuan palsu dan dia seimbang, baik dalam suka maupun duka. Dia bersikap toleransi, puas dengan apa yang diperolehnya atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak berusaha terlalu banyak untuk mencapai sesuatu yang mengharuskan ia mengalami kesulitan yang besar. Karena itu, dia selalu riang. Dia ahli kebatinan yang sempurna dan lengkap karena dia mantap dalam pelajaran yang diterima dari guru kerohaniannya. Oleh karena indera-inderanya sudah terkendalikan, ia bertabah hati. Dia tidak dipengaruhi oleh argumentasi yang palsu, sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengalihkan penyembah dari ketabahan bhakti yang mantap. Ia sadar sepenuhnya bahwa Krishna adalah Tuhan Yang Mahaabadi. Karena itu, tiada seorangpun yang dapat mengganggu Diri-Nya. Segala kwalifikasi tersebut memungkinkan ia memusatkan pikiran dan kecerdasannya sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Standar bhakti seperti itu tentu saja jarang sekali dicapai, tetapi seorang penyembah menjadi mantap pada tingkat itu dengan cara mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur bhakti. Di samping itu, Krishna menyatakan bahwa penyembah seperti itu sangat dicintai-Nya, sebab Krishna selalu senang dengan segala kegiatan penyembah itu yang sadar akan Krishna sepenuhnya.

12.15
yasman nodvijate loko
lokan nodvijate ca yah
harsamarsa-bhayodvegair
mukto yah sa ca me priyah

yasmat—darinya; na—tidak pernah; udvijate—digoyahkan; lokah—orang; lokat—dari orang; na—tidak pernah; udvijate—digoyahkan; ca—juga; yah—siapapun yang; harsa—dari kebahagiaan; amarsa—dukacita; bhaya—rasa takut; udvegaih—dan rasa cemas; muktah—dibebaskan; yah—yang; sah—siapapun; ca—juga; me—kepada-Ku; priyah—yang dicintai.

Terjemahan
Aku sangat mencintai orang yang tidak menyebabkan siapapun dipersulit, tidak digoyahkan oleh siapapun dan bersikap yang sama, baik dalam suka, duka, rasa takut maupun kecemasan.

Penjelasan
Beberapa kwalifikasi seorang penyembah diuraikan lebih lanjut. Seorang penyembah seperti itu tidak pernah menyebabkan seseorang di persulit, merasa cemas, takut atau kurang puas. Oleh karena seorang penyembah murah hati kepada semua orang, ia tidak bertindak dengan cara yang mencemaskan orang lain. Pada waktu yang sama, kalau orang lain berusaha menyebabkan seorang penyembah cemas, ia tidak goyah. Atas karunia Tuhan, dia sudah terlatih sehingga dia tidak digoyahkan oleh gangguan lahiriah manapun. Sebenarnya, oleh karena seorang penyembah selalu tekun dalam kesadaran Krishna dan bhakti, keadaan material seperti itu tidak dapat menggeser Diri-Nya. Pada umumnya orang duniawi senang sekali bila ada sesuatu untuk memuaskan indera-indera dan badannya, tetapi bila ia melihat orang lain mempunyai sesuatu untuk kepuasan mereka sedangkan ia belum memiliki benda itu, dia menyesal dan merasa iri. Bilamana dia menantikan balasan dari musuh, dia ketakutan, dan bilamana dia tidak dapat melaksanakan sesuatu dengan sukses dia merasa murung. Seorang penyembah yang selalu melampaui segala gangguan tersebut sangat dicintai oleh Krishna.

12.16
anapeksah sucir daksa
udasino gata-vyathah
sarvarambha-parityagi
yo mad-bhaktah sa me priyah

anapeksah—netral; sucih—suci; daksah—ahli; udasinah—bebas dari rasa prihatin; gata-vyathah—bebas dari segala dukacita; sarva-arambha—dari segala usaha; parityagi—orang yang melepaskan ikatan; yah—siapapun yang; mat-bhaktah—penyembah-Ku; sah—dia; me—kepada-Ku; priyah—sangat dicintai.

Terjemahan
Aku sangat mencintai penyembah-Ku yang tidak bergantung pada jalan kegiatan yang biasa, yang suci, ahli, bebas dari rasa prihatin, bebas dari segala dukacita, dan tidak berusaha memperoleh suatu hasil atau pahala.

Penjelasan
Barangkali uang ditawarkan kepada seorang penyembah, tetapi hendaknya dia jangan berjuang untuk memperoleh uang itu. Kalau atas karunia Yang Mahakuasa uang datang dengan sendirinya kepada seorang penyembah, ia tidak goyah. Sewajarnya seorang penyembah mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan bangun pagi-pagi untuk berbhakti. Karena itu, sewajarnya ia suci, baik secara lahir maupun batin. Seorang penyembah selalu ahli karena dia mengetahui sepenuhnya hakekat segala kegiatan hidup dan dia yakin terhadap Kitab-kitab Suci yang dapat dipercaya. Seorang penyembah tidak pernah memihak pada golongan tertentu; karena itu ia bebas dari rasa prihatin. Ia tidak pernah disakiti, sebab ia bebas dari segala julukan; ia mengetahui bahwa badannya adalah julukan. Karena itu, jika dia mengalami beberapa rasa sakit jasmani, dia tetap bebas. Seorang penyembah yang murni tidak berusaha mendapat sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip bhakti. Misalnya, mendirikan gedung besar memerlukan tenaga yang besar, dan seorang penyembah tidak memulai urusan seperti itu kalau kegiatan itu tidak memberi manfaat kepadanya dengan memajukan bhaktinya. Barangkali ia mendirikan tempat sembahyang untuk Krishna, dan untuk itu dia rela mengalami segala jenis rasa cemas, tetapi dia tidak mulai mendirikan rumah yang besar hanya untuk sanak keluarganya sendiri.

12.17
yo na hrsyati na dvesti
na socati na kanksati
subhasubha-parityagi
bhakti-man yah sa me priyah

yah—orang yang; na—tidak pernah; hrsyati—bersenang hati; na—tidak pernah; dvesti—bersedih hati; na—tidak pernah; socati—menyesalkan; na—tidak pernah; kanksati—menginginkan; subha—dari hal yang menguntungkan; asubha—dan hal yang tidak menguntungkan; parityagi—orang yang melepaskan ikatan; bhakti-man—penyembah; yah—orang yang; sah—dia adalah; me—kepada-Ku; priyah—tercinta.

Terjemahan
Orang yang tidak bersenang hati atau bersedih hati, tidak menyesalkan atau menginginkan, dan melepaskan ikatan terhadap hal-hal yang menguntungkan dan tidak menguntungkan—seorang penyembah seperti itu sangat Kucintai.

Penjelasan
Seorang penyembah yang murni tidak senang atau sedih mengenai keuntungan dan kerugian material. Dia tidak mempunyai keinginan yang besar untuk mendapat putera atau murid, dan juga tidak bersedih hati bila tidak mendapat putera atau murid. Kalau dia kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya, dia tidak menyesal. Begitu pula, kalau dia tidak mendapat apa yang diinginkannya, dia tidak bersedih hati. Dia bersikap rohani di hadapan segala jenis kegiatan yang menguntungkan dan kegiatan yang berdosa dan tidak menguntungkan. Dia bersedia menanggung segala jenis resiko untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada hal-hal yang menjadi alangan dalam pelaksanaan bhaktinya. Seorang penyembah seperti itu sangat dicintai oleh Krishna.

12.18-19
samah satrau ca mitre ca
tatha manapamanayoh
sitosna-sukha-duhkhesu
samah sanga-vivarjitah

tulya-ninda-stutir mauni
santusto yena kenacit
aniketah sthira-matir
bhakti-man me priyo narah

samah—sama; satrau—terhadap musuh; ca—juga; mitre—terhadap seorang kawan; ca—juga; tatha—seperti itu; mana—dalam penghormatan; apamanayoh—dan penghinaan; Sita—dalam keadaan dingin; usna—panas; sukha—suka; duhkhesu—dan dukacita; samah—seimbang; sanga-vivarjitah—bebas dari segala pergaulan; tulya—sama; ninda—dalam fitnah; stutih—dan kemashyuran; mauni—diam; santustah—puas; yena kenacit—dengan apapun; aniketah—tidak mempunyai tempat tinggal; sthira—mantap; matih—ketabahan hati; bhakti-man—tekun dalam bhakti; me—kepada-Ku; priyah—tercinta; narah—seorang manusia.

Terjemahan
Orang yang bersikap sama terhadap kawan dan musuh, seimbang dalam penghormatan dan penghinaan, panas dan dingin, suka dan duka, kemashyuran dan fitnah, selalu bebas dari pergaulan yang mencemarkan, selalu diam dan puas dengan segala sesuatu, yang tidak mempedulikan tempat tinggal apapun, mantap dalam pengetahuan dan tekun dalam bhakti—orang seperti itu sangat -Kucintai.

Penjelasan
Seorang penyembah selalu bebas dari segala pergaulan yang buruk. Kadang-kadang seorang dipuji dan kadang-kadang dihina; itulah sifat masyarakat manusia. Tetapi seorang penyembah selalu melampaui kemashyuran dan penghinaan yang tidak wajar, suka maupun duka cita. Dia selalu sabar sekali. Dia tidak membicarakan sesuatupun selain hal-hal mengenai Krishna; karena itu dia disebut pendiam. Diam bukan berarti bahwa seseorang tidak boleh bicara; diam berarti hendaknya dia jangan mengatakan hal-hal yang tidak-tidak. Hendaknya seseorang hanya mengatakan yang perlu dikatakan, dan pembicaraan yang paling diperlukan untuk seorang penyembah ialah pembicaraan demi kepentingan Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah bahagia dalam segala keadaan; kadang-kadang ia mendapat makanan yang lezat sekali, kadang-kadang tidak, tetapi ia tetap puas. Dia tidak mempedulikan fasilitas tempat tinggal manapun. Barang kali ia tinggal di bawah pohon, dan kadang-kadang ia tinggal di gedung seperti istana; dia tidak tertarik kepada kedua-duanya. Dia disebut mantap, sebab ketabahan hati dan pengetahuannya sudah mantap. Mungkin kita menemukan kata-kata yang diulangi dalam uraian tentang kwalifikasi seorang penyembah, tetapi ini dimaksudkan untuk menegaskan kenyataan bahwa seorang penyembah harus memperoleh segala kwalifikasi tersebut. Tanpa kwalifikasi yang baik, seseorang tidak dapat menjadi penyembah yang murni. Harav abhaktasya kuto mahad-gunah: Orang yang bukan penyembah tidak mempunyai kwalifikasi baik apapun. Orang yang ingin diakui sebagai penyembah hendaknya mengembangkan sifat-sifat yang baik. Tentu saja dia tidak berusaha luar biasa untuk memperoleh segala kwalifikasi tersebut, tetapi kesibukan dalam kesadaran Krishna dan bhakti dengan sendirinya membantu dia untuk mengembangkan sifat-sifat itu.

12.20
ye tu dharmamrtam idam´
yathoktam´ paryupasate
sraddadhana mat-parama
bhaktas te ‘tiva me priyah

ye—orang yang; tu—tetapi; dharma—mengenai dharma; amrtam—minuman kekekalan; idam—ini; yatha—sebagai; uktam—dikatakan; paryupasate—tekun sepenuhnya; sraddadhanah—dengan keyakinan; mat-paramah—mengakui Aku, Tuhan Yang Maha Esa, sebagai segala sesuatu; bhaktah—para penyembah; te—mereka; ativa—amat sangat; me—kepada-Ku; priyah—tercinta.

Terjemahan
Aku sangat mencintai orang yang mengikuti jalan bhakti yang kekal ini, tekun sepenuhnya dengan keyakinan, dan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi.

Penjelasan
Dalam bab ini, dari ayat dua sampai akhir bab—mulai dari mayy avesya mano ye mam (memusatkan pikiran kepada-Ku”) sampai dengan ye tu dharmamrtam idam (dharma kesibukan yang kekal”)—Tuhan Yang Maha Esa sudah menjelaskan proses pengabdian rohani untuk mendekati Beliau. Proses-proses tersebut sangat dicintai oleh Krishna, dan Beliau menerima orang yang menekuni proses-proses itu. Pertanyaan tentang siapa yang lebih baik—orang yang menekuni jalan Brahman yang tidak bersifat pribadi atau orang yang tekun dalam pengabdian pribadi kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa—diajukan oleh Arjuna, dan Krishna menjawab pertanyaan Arjuna dengan cara yang begitu jelas sehingga tidak dapat diragu-ragukan sama sekali bahwa bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah proses keinsafan rohani yang paling baik. Dengan kata lain, dalam bab ini diputuskan bahwa melalui pergaulan yang baik seseorang dapat mengembangkan ikatan terhadap bhakti yang murni. Dengan demikian ia berguru kepada seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Dia mulai mendengar, memuji dan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur bhakti dengan keyakinan, ikatan dan sikap bhakti yang setia atas perintah dari guru kerohanian. Dengan cara demikian dia menjadi tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan. Inilah jalan yang dianjurkan dalam bab ini; karena itu, tidak dapat diragukan bahwa bhakti adalah satu-satunya jalan mutlak untuk keinsafan diri, yaitu untuk mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Paham Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, sebagaimana diuraikan dalam bab ini, dianjurkan hanya sampai saat seseorang menyerahkan Diri-Nya untuk keinsafan diri. Dengan kata lain, selama seseorang belum mendapat kesempatan untuk bergaul dengan seorang penyembah yang murni, paham yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mungkin bermanfaat. Dalam paham Kebenaran Mutlak yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, seseorang bekerja tanpa mencari hasil atau pahala, bersemadi dan mengembangkan pengetahuan untuk mengerti tentang alam dan hal-hal rohani. Ini diperlukan selama seseorang tidak bergaul dengan seorang penyembah yang murni. Untungnya, kalau seseorang mengembangkan keinginan untuk menekuni kesadaran Krishna secara langsung dalam bhakti yang murni, ia tidak perlu menjalankan perbaikan langkah demi langkah dalam keinsafan diri. Bhakti, sebagaimana diuraikan dalam enam bab pertengahan Bhagavad-gita, lebih serasi. Seseorang tidak perlu khawatir tentang bahan-bahan untuk memelihara jiwa dan raganya, sebab atas karunia Tuhan segala sesuatu dilaksanakan dengan sendiri-Nya.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Dua belas Srimad Bhagavad-gita perihal Pengabdian Suci Bhakti.”

 

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat!

Berbagai Sumber | Google Images | Youtube | Support become Patreon
Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual,

agungsujana

Recent Posts

Pura Pengubengan – Besakih

Pura Pengubengan - Besakih Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui…

3 years ago

Sanghyang Tumuwuh

Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru Avir Vai nama devata, rtena-aste parivrta, tasya rupena-ime vrksah, harita…

3 years ago

Arya Kenceng

Arya Kenceng Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan…

3 years ago

Pura Andakasa

Pura Andakasa Pura Andakasa adalah pura Kahyangan Jagat, yang merupakan deretan pura utama yang ada…

4 years ago

Pura Pucak Bukit Sangkur

Pura Pucak Bukit Sangkur Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur adalah ada Di Desa Pakraman Kembang…

4 years ago

Pura Luhur Besikalung

Pura Luhur Besikalung Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan…

4 years ago