Categories: Bhagawad Gita

Karma Yoga -Bhagavad Gita – Sansekerta – Terjemahan Indonesia Bab 5

Bab 5
Karma Yoga

Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan rohani dan kebahagiaan.

5.1
Arjuna uvāca
sannyāsaḿ karmaṇāḿ kṛṣṇa
punar yogaḿ ca śaḿsasi
yac chreya etayor ekaḿ
tan me brūhi su-niścitam

Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; sannyāsam—melepaskan ikatan; karmaṇām—dari segala kegiatan; kṛṣṇa—o Krishna; punaḥ—lagi; yogam—bhakti; ca—juga; śaḿsasi—Anda memuji; yat—yang; śreyaḥ—lebih bermanfaat; etayoḥ—di antara keduanya; ekam—satu; tat—itu; me—kepada hamba; brūhi—mohon memberitahukan; su-niścitam—secara pasti.

Terjemahan
Arjuna berkata: O Krishna, pertama-tama Anda meminta supaya hamba melepaskan ikatan terhadap pekerjaan, kemudian sekali lagi Anda menganjurkan bekerja dengan bhakti. Sekarang mohon memberitahukan kepada hamba secara pasti yang mana di antara keduanya lebih bermanfaat?

Penjelasan
Dalam Bab Lima Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa pekerjaan dalam bhakti lebih baik daripada berangan-angan secara hambar. Di antara kedua proses tersebut pengabdian suci bhakti lebih mudah, sebab bhakti bersifat rohani. Karena itulah bhakti membebaskan seseorang dari segala reaksi. Dalam Bab Dua, pengetahuan pendahuluan tentang sang roh dan ikatannya dengan badan jasmani dijelaskan. Bagaimana cara keluar dari kurungan material ini dengan buddhi-yoga atau bhakti juga dijelaskan dalam Bab Dua. Dalam Bab Tiga, dijelaskan bahwa orang yang mantap pada tingkat pengetahuan tidak mempunyai tugas kewajiban lagi yang harus dilakukannya. Dalam Bab Empat, Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa segala jenis pekerjaan korban suci memuncak dalam pengetahuan. Akan tetapi, pada akhir Bab Empat, Krishna menasehatkan agar Arjuna bangun dan bertempur, dengan menjadi mantap dalam pengetahuan yang sempurna. Karena itu, penegasan bahwa bekerja dalam bhakti dan tidak melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan kedua-duanya penting, Krishna telah mengakibatkan Arjuna kebingungan sehingga ketabahan hatinya kacau. Arjuna mengerti bahwa melepaskan ikatan dalam pengetahuan menyangkut menghentikan segala jenis pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan indera-indera. Tetapi kalau seseorang melakukan pekerjaan dalam bhakti, maka bagaimana mungkin pekerjaan dihentikan? Dengan kata lain, Arjuna berpikir bahwa sannyāsa, atau melepaskan ikatan atas dasar pengetahuan, seharusnya sama sekali bebas dari segala jenis kegiatan, sebab pekerjaan dan melepaskan ikatan, bagi Arjuna tampaknya tidak cocok satu sama lain. Kelihatannya Arjuna belum mengerti bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan pengetahuan yang penuh tidak membawa reaksi dan karena itu pekerjaan seperti itu sama seperti tidak melakukan perbuatan. Karena itu, Arjuna bertanya apakah sebaiknya dia menghentikan pekerjaan sama sekali atau bekerja dengan pengetahuan sepenuhnya.

5.2
śrī-bhagavān uvāca
sannyāsaḥ karma-yogaś ca
niḥśreyasa-karāv ubhau
tayos tu karma-sannyāsāt
karma-yogo viśiṣyate

Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; sannyāsaḥ—melepaskan ikatan terhadap pekerjaan; karma-yogaḥ—pekerjaan dalam bhakti; ca—juga; niḥśreyasa-karau—menuju jalan pembebasan; ubhau—kedua-duanya; tayoḥ—dari kedua-duanya; tu—tetapi; karma-sannyāsāt—dibandingkan dengan melepaskan ikatan terhadap pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala; karma-yogaḥ—pekerjaan dalam bhakti; viśiṣyate—lebih baik.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjawab: Melepaskan ikatan terhadap pekerjaan dan bekerja dalam bhakti maka kedua-duanya bermanfaat untuk mencapai pembebasan. Tetapi di antara keduanya, pekerjaan dalam bhakti lebih baik daripada melepaskan ikatan terhadap pekerjaan.

Penjelasan
Kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala (yang bertujuan untuk mencari kepuasan indera-indera) menyebabkan ikatan material. Selama seseorang masih sibuk dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kesenangan jasmani, pasti ia berpindah-pindah ke dalam berbagai jenis badan, dan dengan demikian akan melanjutkan ikatan material untuk selamanya. Dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.4-6) kenyataan ini dibenarkan sebagai berikut:

nūnaḿ pramattaḥ kurute vikarma
yad indriya-prītaya āpṛṇoti
na sādhu manye yata ātmano ‘yam
asann api kleśa-da āsa dehaḥ

parābhavas tāvad abodha-jāto
yāvan na jijñāsata ātma-tattvām
yāvat kriyās tāvad idaḿ mano vai
karmatmakaḿ yena śarīra-bandhaḥ

evaḿ manaḥ karma-vaśaḿ prayuńkte
avidyayātmany upadhīyamāne
prītir na yāvan mayi vāsudeve
na mucyate deha-yogena tāvat

Orang gila mencari kepuasan untuk indera-indera, dan mereka tidak mengetahui bahwa badan yang dimilikinya sekarang, yang penuh kesengsaraan, adalah hasil kegiatan yang bertujuan untuk membuahkan hasil atau pahala yang dilakukan pada masa lampau. Walaupun badan ini bersifat sementara, badan selalu memberikan kesulitan kepada kita dengan berbagai cara. Karena itu, bertindak untuk kepuasan indera-indera adalah hal yang kurang baik. Seseorang dianggap gagal dalam kehidupan selama ia tidak bertanya tentang identitasnya yang sejati. Selama seseorang masih belum mengetahui identitasnya yang sejati, ia harus bekerja untuk hasil atau pahala demi kepuasan indera-indera, dan selama ia terikat dalam kesadaran kepuasan indera-indera ia harus berpindah-pindah dari satu badan ke dalam badan lain. Walaupun pikiran barangkali sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil dan dipengaruhi oleh kebodohan, seseorang harus mengembangkan rasa cinta kasih dalam bhakti kepada Vasudeva. Hanya pada waktu itulah ia dapat memperoleh kesempatan untuk keluar dari ikatan kehidupan material.”
Karena itu, jñāna (atau pengetahuan bahwa diri kita bukan badan jasmani ini, melainkan diri kita adalah sang roh) tidak cukup untuk mencapai pembebasan. Seorang harus bertindak dalam status sebagai sang roh; kalau tidak demikian, tidak mungkin ia luput dari ikatan material. Akan tetapi, perbuatan dalam kesadaran Krishna bukan perbuatan pada tingkat yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Kegiatan yang dilakukan dalam pengetahuan sepenuhnya memperkuat kemajuan seseorang dalam pengetahuan yang sejati. Tanpa kesadaran Krishna, hanya melepaskan ikatan terhadap kegiatan yang di maksudkan untuk membuahkan hasil tidak sungguh-sungguh menyucikan hati roh yang terikat. Selama hati belum disucikan, seseorang harus bekerja pada tingkat yang di maksudkan untuk membuahkan hasil. Tetapi perbuatan dalam kesadaran Krishna dengan sendirinya membantu seseorang untuk melepaskan diri dari akibat perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil sehingga dia tidak perlu turun lagi ke tingkat kehidupan material. Karena itu, perbuatan dalam kesadaran Krishna selalu lebih baik daripada melepaskan ikatan, yang selalu membawa resiko seseorang akan jatuh. Melepaskan ikatan tanpa kesadaran Krishna kurang lengkap, sebagaimana dibenarkan oleh Srila Rupa Gosvami dalam bukunya yang berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.258):

prāpañcikatayā buddhyā
hari-sambandhi-vastunaḥ
mumukṣubhiḥ parityāgo
vairāgyaḿ phalgu kathyate

Apabila orang yang ingin mencapai pembebasan melepaskan ikatan terhadap hal yang ada hubungan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan berpikir bahwa hal-hal itu bersifat material, maka pelepasan ikatan mereka kurang lengkap.” Pelepasan ikatan menjadi lengkap apabila dilakukan dengan pengetahuan bahwa segala sesuatu yang ada dimiliki oleh Krishna dan hendaknya tiada seorangpun yang mengatakan bahwa Diri-Nya memiliki sesuatu. Sebaiknya orang mengerti bahwa, pada hakekatnya, tiada sesuatu yang dapat dimiliki oleh siapapun. Kalau demikian, bagaimana mungkin seseorang, melepaskan ikatan? Orang yang mengetahui bahwa segala sesuatu adalah milik Krishna selalu mantap dalam ketidakterikatan. Oleh karena segala sesuatu adalah milik Krishna, hendaknya segala sesuatu digunakan untuk bhakti kepada Krishna. Bentuk perbuatan yang sempurna tersebut dalam kesadaran Krishna jauh lebih baik daripada banyak melepaskan ikatan dengan cara yang tidak wajar seperti yang dilakukan oleh seorang sannyāsī dari golongan Mayāvadi.

5.3
jñeyaḥ sa nitya-sannyāsī
yo na dveṣṭi na kāńkṣati
nirdvandvo hi mahā-bāho
sukhaḿ bandhāt pramucyate

jñeyaḥ—harus diketahui; saḥ—dia; nitya—senantiasa; sannyāsī—orang yang melepaskan ikatannya; yaḥ—siapa; na—tidak pernah; dveṣṭi—membenci; na—tidak juga; kāńkṣati—menginginkan; nirdvandvaḥ—bebas dari segala hal yang relatif; hi—pasti; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; sukham—dengan bahagia; bandhāt—dari ikatan; pramucyate—dibebaskan sepenuhnya.

Terjemahan
Orang yang tidak membenci atau pun menginginkan hasil atau pahala dari kegiatannya dikenal sebagai orang yang selalu melepaskan ikatan. Orang seperti itu, yang bebas dari segala hal yang relatif, dengan mudah mengatasi ikatan material dan mencapai pembebasan sepenuhnya, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.

Penjelasan
Orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya selalu melepaskan ikatan karena dia tidak membenci dan tidak ingin mendapatkan hasil dari perbuatannya. Orang yang melepaskan ikatan seperti itu, yang sudah menyerahkan Diri-Nya untuk cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, sudah mempunyai kwalifikasi yang lengkap dalam pengetahuan, sebab dia mengetahui kedudukan dasarnya dalam hubungannya dengan Krishna. Dia mengetahui dengan baik bahwa Krishna adalah keseluruhan dan Diri-Nya adalah bagian dari Krishna yang mempunyai sifat sama seperti Krishna. Pengetahuan seperti itu sempurna, sebab pengetahuan itu benar, baik menurut sifat maupun jumlah. Paham bahwa sang roh bersatu dengan Krishna tidak benar, sebab bagian percikan tidak dapat menjadi sejajar dengan keseluruhan. Pengetahuan bahwa diri kita bersatu dalam sifat namun berbeda dalam jumlah adalah pengetahuan rohani yang benar yang membawa seseorang hingga ia menjadi lengkap dalam Diri-Nya, dan tidak ada sesuatu yang ingin diperolehnya maupun sesuatu yang disesalkannya. Tidak ada hal-hal yang relatif dalam pikirannya, sebab segala perbuatannya dilakukan untuk Krishna. Dengan dibebaskan dari hal-hal relatif seperti itu, dia mencapai pembebasan—walaupun dia masih berada di dunia material ini.

5.4
sāńkhya-yogau pṛthag bālāḥ
pravādānti na paṇḍitāḥ
ekam apy āsthitaḥ samyag
ubhayor vindate phalam

sāńkhya mempelajari dunia material secara analisis; yogau—pekerjaan dalam bhakti; pṛthak—berbeda; bālāḥ—orang yang kurang cerdas; pravādānti—berkata; na—tidak pernah; paṇḍitāḥ—orang bijaksana; ekam—dalam satu; api—walaupun; āsthitāḥ—menjadi mantap; samyak—lengkap; ubhayoḥ—dari kedua-duanya; vindate—menikmati; phalam—hasil.

Terjemahan
Hanya orang yang bodoh membicarakan bhakti [karma-yoga] sebagai hal yang berbeda dari mempelajari dunia material secara analisis [sankhya ]. Orang yang benar-benar bijaksana mengatakan bahwa orang yang menekuni salah satu di antara kedua jalan tersebut dengan baik akan mencapai hasil dari kedua-duanya.

Penjelasan
Tujuan dari mempelajari dunia material secara analisis ialah untuk menemukan hakekat kehidupan. Hakekat dunia material adalah Visnu, atau Roh Yang Utama. Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa terdiri dari pengabdian kepada Roh Yang Utama. Salah satu proses tersebut dapat diumpamakan sebagai kegiatan menemukan akar pohon, sedangkan proses lainnya adalah menyiramkan air pada akar itu. Siswa filsafat (Sāńkhya) yang sejati menemukan akar dunia material, yaitu Visnu. Kemudian, dalam pengetahuan yang sempurna, dia menekuni pengabdian kepada Tuhan. Karena itu, pada hakekatnya tidak ada perbedaan di antara kedua proses tersebut, sebab tujuan kedua-duanya adalah Visnu. Orang yang tidak mengetahui tujuan terakhir mengatakan bahwa hakekat Sāńkhya dan karma-yoga tidak sama, tetapi orang yang berpengetahuan mengetahui tujuan yang menyatu dari kedua proses yang berbeda ini.

5.5
yat sāńkhyaiḥ prāpyate sthānaḿ
tad yogair api gamyate
ekaḿ sāńkhyaḿ ca yogaḿ ca
yaḥ paśyati sa paśyati

yat—apa; sāńkhyaiḥ—melalui filsafat Sāńkhya; prāpyate—dicapai; sthānam—tempat; tat—itu; yogaiḥ—oleh bhakti; api—juga; gamyate—seseorang dapat mencapai; ekam—satu; sāńkhyam—mempelajari secara analisis; ca—dan; yogam—perbuatan dalam bhakti; ca—dan; yaḥ—orang yang; paśyati—melihat; saḥ—dia; paśyāti—sungguh-sungguh melihat.

Terjemahan
Orang yang mengetahui bahwa kedudukan yang dicapai dengan cara belajar secara analisis juga dapat dicapai dengan bhakti, dan karena itu melihat bahwa pelajaran analisis dan bhakti sejajar, melihat hal-hal dengan sebenarnya.

Penjelasan
Tujuan sejati riset di bidang filsafat ialah untuk menemukan tujuan hidup yang paling utama. Oleh karena tujuan hidup yang paling utama ialah keinsafan diri, tidak ada perbedaan di antara kesimpulan-kesimpulan yang dicapai melalui kedua proses tersebut. Dengan riset filsafat Sāńkhya seseorang mencapai kesimpulan bahwa makhluk hidup bukan bagian dunia material yang mempunyai sifat yang sama seperti dunia material, melainkan ia bagian dari keseluruhan rohani yang paling utama yang mempunyai sifat yang sama seperti keseluruhan rohani itu. Karena itu, sang roh tidak mempunyai hubungan dengan dunia material; perbuatan sang roh harus mempunyai suatu hubungan dengan Yang Mahakuasa. Apabila sang roh bertindak dalam kesadaran Krishna, ia sungguh-sungguh berada dalam kedudukan dasarnya. Melalui proses pertama, yaitu Sāńkhya, seseorang harus menjadi bebas dari ikatan terhadap alam, dan dalam proses yogabhakti, seseorang harus menjadi terikat terhadap pekerjaan dalam kesadaran Krishna. Pada hakekatnya, kedua proses tersebut sama, meskipun secara lahiriah tampak salah satu proses menyangkut ketidak terikatan sedangkan yang lain menyangkut ikatan. Ketidakterikatan terhadap alam dan ikatan terhadap Krishna adalah satu dan sama saja. Orang yang dapat melihat kenyataan ini melihat hal-hal dengan sebenarnya.

5.6
sannyāsas tu mahā-bāho
duḥkham āptum ayogātaḥ
yoga-yukto munir brahma
na cireṇādhigacchati

sannyāsaḥ—tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan; tu—tetapi; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; duḥkham—dukacita; āptum—menyakiti seseorang dengan; ayogātaḥ—tanpa bhakti; yoga-yuktaḥ—orang yang tekun dalam bhakti; muniḥ—orang yang ahli berpikir; brahma—Yang Mahakuasa; na cireṇa—tanpa ditunda; adhigacchati—mencapai.

Terjemahan
Kalau seseorang hanya melepaskan segala kegiatan namun tidak menekuni bhakti kepada Tuhan, itu tidak dapat membahagiakan Diri-Nya. Tetapi orang yang banyak berpikir yang menekuni bhakti dapat mencapai kepada Yang Mahakuasa dengan segera, wahai yang berlengan perkasa.

Penjelasan
Ada dua golongan sannyāsī, (orang pada tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan). Yaitu: para sannyāsī Mayāvadi yang sibuk mempelajari filsafat Sāńkhya, dan para sannyāsī Vaisnava yang tekun mempelajari filsafat bhagavatam serta memberikan penjelasan yang benar tentang Vedanta-sutra. Para sannyāsī Mayāvadi juga mempelajari Vedanta-sutra, tetapi mereka menggunakan tafsiran sendiri, yang berjudul śarīrakabhasya, karangan Sankaracarya. Para siswa perguruan Bhagavata menekuni bhakti kepada Tuhan menurut peraturan pancaratrika. Karena itu, para sannyāsī Vaisnava mempunyai berbagai kesibukan dalam bhakti rohani kepada Krishna. Para sannyāsī Vaisnava tidak mempunyai hubungan apapun dengan kegiatan material, namun mereka melakukan berbagai kegiatan dalam bhaktinya kepada Tuhan. Tetapi para sannyāsī Mayāvadi, yang sibuk mempelajari Sāńkhya, Vedanta dan angan-angan, tidak dapat menikmati bhakti rohani kepada Tuhan. Oleh karena pelajaran mereka sangat membosankan, kadang-kadang mereka bosan berangan-angan tentang Brahman, sehingga mereka berlindung kepada Bhagavatam tanpa pengertian yang benar. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari Srimad-Bhagavatam. Angan-angan yang hambar dan penafsiran yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dengan cara yang tidak wajar semuanya tidak berguna untuk dilakukan oleh para sannyāsī Mayāvadi ini. Para sannyāsī Vaisnava yang menekuni bhakti berbahagia dalam melaksanakan tugas-tugas rohaninya. Terjamin pula bahwa akhirnya mereka akan memasuki kerajaan Tuhan. Para sannyāsī Mayāvadi kadang-kadang jatuh dari jalan keinsafan diri, sehingga mereka terjun sekali lagi ke dalam kegiatan duniawi yang bersifat kedermawanan dan sosial, yang tidak lain adalah kesibukan material. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa kedudukan orang yang tekun dalam kegiatan kesadaran Krishna lebih baik daripada kedudukan para sannyāsī yang hanya sibuk dalam angan-angan tentang apa arti Brahman dan apa yang bukan Brahman, walaupun pada akhirnya mereka juga akan mencapai kesadaran Krishna sesudah dilahirkan berulang kali.

5.7
yoga-yukto viśuddhātmā
vijitātmā jitendriyaḥ
sarva-bhūtātma-bhūtātmā
kurvann api na lipyate

yoga-yuktaḥ—tekun dalam bhakti; viśuddha-ātmā—roh yang sudah disucikan; vijita-ātmā—mengendalikan diri; jita-indriyaḥ—setelah menaklukkan indera-indera; sarva-bhūta—kepada semua makhluk hidup; ātma-bhūta-ātmā—menyayangi; kurvan api—meskipun sibuk bekerja; na—tidak pernah; lipyate—terikat.

Terjemahan
Orang yang bekerja dalam bhakti, yang menjadi roh yang murni, yang mengendalikan pikiran dan indera-indera, dicintai oleh semua orang, dan diapun mencintai semua orang. Walaupun dia selalu bekerja, dia tidak pernah terikat.

Penjelasan
Orang yang sedang menempuh jalan pembebasan dengan cara kesadaran Krishna sangat dicintai oleh semua makhluk hidup, dan semua makhluk hidup sangat ia cintai. Ini karena dia sadar akan Krishna. Orang seperti itu tidak dapat berpikir tentang makhluk hidup manapun sebagai sesuatu yang terpisah dari Krishna, seperti halnya daun dan cabang sebatang pohon tidak terpisah dari pohon itu. Dia paham sekali bahwa dengan menyiramkan air pada akar sebatang pohon, air akan disalurkan kepada semua daun dan cabang, atau dengan menyediakan makanan kepada perut, tenaga dengan sendirinya akan disalurkan ke seluruh badan. Oleh karena yang bekerja dalam kesadaran Krishna bersifat pengabdian diri kepada semua orang, maka dia sangat dicintai oleh semua orang. Oleh karena semua orang puas akan pekerjaannya, kesadarannya menjadi murni. Oleh karena kesadaran orang yang sadar akan Krishna itu murni, dengan demikian pikirannya terkendali sepenuhnya. Oleh karena pikirannya terkendali, indera-inderanya pun terkendali. Karena pikirannya, selalu mantap pada Krishna, tidak ada kemungkinan dia akan disesatkan ke hal-hal selain Krishna. Juga tidak ada kemungkinan bahwa dia akan menggunakan indera-inderanya dalam hal-hal selain bhakti kepada Tuhan. Dia tidak suka mendengar sesuatupun selain hal-hal yang berhubungan dengan Krishna dan dia tidak suka makan sesuatupun sebelum dipersembahkan kepada Krishna. Dia tidak ingin pergi ke suatu tempat kalau tempat itu tidak ada hubungan dengan Krishna. Karena itu, indera-inderanya terkendali. Orang yang indera-inderanya terkendali tidak dapat berbuat kesalahan terhadap siapapun. Barangkali seseorang bertanya, Kalau begitu, mengapa Arjuna berbuat kesalahan (di medan perang) terhadap orang lain? Arjuna sadar akan Krishna, bukan?” Arjuna hanya berbuat kesalahan secara lahiriah, sebab (sebagaimana sudah dijelaskan dalam Bab Dua) semua orang yang telah berkumpul di medan perang akan hidup terus secara individual, karena sang roh tidak dapat dibunuh. Jadi, secara rohani, tidak seorangpun terbunuh di medan perang Kuruksetra . Hanya pakaian mereka diganti atas perintah Krishna yang hadir di sana secara pribadi. Karena itu, selama Arjuna bertempur di medan perang Kuruksetra , sebenarnya dia tidak bertempur sama sekali; dia hanya melaksanakan perintah-perintah Krishna dalam kesadaran yang sepenuhnya kepada Krishna. Orang seperti itu tidak pernah diikat oleh reaksi-reaksi pekerjaan.

5.8-9
naiva kiñcit karomīti
yukto manyeta tattva-vit
paśyañ śṛṇvan spṛśañ jighrann
aśnan gacchan svapan śvasan

pralapan visṛjan gṛhṇann
unmiṣan nimiṣann api
indriyāṇīndriyārtheṣu
vartanta iti dhārayan

na—tidak pernah; evā—pasti; kiñcit—sesuatupun; karomi—Aku melakukan; iti—demikian; yuktaḥ—tekun dalam kesadaran yang suci; manyeta—berpikir; tattva-vit—orang yang mengetahui kebenaran; paśyan—melihat; śṛṇvan—mendengar; spṛśan—meraba; jighran—mencium; aśnan—makan; gacchan—pergi; svapan—mimpi; śvasan—tarik nafas; pralapan—berbicara; visṛjan—meninggalkan; gṛhṇan—menerima; unmiṣan—membuka; nimiṣan—menutup; api—walaupun; indriyāṇi—indera-indera; indriya-artheṣu—dalam kepuasan indera-indera; vartante—biarlah mereka sibuk seperti itu; iti—demikian; dhārayan—menganggap.

Terjemahan
Walaupun orang yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu mengetahui bahwa hanyalah indera-indera material yang sibuk dengan obyek-obyeknya dan bahwa Diri-Nya menyisih dari indera-indera material tersebut.

Penjelasan
Kehidupan orang yang sadar akan Krishna suci, karena itu dia tidak mempunyai hubungan dengan pekerjaan manapun yang bergantung pada lima sebab baik yang dekat maupun yang jauh, yaitu: Yang berbuat, pekerjaan, keadaan, usaha, dan nasib. Ini karena dia menekuni cinta-bhakti rohani kepada Krishna. Walaupun tampaknya ia bertindak dengan badan dan indera-inderanya, namun dia selalu sadar akan kedudukannya yang sejati, yaitu kesibukan rohani. Kalau kesadaran seseorang bersifat material, indera-indera sibuk dalam kepuasan indera, tetapi kalau seseorang sadar akan Krishna, indera-inderanya sibuk memuaskan indera-indera Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna selalu bebas, walaupun kelihatannya dia sibuk dalam urusan indera-indera. Kegiatan seperti melihat dan mendengar adalah perbuatan indera-indera yang dimaksudkan untuk menerima pengetahuan, sedangkan bergerak, berbicara, membuang hajat, dan sebagainya, adalah perbuatan indera-indera yang dimaksudkan untuk bekerja. Orang yang sadar akan Krishna tidak pernah dipengaruhi oleh perbuatan indera-indera. Dia tidak dapat melakukan perbuatan manapun selain perbuatan dalam pengabdian kepada Tuhan, sebab dia mengetahui bahwa Diri-Nya hamba Tuhan yang kekal.

5.10
brahmaṇy ādhāya karmaṇi
sańgaḿ tyaktvā karoti yaḥ
lipyate na sa pāpena
padma-patram ivāmbhasā

brahmaṇi—kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; ādhāya—menyerahkan; karmaṇi—segala pekerjaan; sańgam—ikatan; tyaktvā—meninggalkan; karoti—melakukan; yaḥ—orang yang; lipyate—dipengaruhi; na—tidak pernah; saḥ—dia; pāpena—oleh dosa; padma-patram—daun bunga padma; ivā—seperti; ambhasā—oleh air.

Terjemahan
Orang yang melakukan tugas kewajibannya tanpa ikatan, dengan menyerahkan hasil perbuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak dipengaruhi oleh perbuatan yang berdosa, ibarat daun bunga padma yang tidak disentuh oleh air.

Penjelasan
Di sini kata brahmaṇi berarti sadar akan Krishna. Dunia material adalah manifestasi secara keseluruhan dari tiga sifat alam material, yang disebut dengan istilah pradhana. Mantra-mantra Veda yang berbunyi, sarvam hy etad brahma (Mandukya Upanisad 2), tasmad etad brahma nama rupam annam ca jāyate (Mundaka Upanisad 1.2.10), dan dalam Bhagavad-gita (14.3) mama yonir mahad brahma, menunjukkan bahwa segala yang ada di dunia material adalah manifestasi Brahman. Walaupun refleksinya diwujudkan dengan cara yang berbeda, namun refleksi itu tidak berbeda dari penyebabnya. Dalam Sri Isopanisad dinyatakan bahwa segala sesuatu mempunyai hubungan dengan Brahman Yang Paling Utama, atau Krishna. Karena itu, segala sesuatu adalah milik Krishna. Orang yang mengetahui secara sempurna bahwa segala sesuatu adalah milik Krishna, bahwa Krishna adalah Pemilik segala sesuatu, dan karena itu, segala sesuatu sibuk dalam pengabdian kepada Krishna, sewajarnyalah dia tidak mempunyai hubungan dengan hasil kegiatannya, baik kegiatan saleh maupun yang berdosa. Badan material, sebagai anugerah Tuhan untuk melaksanakan jenis perbuatan tertentu, juga dapat dibuat tekun dalam kesadaran Krishna. Dalam keadaan demikian, badan berada diluar pencemaran reaksi-reaksi dosa, persis seperti daun bunga padma, yang tidak pernah basah walaupun tetap berada dalam air. Krishna juga menyatakan dalam Bhagavad-gita (3.30) mayi sarvāni karmaṇi sannyasya: Serahkanlah segala pekerjaan kepada-Ku (Krishna).” Kesimpulannya bahwa orang tanpa kesadaran Krishna bertindak menurut paham badan dan indera-indera material, tetapi orang yang sadar akan Krishna bertindak menurut pengetahuan bahwa badan adalah milik Krishna, dan karena itu badan seharusnya menekuni pengabdian kepada Krishna.

5.11
kāyena manasā buddhyā
kevalair indriyair api
yoginaḥ karma kurvanti
sańgaḿ tyaktvātma-śuddhaye

kāyena—dengan badan; manasā—dengan pikiran; buddhya—dengan kecerdasan; kevalaiḥ—disucikan; indriyaiḥ—dengan indera-indera; api—bahkan; yoginaḥ—orang yang sadar akan Krishna; karma—perbuatan; kurvanti—mereka melaksanakan; sańgam—ikatan; tyaktvā—meninggalkan; ātmā—dari sang diri; śuddhaye—dengan maksud penyucian.

Terjemahan
Para yogi yang melepaskan ikatan, bertindak dengan badan, pikiran, kecerdasan dan bahkan dengan indera-indera pun hanya dimaksudkan untuk penyucian diri.

Penjelasan
Apabila seseorang bertindak dalam kesadaran Krishna demi kepuasan indera-indera Krishna, setiap perbuatan, baik dengan badan, pikiran, kecerdasan maupun indera-indera, disucikan dari pengaruh material. Tidak ada reaksi-reaksi material akibat kegiatan orang yang sadar akan Krishna. Karena itu, kegiatan yang sudah disucikan, yang pada umumnya disebut sad-acara, dapat dilakukan dengan mudah dengan bertindak dalam kesadaran Krishna. Srila Rupa Gosvami menguraikan hal ini sebagai berikut dalam hasil karyanya yang berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.187):

īhā yasya harer dāsye
karmaṇā manasā girā
nikhilāsv apy avasthāsu
jīvan-muktaḥ sa ucyate

Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna (atau dengan kata lain, dalam pengabdian kepada Krishna) dengan badan, pikiran, kecerdasan dan kata-katanya adalah orang yang sudah mencapai pembebasan, bahkan ketika masih berada di dunia material sekalipun, meskipun barangkali dia sibuk dalam banyak kegiatan yang disebut kegiatan material.” Orang yang sadar akan Krishna tidak mempunyai keakuan yang palsu, sebab dia tidak percaya bahwa Diri-Nya adalah badan jasmani ini, atau bahwa Diri-Nya memiliki badan. Dia mengakui bahwa Diri-Nya bukan badan ini dan bahwa badan ini bukan milik Diri-Nya. Diri-Nya adalah milik Krishna, dan badanpun adalah milik Krishna. Apabila dia menggunakan segala sesuatu yang dihasilkan dari badan, pikiran, kecerdasan, kata-kata, nyawa, kekayaan, dan sebagainya—apapun yang dimilikinya—untuk pengabdian kepada Krishna, maka ia segera dihubungkan dengan Krishna. Dia bersatu dengan Krishna dan dia tidak mempunyai keakuan yang palsu yang membawanya kepada kepercayaan bahwa Diri-Nya adalah badan, dan sebagainya. Inilah tingkat kesadaran Krishna yang sempurna.

5.12
yuktaḥ karma-phalaḿ tyaktvā
śāntim āpnoti naiṣṭhikīm
ayuktaḥ kāma-kāreṇa
phale sakto nibadhyate

yuktaḥ—orang yang tekun dalam bhakti; karma-phalam—hasil segala kegiatan; tyaktvā—meninggalkan; śāntim—kedamaian yang sempurna; āpnoti—mencapai; naiṣṭhikīm—tidak menyimpang; ayuktaḥ—orang yang tidak sadar akan Krishna; kāma-kāreṇa—untuk menikmati hasil pekerjaan; phale—dalam hasil; saktāḥ—terikat; nibadhyate—menjadi terikat.

Terjemahan
Orang yang berbhakti secara mantap mencapai kedamaian yang murni karena dia mempersembahkan hasil segala kegiatan kepada-Ku; sedangkan orang yang tidak bergabung dengan Yang Mahasuci, dan kelobaan untuk mendapat hasil dari pekerjaannya, menjadi terikat.

Penjelasan
Perbedaan antara orang yang sadar akan Krishna dan orang yang mempunyai kesadaran jasmani ialah bahwa orang yang sadar akan Krishna terikat kepada Krishna, sedangkan orang yang kesadarannya jasmani terikat kepada hasil kegiatannya. Orang yang terikat kepada Krishna dan hanya bekerja untuk Krishna pasti sudah mencapai pembebasan, dan dia tidak cemas mengenai hasil pekerjaannya. Dalam Srimad-Bhagavatam, penyebab kecemasan tentang hasil suatu kegiatan dijelaskan sebagai pekerjaan orang dalam paham hal-hal yang relatif, yaitu, tanpa pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak. Krishna adalah Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Kepriba dian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kesadaran Krishna tidak ada hal-hal yang relatif. Segala sesuatu yang ada adalah hasil tenaga Krishna, dan Krishna Maha baik. Karena itu, kegiatan dalam kesadaran Krishna berada pada tingkat mutlak. Kegiatan itu bersifat rohani dan tidak mempunyai efek material apapun. Karena itu, jiwa seseorang penuh kedamaian dalam kesadaran Krishna. Tetapi orang yang terikat dalam perhitungan laba demi kepuasan indera-indera tidak dapat memperoleh kedamaian itu. Inilah rahasia kesadaran Krishna, suatu keinsafan bahwa tidak ada kehidupan di luar Krishna serta tingkat kedamaian dan bebas dari rasa takut.

5.13
sarva-karmaṇi manasā
sannyasyāste sukhaḿ vaśī
nava-dvāre pure dehī
naiva kurvan na kārayan

sarva—semua; karmaṇi—kegiatan; manasā—oleh pikiran; sannyasya—meninggalkan; aste—tetap; sukham—dalam kebahagiaan; vaśī—orang yang terkendalikan; nava-dvāre—di tempat yang mempunyai sembilan pintu-pintu gerbang; pure—di kota; dehī—roh dalam badan; na—tidak pernah; evā—pasti; kurvan—melakukan sesuatu; na—tidak; kārayan—menyebabkan sesuatu dilakukan.

Terjemahan
Apabila makhluk hidup yang membadan mengendalikan sifatnya dan secara mental melepaskan ikatan terhadap segala perbuatan, ia akan tinggal dengan bahagia di kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang [badan jasmani], dan ia tidak bekerja ataupun menyebabkan pekerjaan dilakukan.

Penjelasan
Sang roh yang membadan tinggal di dalam kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang. Kegiatan di dalam badan yang diumpamakan sebagai sebuah kota dilaksanakan secara otomatis oleh sifat-sifat alam tertentu yang dimiliki oleh badan. Walaupun sang roh menyebabkan Diri-Nya mengalami keadaan di dalam badan, ia dapat melampaui keadaan-keadaan itu kalau ia menginginkan demikian. Sang roh mempersamakan Diri-Nya dengan badan jasmani hanya karena ia melupakan sifatnya yang lebih tinggi, dan sebagai akibatnya ia menderita. Dia dapat menghidupkan kembali kedudukannya yang sejati melalui kesadaran Krishna, dan dengan demikian ia keluar dari kurungan badannya. Karena itu, apabila seseorang mengikuti kesadaran Krishna, dia segera sepenuhnya menyisih dari kegiatan jasmani. Dalam kehidupan yang terkendalikan seperti itu, pikirannya diubah, dan dia tinggal dengan bahagia di dalam kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang. Sembilan pintu gerbang diuraikan sebagai berikut:

nava-dvāre pure dehī
haḿso lelāyate bahiḥ
vaśī sarvasya lokasya
sthāvarasya carasya ca

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang tinggal dalam badan makhluk hidup, adalah penguasa semua makhluk hidup di seluruh alam semesta. Badan terdiri dari sembilan pintu gerbang (dua mata, dua lobang hidung, dua telinga, satu mulut, dubur dan kemaluan). Makhluk hidup dalam keadaannya yang terikat mempersamakan diri dengan badan, tetapi apabila dia mengerti identitasnya dalam hubungan dengan Tuhan yang bersemayam di dalam Diri-Nya, maka dia menjadi sebebas Tuhan, walaupun dia masih di dalam badan.” (svetasvatara Upanisad 3.18). Karena itu, orang yang sadar akan Krishna bebas dari kegiatan lahir mau pun batin dalam badan jasmani.

5.14
na kartṛtvaḿ na karmaṇi
lokasya sṛjati prabhuḥ
na karma-phala-saḿyogaḿ
svabhāvas tu prāvartate

na—tidak pernah; kart‚tvām—hak milik; na—tidak juga; karmaṇi—kegiatan; lokasya—dari orang; sṛjati—menciptakan; prabhuḥ—penguasa badan yang diumpamakan sebagai kota; na—tidak juga; karma-phala—dengan hasil dari perbuatan; saḿyogam—hubungan; sva-bhāvaḥ—sifat-sifat alam material; tu—tetapi; prāvartate—bertindak.

Terjemahan
Sang roh di dalam badan, penguasa kota badannya, tidak menciptakan kegiatan, tidak menyebabkan orang bertindak ataupun menciptakan hasil perbuatan. Segala hal tersebut dilaksanakan oleh sifat-sifat alam material.

Penjelasan
Sebagaimana akan dijelaskan pada Bab Tujuh, makhluk hidup adalah salah satu di antara tenaga-tenaga atau sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi makhluk hidup berbeda dari alam. Alam merupakan sifat lain lagi dari Tuhan yang disebut sifat yang rendah. Entah bagaimana sifat utama, yaitu makhluk hidup, mengadakan hubungan dengan sifat material sejak sebelum awal sejarah. Badan sementara, atau tempat tinggal material, yang diperoleh makhluk hidup menyebabkan berbagai jenis kegiatan serta mengakibatkan reaksi. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang terikat seperti itu akan menderita akibat kegiatan badan yang mempersamakan diri (dalam kebodohan) dengan badan. Kebodohan yang diperoleh sejak sebelum awal sejarah menyebabkan penderitaan dan dukacita jasmani. Begitu makhluk hidup menyisihkan diri dari kegiatan badan, ia juga dibebaskan dari reaksi-reaksi. Selama dia berada di dalam kota badan, kelihatannya ia penguasa kota itu, padahal dia bukan pemilik maupun yang mengendalikan perbuatan dan reaksi-reaksinya. Dia hanya berada ditengah-tengah lautan material, dan ia sedang berjuang untuk hidup. Ombak-ombak di dalam lautan mengombang-ambingkannya, dan dia tidak dapat mengendalikan ombak-ombak itu. Penyelesaian yang paling baik bagi makhluk hidup ialah keluar dari lautan itu melalui cara kesadaran Krishna yang bersifat rohani. Hanya itulah yang dapat menyelamatkan Diri-Nya dari segala kesulitan.

5.15
nādatte kasyacit pāpaḿ
na caiva sukṛtaḿ vibhuḥ
ajñānenāvṛtaḿ jñānaḿ
tena muhyanti jantavaḥ

na—tidak pernah; ādatte—menerima; kasyacit—milik siapapun; pāpam—dosa; na—tidak juga; ca—juga; evā—pasti; su-kṛtam—kegiatan yang saleh; vibhuḥ—Tuhan Yang Maha Esa; ajñānena—oleh kebodohan; āvṛtam—ditutupi; jñānam—pengetahuan; tena—oleh itu; muhyanti—dibingungkan; jantavaḥ—para makhluk hidup.

Terjemahan
Tuhan Yang Maha Esa tidak mengambil kegiatan yang berdosa atau kegiatan saleh yang dilakukan oleh siapapun. Akan tetapi, makhluk yang membadan dibingungkan karena kebodohan yang menutupi pengetahuan mereka yang sejati.

Penjelasan
Kata vibhu dalam bahasa sanskerta berarti Tuhan Yang Maha Esa yang penuh pengetahuan, kekayaan, kekuatan, kemasyhuran, ketām panan, dan ketidakterikatan yang tidak terhingga. Beliau selalu berpuas hati dalam Diri-Nya, dan tidak diganggu oleh kegiatan berdosa atau kegiatan saleh. Beliau tidak menciptakan keadaan tertentu bagi makhluk hidup manapun, tetapi makhluk hidup dibingungkan oleh kebodohan sehingga ia ingin ditempatkan dalam keadaan hidup tertentu. Dengan demikian mulailah rangkaian perbuatan dan reaksinya bagi makhluk hidup. Menurut sifat utamanya, makhluk hidup penuh pengetahuan. Namun demikian, makhluk hidup cenderung dipengaruhi oleh kebodohan karena kekuatannya terbatas. Tuhan adalah Yang Mahaperkasa, tetapi makhluk hidup tidak seperti itu. Tuhan disebut vibhu atau Mahatahu, sedangkan makhluk hidup bersifat anu, atau sekecil atom. Oleh karena dia roh yang hidup, dia sanggup menginginkan sesuatu dengan kehendaknya yang bebas. Keinginan seperti itu hanya dipenuhi oleh Tuhan Yang Mahaperkasa. Jadi, apabila makhluk hidup dibingungkan oleh keinginannya, Tuhan mengizinkan dia memenuhi keinginan-keinginan itu, tetapi Tuhan tidak pernah bertanggung jawab atas perbuatan dan reaksi keadaan tertentu yang barangkali diinginkan oleh makhluk hidup. Oleh karena sang roh di dalam badan berada dalam keadaan bingung, ia mempersamakan diri dengan badan jasmani yang bersifat sementara dan mengalami kesengsaraan dan kesenangan hidup yang bersifat sementara. Krishna senantiasa menemani makhluk hidup sebagai Paramatma, atau Roh Yang Utama. Karena itu, Krishna dapat mengerti keinginan roh yang individual, seperti halnya seseorang dapat mencium wanginya setangkai bunga dengan cara mendekati bunga itu. Keinginan adalah bentuk ikatan yang halus bagi makhluk hidup. Tuhan memenuhi keinginan makhluk hidup sejauh apa yang patut didapatkan oleh makhluk hidup: Manusia mengusulkan dan Tuhan melaksanakan. Karena itu, sang roh yang individual bukan Mahaperkasa dalam memenuhi keinginannya. Akan tetapi, Tuhan dapat memenuhi segala keinginan. Tuhan bersikap netral terhadap semua orang dan Beliau tidak campur tangan dengan keinginan para makhluk hidup yang mempunyai kebebasan yang kecil sekali. Akan tetapi, apabila seseorang menginginkan Krishna, Krishna menaruh perhatian khusus dan memberinya semangat supaya dia menginginkan dengan cara sedemikian rupa agar dapat mencapai kepada Beliau dan berbahagia untuk selamanya. Karena itu, dalam mantra-mantra Veda dinyatakan, esa u hy eva sadhu karmakarayati tam yam ebhyo lokebhya unninisate, esau evasadhu karmakarayati yam adho ninisate: Tuhan menyebabkan makhluk hidup menjadi sibuk dalam kegiatan yang saleh supaya dia dapat naik tingkat. Tuhan menyebabkan dia menjadi sibuk dalam kegiatan yang tidak saleh supaya dia dapat masuk neraka.” (Kausitaki Upanisad 3.8)

ajño jantur anīśo ‘yam
ātmanaḥ sukha-duḥkhayoḥ
īśvara-prerito gacchet
svargaḿ vāśv abhram eva ca

Makhluk hidup bergantung sepenuhnya kepada kepribadian yang lain dalam suka maupun dukanya. Atas kehendak Yang Mahakuasa ia dapat masuk surga atau neraka, bagaikan awan didorong oleh angin.”
Karena itu, menuruti keinginan untuk menghindar dari kesadaran Krishna yang sudah tersimpan di dalam hatinya sejak sebelum awal sejarah, sang roh di dalam badan membuat Diri-Nya sendiri kebingungan. Menurut kedudukan dasarnya sang roh bersifat kekal, penuh kebahagiaan dan pengetahuan. Namun keberadaan sang roh sangat kecil, dia lupa akan kedudukan dasarnya, yaitu mengabdi kepada Tuhan. Dengan demikian dia terperangkap dalam kebodohan. Makhluk hidup terpesona oleh kebodohan sehingga ia mengatakan bahwa Tuhan bertanggung jawab atas kehidupannya yang terikat. Kenyataan ini juga dibenarkan dalam Vedanta-sutra (2.1.34). Vaisamya nairghrnye na sapeksatvat tathā hi darśayati: Tuhan tidak membenci siapa pun dan tidak menyukai siapapun, walaupun kelihatannya Beliau seperti itu.”

5.16
jñānena tu tad ajñānaḿ
yeṣāḿ nāśitam ātmanaḥ
teṣām āditya-vaj jñānaḿ
prakāśayati tat param

jñānena—oleh pengetahuan; tu—akan tetapi; tat—itu; ajñānām—kebodohan; yeṣām—siapa; nāśitam—dibinasakan; ātmanāḥ—mengenai makhluk hidup; teṣām—milik mereka; āditya-vat—bagaikan matahari yang sedang terbit; jñānam—pengetahuan; prakāśayāti—mengungkapkan; tat param—kesadaran Krishna.

Terjemahan
Akan tetapi, apabila seseorang dibebaskan dari kebodohannya dengan pengetahuan yang membinasakan kebodohan, pengetahuannya mengungkapkan segala sesuatu, seperti matahari menerangi segala sesuatu pada waktu siang.

Penjelasan
Orang yang sudah lupa pada Krishna pasti kebingungan, tetapi orang yang sadar akan Krishna tidak bingung sama sekali. Dinyatakan dalam Bhagavad-gita, sarvam jñāna-plavena, jñānagnih sarva-karmaṇi dan na hi jñānena sadrsam. Pengetahuan selalu sangat dihargai. Apa pengetahuan itu? Pengetahuan sempurna dapat dicapai apabila seseorang menyerahkan diri kepada Krishna, sebagaimana dinyatakan dalam Bab Tujuh, ayat 19: bahūn am janmanam ante jñāna-vān mam prapadyate. Apabila orang yang sudah sempurna dalam pengetahuan menyerahkan diri kepada Krishna sesudah dilahirkan berulang kali, atau apabila seseorang mencapai kesadaran Krishna, segala sesuatu akan diungkapkan kepadanya, seperti halnya segala sesuatu diungkapkan oleh matahari pada waktu siang. Makhluk hidup kebingungan dalam berbagai hal. Misalnya, apabila makhluk hidup dengan cara yang tidak terpuji menganggap Diri-Nya Tuhan, sebenarnya dia jatuh ke dalam perangkap kebodohan yang terakhir. Kalau makhluk hidup adalah Tuhan, bagaimana mungkin ia dibingungkan oleh kebodohan? Apakah Tuhan dibingungkan oleh kebodohan? Kalau demikian, itu berarti kebodohan, atau setan, lebih hebat daripada Tuhan. Pengetahuan dapat diperoleh dari orang yang sempurna dalam kesadaran Krishna. Karena itu, seseorang harus mencari guru kerohanian yang dapat dipercaya, dan mempelajari apa itu kesadaran Krishna di bawah bimbingan beliau, sebab kesadaran Krishna pasti akan menghilangkan segala kebodohan, seperti matahari menghilangkan kegelapan. Walaupun barangkali seseorang sudah memiliki pengetahuan sepenuhnya bahwa Diri-Nya bukan badan melainkan melampaui badan, mungkin dia masih belum dapat membedakan antara sang roh dan Roh Yang Utama. Akan tetapi, dia dapat mengetahui segala sesuatu dengan baik kalau dia berlindung kepada guru kerohanian yang sempurna, yang sadar akan Krishna dan dapat dipercaya. Seseorang dapat mengenal Tuhan dan hubungannya dengan Tuhan hanya kalau dia sungguh-sungguh bertemu dengan utusan Tuhan. Utusan Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa Diri-Nya Tuhan, walaupun dia diberikan segala penghormatan yang lazimnya diberikan kepada Tuhan karena dia memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Seseorang harus mempelajari perbedaan antara Tuhan dan makhluk hidup. Karena itu, Sri Krishna telah menyatakan dalam Bab Dua (2.12) bahwa setiap makhluk hidup adalah individu; Krishna juga individu. Mereka semua individu pada masa lampau, mereka individu sekarang dan mereka akan terus menjadi individu pada masa yang akan datang, bahkan sesudah pembebasan sekalipun. Malam hari kita melihat segala sesuatu bersatu dalam kegelapan, tetapi pada waktu siang, setelah matahari terbit, kita melihat segala sesuatu dalam identitasnya yang sejati. Identitas dengan individualitas dalam kehidupan rohani adalah pengetahuan yang sejati.

5.17
tad-buddhayas tad-ātmānas
tan-niṣṭhās tat-parāyaṇāḥ
gacchanty apunar-āvṛttiḿ
jñāna-nirdhūta-kalmaṣāḥ

tat-buddhayaḥ—orang yang memiliki kecerdasan yang selalu berada soal Yang Mahakuasa; tat-ātmanāḥ—orang dengan pikirannya yang selalu berada dalam Yang Mahakuasa; tat-niṣṭhāḥ—orang dengan kepercayaan yang hanya dimaksudkan untuk Yang Mahakuasa; tat-parāyaṇāḥ—yang sudah berlindung sepenuhnya kepada Beliau; gacchanti—pergi; apunaḥ-āvṛttim—kepada pembebasan; jñāna—oleh pengetahuan; nirdhūta—disucikan; kalmaṣāḥ—keragu-raguan.

Terjemahan
Apabila kecerdasan, pikiran, maupun kepercayaan dan tempat berlindung seseorang semua mantap dalam Yang Mahakuasa, dia disucikan sepenuhnya dari keragu-raguan mengetahui pengetahuan yang lengkap dan dengan demikian dia maju lurus menempuh jalan pembebasan.

Penjelasan
Kebenaran Rohani Yang Paling Utama ialah Sri Krishna. Seluruh Bhagavad-gita berpusat pada pernyataan bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Itulah pernyataan segala kesusasteraan Veda. Paratattva berarti Kesunyataan Yang Paling Utama, yang dimengerti oleh orang yang mengenal Yang Mahakuasa sebagai Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Bhagavan atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah kata terakhir mengenai Yang Mutlak. Tiada sesuatupun yang melebihi-Nya. Krishna bersabda, mattah parataram nanyat kincid asti dhanañjaya. Brahman yang tidak bersifat pribadi juga berdasarkan Krishna: brahmano hi pratisthaham. Karena itu, Krishna adalah kesunyataan Yang Paling Utama dalam segala hal. Kalau pikiran, kecerdasan, kepercayaan dan tempat perlindungan seseorang selalu berada dalam Krishna, atau dengan kata lain, kalau seseorang sadar akan Krishna sepenuhnya, pasti ia disucikan dari segala keragu-raguan dan memiliki pengetahuan yang sempurna tentang segala sesuatu yang menyangkut kerohanian. Orang yang sadar akan Krishna dapat mengerti sepenuhnya bahwa ada dua kenyataan (persamaan dan individualitas sekaligus) dalam Krishna. Dilengkapi dengan pengetahuan rohani seperti itu, dia dapat maju dengan mantap menempuh jalan menuju pembebasan.

5.18
vidyā-vinaya-sampanne
brāhmaṇe gavi hastini
śuni caiva śva-pāke ca
paṇḍitāḥ sama-darśinaḥ

vidyā—dengan pendidikan; vinaya—serta sifat lemah lembut; sampanne—dilengkapi sepenuhnya; brāhmaṇe—di dalam seorang brahmaṇā; gavi—di dalam sapi; hastini—di dalam gajah; śuni—di dalam anjing; ca—dan; evā—pasti; śva-pāke—di dalam orang yang makan anjing; ca—masing-masing; paṇḍitāḥ—orang yang bijaksana; sama-darśinaḥ—yang melihat dengan penglihatan yang sama.

Terjemahan
Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmaṇā yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan yang sama.

Penjelasan
Orang yang sadar akan Krishna tidak membedakan antara jenis-jenis kehidupan atau kastakasta. Seorang brahmaṇā dan orang yang dibuang oleh masyarakat barangkali berbeda menurut pandangan masyarakat, atau anjing, sapi, gajah barangkali berbeda ditinjau dari segi jenis kehidupan, tetapi perbedaan badan tersebut tidak berarti menurut sudut pandang seorang rohaniwan yang bijaksana. Ini dilandaskan atas hubungan semua makhluk tersebut dengan Yang Mahakuasa, sebab Tuhan Yang Maha Esa, bersemayam di dalam hati semua orang melalui bagian yang berkuasa penuh dari Diri-Nya sebagai Paramatma. Pengertian seperti itu tentang Yang Mahakuasa adalah pengetahuan yang sejati. Berkenaan dengan badan-badan dalam berbagai jenis golongan masyarakat atau jenis-jenis kehidupan, Krishna bermurah hati terhadap semuanya secara merata, sebab Beliau memperlakukan setiap makhluk hidup sebagai kawan. Namun Beliau Sendiri tetap sebagai Paramatma, dalam segala keberadaan para makhluk hidup. Krishna sebagai Paramatma bersemayam di dalam hati orang buangan dan di dalam hati seorang brahmaṇā, walaupun badan brahmaṇā dan badan orang buangan tidak sama. Badan-badan adalah benda-benda material yang dihasilkan dari berbagai sifat material, tetapi sang roh dan Roh Yang Utama di dalam badan mempunyai sifat rohani yang sama. Akan tetapi, persamaan sifat antara sang roh dan Roh Yang Utama tidak menyebabkan mereka sejajar dalam jumlah, sebab roh yang individual hanya berada di dalam badan ini, sedangkan Paramatma bersemayam di dalam setiap badan. Orang yang sadar akan Krishna mempunyai pengetahuan penuh tentang hal ini; karena itu, dia sungguh-sungguh bijaksana dan mempunyai penglihatan yang merata. Ciri-ciri serupa yang dimiliki oleh sang roh dan Roh Yang Utama ialah bahwa kedua-duanya sadar, kekal dan penuh kebahagiaan. Tetapi perbedaannya ialah bahwa sang roh yang individual hanya sadar di dalam lingkungan badan yang terbatas, sedangkan Roh Yang Utama sadar akan semua badan. Roh Yang Utama bersemayam di dalam semua badan tanpa membedakan antara badan-badan itu.

5.19
ihaiva tair jitaḥ sargo
yeṣāḿ sāmye sthitaḿ manaḥ
nirdoṣaḿ hi samaḿ brahma
tasmād brahmaṇi te sthitāḥ

iha—di dalam hidup ini; evā—pasti; taiḥ—oleh mereka; jitaḥ—dikalahkan; sargaḥ—kelahiran dan kematian; yeṣām—milik siapa; sargaḥ—dalam soal sikap yang merata; sthitam—mantap; manaḥ—pikiran; nirdoṣam—bebas dari kesalahan; hi—pasti; samam—dalam sikap yang merata; brahma—seperti Yang Mahakuasa; tasmāt—karena itu; brahmaṇi—di dalam Yang Mahakuasa; te—mereka; sthitāḥ—mantap.

Terjemahan
Orang yang pikirannya telah mantap dalam persamaan dan kemerataan sikap, telah mengalahkan keadaan kelahiran dan kematian. Bagaikan Brahman mereka bebas dari kelemahan, dan karena itu mereka sudah mantap dalam Brahman.

Penjelasan
Kemerataan sikap pikiran, sebagaimana disebut di atas, adalah tanda keinsafan diri. Orang yang sungguh-sungguh mencapai tingkat seperti itu harus dianggap sudah mengalahkan keadaan-keadaan material, khususnya kelahiran dan kematian. Selama seseorang mempersamakan Diri-Nya dengan badan, ia dianggap roh yang terikat, tetapi begitu dia naik tingkat sampai tingkat yang merata melalui keinsafan diri, ia dibebaskan dari kehidupan yang terikat. Dengan kata lain, dia tidak harus dilahirkan di dunia material, tetapi dia dapat masuk angkasa rohani sesudah meninggal. Krishna bebas dari kelemahan, sebab Krishna bebas dari rasa tertarik dan rasa benci.
Begitu pula, apabila makhluk hidup bebas dari rasa tertarik dan rasa benci, diapun menjadi bebas dari kelemahan dan memenuhi syarat untuk memasuki angkasa rohani. Orang seperti itu dianggap sudah mencapai pembebasan, dan ciri-ciri mereka diuraikan di bawah ini.

5.20
na prahṛṣyet priyaḿ prāpya
nodvijet prāpya cāpriyam
sthira-buddhir asammūḍho
brahma-vid brahmaṇi sthitaḥ

na—tidak pernah; prahṛṣyet—merasa riang; priyam—yang menyenangkan; prāpya—mendapatkan; na—tidak; udvijet—menjadi goyah; prāpya—mendapatkan; ca—juga; apriyam—sesuatu yang tidak menyenangkan; sthira-buddhiḥ—cerdas tentang Diri-Nya sendiri; asammūḍhaḥ—tidak dibingungkan; brahma-vit—orang yang mengenal Yang Mahakuasa secara sempurna; brahmaṇi—dalam kerohanian; sthitāḥ—mantap.

Terjemahan
Seseorang sudah mantap dalam kerohanian jika ia tidak merasa riang bila mendapatkan sesuatu yang menyenangkan ataupun menyesal bila ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan, paham tentang Diri-Nya sendiri, tidak dibingungkan, dan menguasai ilmu pengetahuan tentang Tuhan.

Penjelasan
Ciri-ciri orang yang sudah insaf akan Diri-Nya diberikan di sini. Ciri pertama ialah bahwa ia tidak dikhayalkan dengan mempersamakan Diri-Nya yang sejati dengan badan secara palsu. Dia mengetahui secara sempurna bahwa Diri-Nya bukan badan, melainkan bagian percikan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, dia tidak riang bila ia mendapatkan sesuatu, dan juga tidak menyesal bila ia kehilangan sesuatu yang berhubungan dengan badannya. Kemantapan pikiran seperti itu disebut sthirabuddhi, atau kecerdasan tentang diri sendiri. Karena itu, dia tidak pernah dibingungkan oleh salah sangka seolah-olah badan kasar adalah sang roh. Dia juga tidak menganggap badan sebagai sesuatu yang kekal hingga mengalpakan adanya sang roh. Pengetahuan seperti itu mengangkat seseorang sampai tingkat menguasai ilmu pengetahuan lengkap tentang Kebenaran Mutlak yaitu Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Dengan demikian ia mengetahui kedudukan dasarnya secara sempurna tanpa berusaha secara palsu untuk menunggal dengan Yang Mahakuasa dalam segala hal. Ini disebut keinsafan Brahman, atau keinsafan diri. Kesadaran yang mantap seperti itu disebut kesadaran Krishna.

5.21
bāhya-sparśeṣv asaktātmā
vindaty ātmani yat sukham
sa brahma-yoga-yuktātmā
sukham akṣayam aśnute

bāhya-sparśeṣu—dalam kesenangan indera-indera lahiriah; āsakta-ātmā—orang yang tidak terikat; vindati—menikmati; ātmani—dalam sang diri; yat—itu yang; sukham—kebahagiaan; saḥ—dia; brahma-yoga—dengan memusatkan dalam Brahman; yukta-ātmā—Diri-Nya dihubungkan; sukham—kebahagiaan; aksayam—tidak terhingga; aśnute—menikmati.

Terjemahan
Orang yang sudah mencapai pembebasan seperti itu tidak tertarik kesenangan indera-indera material, melainkan dia selalu berada dalam semadi, dan menikmati kebahagiaan di dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya menikmati kebahagiaan yang tidak terhingga, sebab ia memusatkan pikirannya kepada Yang Mahakuasa.

Penjelasan
Sri Yamunacarya, seorang penyembah yang mulia dalam kesadaran Krishna, telah berkata:

yad-avadhi mama cetaḥ kṛṣṇa-pādāravinde
nava-nava-rasa-dhāmany udyataḿ rantum āsīt
tad-avadhi bata nārī-sańgame smaryamāne
bhavati mukha-vikāraḥ suṣṭhu niṣṭhīvanaḿ ca

Semenjak saya menekuni cinta-bhakti rohani kepada Krishna, dan menginsafi kebahagiaan yang selalu baru pada Krishna, apabila saya memikirkan kesenangan hubungan kelamin, saya meludahi pikiran itu, saya mencibirkan bibir karena saya tidak senang.” Orang yang berada dalam brahma-yoga, atau kesadaran Krishna, begitu tekun dalam cinta-bhakti kepada Tuhan sehingga dia sepenuhnya kehilangan minat terhadap kesenangan indera-indera material. Kesenangan material tertinggi ialah kesenangan hubungan suami isteri. Seluruh dunia bergerak di bawah pesona kesenangan itu, dan orang duniawi tidak dapat bekerja sama sekali tanpa motivasi itu. Tetapi orang yang tekun dalam kesadaran Krishna dapat bekerja dengan semangat yang lebih besar tanpa kesenangan hubungan suami isteri, hubungan demikian merupakan sesuatu yang dihindarinya. Itulah ujian keinsafan rohani. Keinsafan rohani dan kesenangan hubungan suami isteri kurang cocok satu sama lain. Orang yang sadar akan Krishna tidak tertarik pada jenis kesenangan indera-indera manapun, sebab dia sudah mencapai pembebasan.

5.22
ye hi saḿsparśa-jā bhogā
duḥkha-yonaya eva te
ādy-anta-vantaḥ kaunteya
na teṣu ramate budhaḥ

ye—mereka itu; hi—pasti; saḿsparśa-jāḥ—melalui hubungan dengan indera-indera material; bhogāḥ—kenikmatan; duḥkha—kesedihan; yonayaḥ—sumber-sumber; evā—pasti; te—mereka adalah; ādi—awal; anta—akhir; vantaḥ—mengalami; kaunteya—wahai putera Kuntī ; na—tidak pernah; teṣu—dalam hal-hal itu; ramate—bersenang hati; budhāḥ—orang cerdas.

Terjemahan
Orang cerdas tidak ikut serta dalam sumber-sumber kesengsaraan, yang disebabkan oleh hubungan dengan indera-indera material. Wahai putera Kuntī, kesenangan seperti itu berawal dan berakhir, karena itu, orang bijaksana tidak bersenang hati dengan hal-hal itu.

Penjelasan
Kesenangan indera-indera material disebabkan oleh hubungan indera-indera material, yang semua bersifat sementara karena badan itu sendiri bersifat sementara. Orang yang sudah mencapai pembebasan tidak tertarik pada sesuatupun yang bersifat sementara. Setelah mengetahui rasa riang kebahagiaan rohani secara mendalam, bagaimana mungkin orang yang sudah mencapai pembebasan setuju menikmati kesenangan yang palsu? Di dalam Padma Purana (Sri Ramacandrasatanamastotra, ayat 8) dinyatakan:

ramante yogino ‘nante
satyānande cid-ātmani
iti rāma-padenāsau
paraḿ brahmābhidhīyate

Para ahli kebatinan memperoleh kesenangan rohani yang tidak terhingga dari Kebenaran Mutlak. Karena itu, Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, juga bernama Rāma.” Dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.1) juga dinyatakan:

nāyaḿ deho deha-bhājāḿ nṛ-loke
kaṣṭān kāmān arhate viḍ-bhujāḿ ye
tapo divyaḿ putrakā yena sattvaḿ
śuddhyed yasmād brahma-saukhyaḿ tv anantam

Putera-puteraku yang tercinta, tidak ada alasan untuk bekerja demikian kerasnya demi kesenangan indera-indera selama kita berada dalam bentuk kehidupan manusia ini; kesenangan seperti itu tersedia bahkan bagi binatang yang makan kotoran [babi]. Melainkan, dalam hidup ini, sebaiknya engkau melakukan pertapaan yang memungkinkan kehidupanmu akan disucikan, dan sebagai hasilnya engkau akan dapat menikmati kebahagiaan rohani yang tidak terhingga.”
Karena itu, para yogi yang sejati ataupun Rohaniwan-rohaniwan yang bijaksana tidak tertarik pada kesenangan-kesenangan indera, yang menyebabkan kehidupan material berjalan terus menerus. Semakin seseorang ketagihan kesenangan-kesenangan material, semakin ia terperangkap oleh kesengsaraan material.

5.23
śaknotīhaiva yaḥ soḍhuḿ
prāk śarīra-vimokṣaṇāt
kāma-krodhodbhavaḿ vegaḿ
sa yuktaḥ sa sukhī naraḥ

śaknoti—dapat; iha evā—di dalam badan yang dimiliki sekarang; yaḥ—orang yang; soḍhum—menahan; prāk—sebelum; śarīra—badan; vimokṣaṇāt—meninggalkan; kāma—keinginan; krodha—dan amarah; udbhāvam—dihasilkan dari; vegam—dorongan; saḥ—dia; yuktaḥ—dalam semadi; saḥ—dia; sukhī—bahagia; naraḥ—manusia.

Terjemahan
Kalau seseorang dapat menahan dorongan indera-indera material dan menahan kekuatan keinginan dan amarah sebelum ia meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang, maka kedudukannya baik dan ia berbahagia di dunia ini.

Penjelasan
Kalau seseorang ingin mencapai kemajuan yang mantap dalam menempuh jalan keinsafan diri, dia harus berusaha mengendalikan dorongan-dorongan indera-indera material. Ada dorongan untuk berbicara, dorongan amarah, dorongan pikiran, dorongan perut, dorongan kemaluan, dan dorongan lidah. Orang yang dapat mengendalikan dorongan berbagai indera dan pikiran disebut Gosvami, atau svami. Para Gosvami hidup dengan cara yang terkendalikan secara ketat. Mereka meninggalkan dorongan-dorongan indera sama sekali. Apabila keinginan material tidak dipuaskan, maka keinginan-keinginan itu menimbulkan amarah, dan dengan demikian pikiran, mata, dan dada menjadi tegang. Karena itu, seseorang harus melatih diri untuk mengendalikan keinginan duniawi sebelum dia meninggalkan badan material ini. Dimengerti bahwa orang yang sudah dapat melakukan demikian sudah insaf akan diri. Dengan demikian, ia berbahagia dalam keadaan keinsafan diri. Kewajiban seorang rohaniwan ialah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan keinginan dan amarah.

5.24
yo ‘ntaḥ-sukho ‘ntar-ārāmas
tathāntar-jyotir eva yaḥ
sa yogī brahma-nirvāṇaḿ
brahma-bhūto ‘dhigacchati

yaḥ—orang yang; antaḥ-sukhaḥ—berbahagia dari dalam Diri-Nya; antaḥ-ārāmaḥ—giat menikmati di dalam Diri-Nya; tathā—beserta; antaḥ-jyotiḥ—tujuan di dalam Diri-Nya; evā—pasti; yaḥ—siapapun; saḥ—dia; yogī—seorang ahli kebatinan; brahma-nirvāṇam—pembebasan dalam Yang Mahakuasa; brahma-bhūtaḥ—dengan menginsafi diri; adhigacchati—mencapai.

Terjemahan
Orang yang berbahagia di dalam Diri-Nya, giat dan riang di dalam Diri-Nya, dan tujuannya di dalam Diri-Nya, sungguh-sungguh ahli kebatinan yang sempurna. Dia mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa, dan akhirnya dia mencapai kepada Yang Mahakuasa.

Penjelasan
Kalau seseorang tidak dapat menikmati kebahagiaan di dalam hatinya, bagaimana mungkin ia mengundurkan diri dari kesibukan lahiriah yang dimaksudkan untuk memperoleh kebahagiaan yang dangkal? Orang yang sudah mencapai pembebasan menikmati kebahagiaan melalui pengalaman yang nyata. Karena itu, ia dapat duduk diam di tempat manapun dan menikmati kegiatan hidup dari dalam hatinya. Orang yang sudah mencapai pembebasan seperti itu tidak menginginkan kesenangan material lagi dari luar. Keadaan ini disebut brahmabhuta, dan kalau seseorang sudah mencapai keadaan ini, terjamin bahwa dia akan pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5.25
labhante brahma-nirvāṇam
ṛṣayaḥ kṣīṇa-kalmaṣāḥ
chinna-dvaidhā yatātmānaḥ
sarva-bhūta-hite ratāḥ

labhante—mencapai; brahma-nirvāṇam—pembebasan di dalam Yang Maha kuasa; ṛṣayaḥ—orang yang giat di dalam; kṣīṇa-kalmaṣāḥ—orang bebas dari segala dosa; chinna—setelah merobek; dvaidhāḥ—hal-hal yang relatif; yata-ātmanāḥ—sibuk dalam keinsafan diri; sarva-bhūta—untuk semua makhluk hidup; hite—dalam pekerjaan demi kesejahteraan; ratāḥ—sibuk.

Terjemahan
Orang yang berada di luar hal-hal yang relatif yang berasal dari keragu-raguan, dengan pikirannya tekun di dalam hati, selalu sibuk bekerja demi kesejahteraan semua makhluk hidup, dan bebas dari segala dosa, mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa.

Penjelasan
Hanya orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya dapat dikatakan sibuk di dalam pekerjaan demi kesejahteraan semua makhluk hidup. Apabila seseorang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan bahwa Krishna adalah sumber segala sesuatu, maka bila dia bertindak dengan semangat seperti itu ia bertindak untuk semua orang. Manusia menderita karena orang melupakan Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama yang menikmati, Pemilik Yang Paling Utama, dan Kawan Yang Paling Utama. Karena itu, kalau seseorang bertindak untuk menghidupkan kembali kesadaran tersebut dalam seluruh masyarakat manusia, itulah pekerjaan tertinggi demi kesejahteraan orang. Seseorang tidak dapat menekuni pekerjaan kelas utama demi kesejahteraan orang seperti itu kalau ia belum mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa. Orang yang sadar akan Krishna, tidak ragu-ragu tentang KeMahakuasaan Krishna. Dia tidak ragu-ragu karena dia sudah bebas sepenuhnya dari segala dosa. Inilah keadaan cinta-bhakti yang suci.
Orang yang hanya sibuk melayani kesejahteraan jasmani masyarakat manusia sebenarnya tidak dapat menolong siapapun. Kalau seseorang hanya membuat badan jasmani dan pikiran merasa lega untuk sementara waktu, itu tidak memuaskan. Sebenarnya orang harus menghadapi kesulitan dalam perjuangan hidup yang keras karena mereka melupakan hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Apabila seseorang sudah sepenuhnya menyadari hubungannya dengan Krishna, maka ia benar-benar mencapai pembebasan, walaupun mungkin ia masih berada di dalam badan material.

5.26
kāma-krodha-vimuktānāḿ
yatīnāḿ yata-cetasām
abhito brahma-nirvāṇaḿ
vartate viditātmanām

kāma—dari keinginan; krodha—dan amarah; vimuktānām—mengenai orang yang sudah dibebaskan; yatīnām—mengenai orang-orang suci; yata-cetasām—yang sudah mengendalikan pikiran sepenuhnya; abhitaḥ—pasti dalam waktu yang dekat sekali; brahma-nirvāṇam—pembebasan dalam Yang Mahakuasa; vartate—ada di sana; vidita-ātmanām—mengenai orang yang sudah insaf akan diri.

Terjemahan
Orang yang bebas dari amarah dan segala keinginan material, insaf akan diri, berdisiplin diri dan senantiasa berusaha mencapai kesempurnaan, pasti akan mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa dalam waktu yang dekat sekali.

Penjelasan
Di antara semua orang suci yang senantiasa tekun berusaha menuju pembebasan, orang yang sadar akan Krishna adalah yang paling baik. Dalam Bhagavatam (4.22.39), kenyataan ini dibenarkan sebagai berikut:

yat-pāda-pańkaja-palāśa-vilāsa-bhaktyā
karmaśayaḿ grathitam udgrathayanti santaḥ
tadvan na rikta-matayo yatayo ‘pi ruddha-
sroto-gaṇās tam araṇaḿ bhaja vāsudevam

Cobalah menyembah Vasudeva, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dalam bhakti. Resi-resi besar sekalipun tidak dapat mengendalikan kekuatan indera-indera dengan cara yang seefektif orang yang tekun dalam kebahagiaan rohani dengan cara melayani kakipadma Krishna sehingga mencabut keinginan untuk kegiatan yang membuahkan hasil yang sudah berakar di dalam hati.”
Keinginan untuk menikmati hasil dari pekerjaan sangat mendarah daging di dalam hati roh yang terikat sehingga resi-resi yang hebat sekalipun mengalami kesulitan dalam mengendalikan keinginan seperti itu, walaupun mereka berusaha sekuat tenaga. Seorang penyembah Tuhan yang senantiasa menekuni bhakti dalam kesadaran Krishna dan sempurna dalam keinsafan diri mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa dengan cepat sekali. Oleh karena pengetahuannya lengkap dalam keinsafan diri, dia selalu tetap dalam semadi. Contoh yang serupa mengenai hal ini sebagai berikut.

darśana-dhyāna-saḿsparśair
matsya-kūrma-vihańgamāḥ
svāny apatyāni puṣṇanti
tathāham api padma-ja

Dengan cara melihat, dengan cara bersemadi dan dengan cara sentuhan saja, ikan, kura-kura dan burung memelihara anak-anaknya. Sayapun melakukan seperti itu, wahai Padmaja.”
Ikan membesarkan anaknya hanya dengan cara memandangnya. Kura-kura membesarkan anaknya hanya dengan bersemadi. Kura-kura bertelur di darat dan induk kurakura bersemadi pada telur itu sambil ia berada dalam air. Begitu pula, walaupun seseorang penyembah yang sadar akan Krishna, jauh dari tempat tinggal Krishna, ia dapat mengangkat Diri-Nya sampai tempat tinggal itu hanya dengan cara berpikir tentang Krishna senantiasa melalui kesibukan dalam kesadaran Krishna. Ia tidak merasakan penderitaan kesengsaraan material; keadaan hidup demikian disebut brahmaṇirvana, yang berarti kesengsaraan material tidak ada karena dia senantiasa khusuk dalam Yang Mahakuasa.

5.27-28
sparśān kṛtvā bahir bāhyāḿś
cakṣuś caivāntare bhruvoḥ
prāṇāpānau samau kṛtvā
nāsābhyantara-cāriṇau

yatendriya-mano-buddhir
munir mokṣa-parāyaṇaḥ
vigatecchā-bhaya-krodho
yaḥ sadā mukta eva saḥ

sparśān—obyek-obyek indera, misalnya suara; kṛtvā—menjaga; bahiḥ—di luar; bāhyān—yang tidak diperlukan; cakṣuḥ—mata; ca—juga; evā—pasti; antare—di antara; bhruvoḥ—alis mata; prāṇa-apānau—udara yang bergerak ke atas serta ke bawah; samau—dalam keadaan tergantung; kṛtvā—menjaga; nāsa-abhyantara—di dalam lobang hidung; cāriṇau—meniup; yata—dikendalikan; indriya—indera-indera; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan; muniḥ—seorang rohaniwan; mokṣa—untuk pembebasan; parāyaṇāḥ—dengan ditakdirkan seperti itu; vigata—setelah membuang; icchā—keinginan; bhaya—rasa takut; krodhaḥ—amarah; yaḥ—orang yang; sadā—selalu; muktaḥ—sudah mencapai pembebasan; evā—pasti; saḥ—dialah.

Terjemahan
Dengan menutup indera terhadap segala obyek indera dari luar, menjaga mata dan penglihatan dipusatkan antara kedua alis mata, menghentikan nafas keluar dan masuk di dalam lobang hidung, dan dengan cara demikian mengendalikan pikiran, indera-indera dan kecerdasan, seorang rohaniwan yang bertujuan mencapai pembebasan menjadi bebas dari keinginan, rasa takut dan amarah. Orang yang selalu berada dalam keadaan demikian pasti mencapai pembebasan.

Penjelasan
Dengan menekuni kesadaran Krishna, seseorang dapat segera mengerti identitas rohaninya, kemudian dapat mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa melalui cara bhakti. Apabila seseorang sudah mantap dalam bhakti, ia mencapai kedudukan rohani, dan memenuhi syarat untuk merasakan adanya Tuhan di dalam lingkungan kegiatannya. Kedudukan khusus ini disebut pembebasan dalam Yang Mahakuasa.

Sesudah menjelaskan prinsip-prinsip pembebasan dalam Yang Mahakuasa yang disebut di atas, Krishna memberikan pelajaran kepada Arjuna tentang bagaimana seseorang dapat mencapai kedudukan itu melalui latihan kebatinan atau yoga yang bernama astanga-yoga. Astanga-yoga adalah proses yang terdiri dari delapan tahap yaitu: yama, niyama, āsana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Dalam akhir Bab Enam, mata pelajaran yoga diuraikan secara khusus. Pada akhir Bab Lima hanya kata pengantar tentang hal itu diberikan. Seseorang harus mengusir obyek-obyek indera seperti suara, rabaan, bentuk, rasa dan bau dengan proses pratyahara dalam yoga, kemudian menjaga pengelihatan mata ditengah-tengah antara alis mata dan memusatkan perhatian pada ujung hidung dengan mata setengah dipejamkan. Tidak ada manfaat memejamkan mata sepenuhnya, sebab dalam keadaan demikian kemungkinan besar seseorang akan tertidur. Juga tidak ada manfaat kalau seseorang membuka mata sepenuhnya, sebab dalam keadaan demikian ada bahaya bahwa dia akan tertarik kepada obyek-obyek indera. Gerak nafas ditahan di dalam lubang hidung dengan menetralisir arus udara yang bergerak ke atas dan ke bawah di dalam badan. Dengan berlatih yoga seperti itu, seseorang dapat mengendalikan indera-indera, menghindari obyek-obyek indera dari luar, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk pembebasan dalam Yang Mahakuasa.
Proses yoga tersebut membantu seseorang hingga dibebaskan dari segala jenis rasa takut dan amarah; dan dengan demikian merasakan adanya Roh Yang Utama pada kedudukan rohani. Dengan kata lain, kesadaran Krishna adalah proses termudah untuk melaksanakan prinsip-prinsip yoga. Hal ini akan dijelaskan secara panjang lebar dalam bab berikut. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna selalu tekun dalam bhakti, dan dia tidak mengambil resiko bahwa indera-inderanya akan hilang dalam kesibukan yang lain. Kesadaran Krishna adalah cara yang lebih baik dari pada astanga-yoga untuk mengendalikan indera-indera.

5.29
bhoktāraḿ yajña-tapasāḿ
sarva-loka-maheśvaram
suhṛdaḿ sarva-bhūtānāḿ
jñātvā māḿ śāntim ṛcchati

bhoktāram—yang menikmati hasil; yajñā—korban-korban suci; tapasām—serta pertapaan dan kesederhanaan; sarva-loka—seluruh planet dan para dewa di planet-planet itu; mahā-īśvaram—Tuhan Yang Maha Esa; su-hṛdam—penolong; sarva—terhadap semua; bhūtānām—para makhluk hidup; jñātvā—dengan mengetahui demikian; mām—Aku (Sri Krishna); śāntim—rasa lega setelah dibebaskan dari kesengsaraan material; ṛcchati—seseorang mencapai.

Terjemahan
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai Penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua mahkluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material.

Penjelasan
Roh-roh yang terikat dalam cengkraman tenaga yang mengkhayalkan sangat menginginkan tercapainya kedamaian di dunia material. Tetapi mereka tidak mengetahui rumus untuk kedamaian, yang dijelaskan dalam Bhagavad-gita pada bagian ini. Rumus kedamaian yang paling utama adalah sebagai berikut: Sri Krishna-lah yang menikmati hasil segala ke giatan manusia. Seharusnya manusia mempersembahkan segala sesuatu untuk pengabdian rohani kepada Tuhan, sebab Beliaulah Pemilik semua planet dan dewa yang ada di planet-planet itu. Tiada seorangpun yang lebih tinggi daripada Beliau. Beliau lebih tinggi daripada dewa yang paling tinggi, yaitu dewa Siva dan dewa Brahma. Dalam Veda (svetasvatara Upanisad 6.7), Tuhan Yang Maha Esa diuraikan sebagai, tam Isvaranam paramam mahesvaram. Di bawah pesona khayalan, para makhluk hidup berusaha menjadi Penguasa segala sesuatu yang dipandangnya, tetapi sebenarnya mereka dikuasai oleh tenaga material Krishna. Krishna adalah Penguasa alam material, dan roh-roh yang terikat berada di bawah peraturan alam material yang keras. Kalau seseorang belum mengerti kenyataan pokok tersebut, tidak mungkin dia mencapai kedamaian di dunia, baik secara pribadi maupun secara bersama. Inilah pengertian kesadaran Krishna: Sri Krishna adalah Yang Mahakuasa, dan semua makhluk hidup, termasuk pula para dewa yang mulia, adalah bawahan Krishna. Seseorang dapat mencapai kedamaian yang sempurna hanya kalau ia sadar akan Krishna secara lengkap.
Bab Lima ini adalah penjelasan yang praktis tentang kesadaran Krishna, yang pada umumnya dikenal sebagai karma-yoga. Pertanyaan angan-angan tentang bagaimana karma-yoga dapat memberikan pembebasan dijawab di sini. Bekerja dalam kesadaran Krishna berarti bekerja dengan pengetahuan lengkap tentang Tuhan sebagai Penguasa. Pekerjaan seperti itu tidak berbeda dengan pengetahuan rohani. Kesadaran Krishna secara langsung adalah bhakti-yoga, dan jñāna-yoga adalah jalan menuju bhakti-yoga. Kesadaran Krishna berarti bekerja dengan penuh pengetahuan tentang hubungan kita dengan Yang Mutlak Yang Paling Utama. Kesempurnaan kesadaran tersebut ialah pengetahuan yang sempurna tentang Krishna, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sang roh yang murni adalah hamba Tuhan yang kekal sebagai bagian percikan dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna. Sang roh yang murni mengadakan hubungan dengan mayā (khayalan) karena keinginan untuk berkuasa atas mayā. Itulah yang menyebabkan banyak penderitaan yang dialaminya. Selama ia berhubungan dengan alam, ia harus melaksanakan pekerjaan menurut kebutuhan-kebutuhan material. Akan tetapi, kesadaran Krishna membawa seseorang ke dalam kehidupan rohani walaupun ia masih berada dalam kekuasaan alam, sebab kesadaran Krishna berarti menghidupkan kembali kehidupan rohani melalui latihan di dunia material. Makin seseorang maju dalam kesadaran Krishna, makin dia dibebaskan dari cengkraman alam. Krishna tidak berat sebelah terhadap siapa pun. Segala sesuatu tergantung pada pelaksanaan tugas kewajiban yang nyata dalam kesadaran Krishna, dan ini membantu seseorang untuk mengendalikan indera-indera dalam segala hal dan mengalahkan pengaruh keinginan dan amarah. Orang yang berdiri dengan teguh dalam kesadaran Krishna, dan mengendalikan nafsu tersebut diatas, sesungguhnya mantap pada tingkat rohani, atau brahma-nirvana. Kebatinan yang terdiri dari delapan tahap di jalankan dengan sendirinya di dalam kesadaran Krishna, sebab tujuan utama yoga itu dipenuhi. Ada proses naik tingkat secara bertahap dalam latihan yama, niyama, āsana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Tetapi tahaptahap ini hanya merupakan pendahuluan untuk kesempurnaan bhakti, satu-satunya proses yang menganugerahkan kedamaian kepada manusia. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Lima Srimad Bhagavad-gita perihal Karma-yoga—Perbuatan dalam Kesadaran Krishna.”

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat!

Berbagai Sumber | Google Images | Youtube | Support become Patreon
Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual,

agungsujana

Recent Posts

Pura Pengubengan – Besakih

Pura Pengubengan - Besakih Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui…

3 years ago

Sanghyang Tumuwuh

Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru Avir Vai nama devata, rtena-aste parivrta, tasya rupena-ime vrksah, harita…

3 years ago

Arya Kenceng

Arya Kenceng Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan…

3 years ago

Pura Andakasa

Pura Andakasa Pura Andakasa adalah pura Kahyangan Jagat, yang merupakan deretan pura utama yang ada…

4 years ago

Pura Pucak Bukit Sangkur

Pura Pucak Bukit Sangkur Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur adalah ada Di Desa Pakraman Kembang…

4 years ago

Pura Luhur Besikalung

Pura Luhur Besikalung Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan…

4 years ago