Categories: Bhagawad Gita

Moksa Samnyasa Yoga – Bhagavad Gita Bab 18 | Audio book Sansekerta

Moksa Samnyasa Yoga – Bhagavad Gita Bab 18 | Audio book Sansekerta

Kesimpulan—Kesempurnaan Pelepasan Ikatan

18.1

Arjuna uvāca

sannyāsasya mahā-bāho

tattvām icchāmi veditum

tyāgasya ca hṛṣīkeśa

pṛthak keśī-niṣūdana

Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; sannyāsasya—mengenai pelepasan ikatan; mahā-bāho—o Yang berlengan perkasa; tattvām—kebenaran; icchāmi—hamba ingin; veditum—mengerti; tyāgasya—tentang pelepasan ikatan; ca—juga; hṛṣīkeśa—wahai Penguasa indera; pṛthak—secara berbeda; keśī-niṣūdana—wahai Pembunuh raksasa bernama Keśī.

Terjemahan

Arjuna berkata: O Yang berlengan perkasa, hamba ingin mengerti tujuan pelepasan ikatan [tyāga] dan tingkatan hidup pelepasan ikatan [sannyāsa], wahai Pembunuh raksasa Kesi, Penguasa indera.

Penjelasan

Sebenarnya Bhagavad-gita selesai dalam tujuh belas bab. Bab Delapan belas adalah ringkasan tambahan mengenai hal-hal yang sudah dibicarakan dalam bab-bab sebelumnya. Dalam setiap bab Bhagavad-gita, Sri Krishna menegaskan bahwa bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan hidup tertinggi. Kenyataan yang sama diringkas dalam Bab Delapan belas sebagai jalan pengetahuan yang paling rahasia. Dalam enam bab pertama, bhakti ditegaskan: yoginām api sarveṣām. . . Di antara semua yogi atau rohaniwan, orang yang selalu berpikir tentang-Ku di dalam hatinya yang paling baik.”

Dalam enam bab berikutnya, bhakti yang murni serta sifat dan kegiatan bhakti dibicarakan. Dalam enam bab terakhir, pengetahuan, pelepasan ikatan, kegiatan alam material dan alam rohani, serta bhakti diuraikan. Disimpulkan bahwa segala perbuatan hendaknya dilakukan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang dilambangkan dengan kata-kata om tat sat, yang menunjukkan Visnu, Kepribadian Yang Paling Utama. Bagian ketiga Bhagavad-gita memperlihatkan bahwa pengabdian suci bhakti adalah satu-satunya tujuan hidup tertinggi. Ini dibuktikan dengan mengutip ācārya-ācārya dari dahulu dan Brahmasutra atau Vedanta-sutra. Beberapa orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap Diri-Nya mempunyai monopoli di bidang pengetahuan Vedanta-sutra. Tetapi sebenarnya Vedanta-sutra dimaksudkan untuk mengerti bhakti, sebab Tuhan Sendiri adalah penyusun Vedanta-sutra dan Beliaulah yang mengetahui isinya. Hal ini diuraikan dalam Bab Lima belas. Dalam setiap Kitab Suci, setiap Veda, bhaktilah tujuannya. Itu dijelaskan dalam Bhagavad-gita.

Seperti halnya dalam Bab Dua ringkasan dari seluruh mata pelajaran yang telah diuraikan, dan sekali lagi dalam Bab Delapan belas ringkasan segala mata pelajaran diberikan. Tujuan hidup ditunjukkan sebagai pelepasan ikatan dan tercapainya kedudukan rohani di atas tiga sifat alam material. Arjuna ingin penjelasan tentang dua atas mata pelajaran yang berbeda dalam Bhagavad-gita; yaitu pelepasan ikatan (tyāga) dan tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan (sannyāsa). Jadi, Arjuna menanyakan arti dua kata tersebut.

Dua kata yang digunakan dalam ayat ini sebagai sapaan kepada Tuhan Yang Maha Esa—yaitu hṛṣīkeśa dan Keśīnisudana—bermakna. hṛṣīkeśa adalah Krishna, Penguasa semua indera, yang selalu dapat membantu kita untuk mencapai ketenangan pikiran, Arjuna meminta supaya Krishna meringkas segala sesuatu dengan cara supaya Arjuna selalu tetap seimbang di dalam hatinya. Namun Arjuna masih agak ragu-ragu, dan keragu-raguan selalu diumpamakan sebagai raksasa. Karena itu, Arjuna menyapa kepada Krishna dengan nama Keśīnisudana. Keśī adalah raksasa yang sangat kuat yang dibunuh oleh Krishna. Sekarang Arjuna mengharapkan Krishna akan membunuh raksasa keragu-raguan.

śrī-bhagavān uvāca

kāmyānāḿ karmaṇāḿ nyāsaḿ

sannyāsaḿ kavayo viduḥ

sarva-karma-phala-tyāgaḿ

prāhus tyāgaḿ vicakṣaṇāḥ

Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; kāmyānām—keinginan; karmaṇām—terhadap kegiatan; nyāsam—pelepasan ikatan; sannyāsam—tingkatan hidup untuk pelepasan ikatan; kavayaḥ—orang bijaksana; viduḥ—mengetahui; sarva—dari semua; karma—kegiatan; phala—terhadap hasil-hasil; tyāgam—pelepasan ikatan; prāhuḥ—menyebutkan; tyāgam—pelepasan ikatan; vicakṣaṇāḥ—orang berpengalaman.

Terjemahan

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Meninggalkan kegiatan berdasarkan keinginan material disebut tingkatan hidup untuk pelepasan ikatan [sannyāsī] oleh orang bijaksana yang mulia. Menyerahkan hasil segala kegiatan disebut pelepasan ikatan [tyāga] oleh orang bijaksana.

Penjelasan

Pelaksanaan kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil atau pahala harus ditinggalkan. Inilah pelajaran Bhagavad-gita. Tetapi kegiatan menuju pengetahuan rohani yang maju tidak boleh ditinggalkan. Ini akan dijelaskan dalam ayat-ayat berikut. Dalam kesusasteraan Veda banyak cara melaksanakan korban suci dengan tujuan tertentu dianjurkan. Ada korban-korban suci tertentu yang dilakukan untuk mendapatkan putera yang baik atau naik tingkat sampai planet-planet yang lebih tinggi, tetapi korban-korban yang didorong oleh keinginan hendaknya dihentikan. Akan tetapi, korban suci untuk menyucikan hati atau maju di bidang ilmu pengetahuan rohani hendaknya jangan ditinggalkan.

tyājyaḿ doṣa-vad ity eke

karma prāhur manīṣiṇaḥ

yajña-dāna-tapaḥ-karma

na tyājyam iti cāpare

tyājyam—harus ditinggalkan; doṣa-vat—sebagai hal yang jahat; iti—demikian; eke—satu golongan; karma—pekerjaan; prāhuḥ—mereka berkata; manīṣiṇaḥ—para ahli pikir; yajñā—korban suci; dana—kedermawanan; tapaḥ—dan pertapaan; karma—pekerjaan; na—tidak pernah; tyājyamharus ditinggalkan; iti—demikian; ca—dan; apare—orang lain.

Terjemahan

Beberapa orang bijaksana menyatakan bahwa segala jenis kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala hendaknya ditinggalkan sebagai kegiatan yang salah, namun resi-resi lain yakin bahwa perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan hendaknya tidak pernah ditinggalkan.

Penjelasan

Ada banyak kegiatan dalam kesusasteraan Veda yang menimbulkan perselisihan pendapat. Misalnya, dikatakan bahwa seekor binatang dapat dibunuh dalam korban suci, namun beberapa orang berpendapat bahwa membunuh binatang sama sekali menjijikkan. Walaupun membunuh binatang dalam korban suci dianjurkan dalam kesusasteraan Veda, binatang itu tidak dianggap terbunuh. Korban suci itu adalah untuk memberi kehidupan baru kepada binatang itu. Kadang-kadang binatang itu diberi kehidupan baru sebagai binatang sesudah dibunuh dalam korban suci, dan kadang-kadang binatang langsung diangkat sampai bentuk kehidupan manusia. Tetapi ada berbagai pendapat di kalangan para resi. Beberapa mengatakan bahwa membunuh binatang harus selalu dihindari, sedangkan yang lain mengatakan bahwa membunuh binatang baik untuk korban suci yang khusus. Semua pendapat yang berbeda mengenai kegiatan korban suci sedang dijelaskan oleh Tuhan Sendiri.

niścayaḿ śṛṇu me tatra

tyāge Bhārata -sattama

tyāgo hi puruṣa-vyāghra

tri-vidhaḥ samprakīrtitaḥ

niścayam—kepastian; śṛṇu—dengarlah; me—dari-Ku; tatra—dalam itu; tyāge—dalam hal pelepasan ikatan; bhārata-sat-tama—wahai yang paling baik di antara para Bhārata ; tyāgaḥ—pelepasan ikatan; hi—dengan pasti; puruṣa-vyāghra—wahai manusia yang sekuat harimau; tri-vidhaḥ—terdiri dari tiga jenis; samprakīrtitaḥ—dinyatakan.

Terjemahan

Wahai yang paling baik di antara para Bhārata, sekarang dengarlah keputusan-Ku tentang pelepasan ikatan. Wahai manusia yang sekuat harimau, dalam Kitab Suci dinyatakan bahwa ada tiga jenis pelepasan ikatan.

Penjelasan

Walaupun ada perselisihan pendapat mengenai cara pelepasan ikatan, di sini Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna memberi keputusan-Nya, yang hendaknya selalu diterima sebagai keputusan terakhir. Bagaimanapun, Veda adalah berbagai hukum yang diberikan oleh Tuhan. Disini Tuhan Sendiri hadir, dan sabda Beliau hendaknya diakui sebagai keputusan terakhir. Tuhan menyatakan bahwa proses pelepasan ikatan harus dipertimbangkan menurut tiga sifat alam material yang mempengaruhi pelaksanaan pelepasan ikatan tersebut.

yajña-dāna-tapaḥ-karma

na tyājyaḿ kāryam eva tat

yajño dānaḿ tapaś caiva

pāvanāni manīṣiṇām

yajñā—korban suci; dana—kedermawanan; tapaḥ—dan pertapaan; karma—kegiatan; na—tidak pernah; tyājyam—harus ditinggalkan; kāryam—harus dilakukan; evā—pasti; tat—itu; yajñaḥ—korban suci; dānam—kedermawanan; tapaḥ—pertapaan; ca—juga; evā—pasti; pāvanāni—menyucikan; manīṣiṇām—bagi roh-roh yang mulia sekalipun.

Terjemahan

Perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan tidak boleh ditinggalkan; kegiatan itu harus dilakukan. Roh-roh yang mulia sekali pun disucikan oleh korban suci, kedermawanan dan pertapaan.

Penjelasan

Para yogi hendaknya melakukan perbuatan demi kemajuan masyarakat manusia. Ada banyak proses penyucian supaya manusia maju sampai kehidupan rohani. Misalnya, upacara pernikahan dianggap salah satu di antara korban-korban suci tersebut. Pernikahan disebut vivahayajñā. Apakah seorang sannyāsī, yang sudah mencapai tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan dan sudah meninggalkan hubungan dengan keluarganya boleh menganjurkan supaya upacara pernikahan diadakan? Di sini Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa korban suci manapun yang dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia sebaiknya tidak pernah ditinggalkan. Vivaha yajñā, upacara pernikahan, dimaksudkan untuk mengatur pikiran manusia supaya pikiran dapat menjadi damai demi kemajuan rohani. Orang pada tingkatan hidup pelepasan ikatan sekalipun hendaknya menganjurkan vivaha yajñā tersebut untuk kebanyakan orang. sannyāsī hendaknya tidak pernah bergaul dengan wanita, tetapi itu tidak berarti bahwa orang yang berada pada tingkatan hidup yang lebih rendah yakni seorang pemuda, tidak boleh menerima seorang isteri dalam upacara pernikahan. Segala korban suci dimaksudkan untuk mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, korban suci hendaknya tidak pernah ditinggalkan. Begitu pula, kedermawanan dimaksudkan untuk menyucikan hati. Kalau sumbangan diberikan kepada orang yang tepat, sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka kedermawanan membawa seseorang sampai tingkat maju dalam kehidupan rohani.

etāny api tu karmaṇi

sańgaḿ tyaktvā phalāni ca

kartavyānīti me pārtha

niścitaḿ matam uttamam

etāni—dari semua ini; api—pasti; tu—tetapi; karmaṇi—kegiatan; sańgam—pergaulan; tyaktvā—melepaskan ikatan; phalāni—hasil; ca—juga; kartavyāni—harus dilakukan sebagai kewajiban; iti—demikian; me—milik-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; niścitam—pasti; matam—pendapat; uttamam—terbaik.

Terjemahan

Segala kegiatan tersebut harus dilakukan tanpa ikatan maupun harapan untuk mendapat hasil. Kegiatan tersebut harus dilakukan sebagai kewajiban, wahai putera Pṛthā. Itulah pendapat-Ku yang terakhir.

Penjelasan

Walaupun segala korban suci menyucikan, hendaknya seseorang jangan mengharapkan hasil apapun dengan pelaksanaan korban suci itu. Dengan kata lain, segala korban suci yang bertujuan mencapai kemajuan material dalam kehidupan hendaknya ditinggalkan, tetapi korban-korban suci yang menyucikan kehidupan seseorang dan mengangkat Diri-Nya sampai tingkat rohani hendaknya jangan dihentikan. Segala sesuatu yang membawa seseorang pada kesadaran Krishna harus dikembangkan. Dalam Srimad-Bhagavatam juga dinyatakan bahwa kegiatan apapun yang membawa seseorang sampai bhakti kepada Tuhan hendaknya diterima. Itulah patokan tertinggi kegiatan keagamaan. Seorang penyembah Tuhan hendaknya menerima segala jenis pekerjaan korban suci maupun kedermawanan yang akan menolong Diri-Nya dalam pelaksanaan bhakti kepada Tuhan.

niyatasya tu sannyāsaḥ

karmaṇo nopapadyate

mohāt tasya parityāgas

tāmasaḥ parikīrtitaḥ

niyatasya—dianjurkan; tu—tetapi; sannyāsaḥ—pelepasan ikatan; karmaṇaḥ—dari kegiatan; na—tidak pernah; upapadyate—patut; mohāt—oleh khayalan; tasya—terhadap kegiatan itu; parityāgaḥ—pelepasan ikatan; tamasāḥ—dalam sifat kebodohan; parikīrtitaḥ—dinyatakan.

Terjemahan

Tugas kewajiban hendaknya tidak pernah ditinggalkan. Kalau seseorang meninggalkan tugas kewajiban yang telah ditetapkan karena khayalan, dikatakan bahwa pelepasan ikatan seperti itu bersifat kebodohan.

Penjelasan

Pekerjaan demi kepuasan material harus ditinggalkan, tetapi Krishna menganjurkan kegiatan yang mengangkat diri seseorang sampai kegiatan rohani, misalnya masak untuk Tuhan Yang Maha Esa dan mempersembahkan makanan kepada Tuhan, kemudian menerima makanan itu. Dikatakan bahwa orang pada tingkat hidup untuk pelepasan ikatan sebaiknya tidak masak untuk Diri-Nya sendiri. Masak untuk diri sendiri dilarang, tetapi masak untuk Tuhan Yang Maha Esa tidak dilarang. Begitu pula, seorang sannyāsī boleh menyetujui pernikahan antara murid-muridnya untuk membantu mereka dalam kemajuan kesadaran Krishna. Kalau seseorang meninggalkan kegiatan seperti itu, harus dimengerti bahwa dia bertindak dalam sifat kegelapan.

duḥkham ity eva yat karma

kāya-kleśa-bhayāt tyajet

sa kṛtvā rājasaḿ tyāgaḿ

naiva tyāga-phalaḿ labhet

duḥkham—tidak bahagia; iti—demikian; evā—pasti; yat—yang; karma—pekerjaan; kāya—untuk badan; kleśa—kesulitan; bhayāt—karena takut; tyajet—meninggalkan; saḥ—dia; kṛtvā—sesudah melakukan; rājasam—dalam sifat nafsu; tyāgam—pelepasan ikatan; na—tidak; evā—pasti; tyāga—dari pelepasan ikatan; phalam—hasil; labhet—memperoleh.

Terjemahan

Siapapun yang meninggalkan tugas kewajiban yang sudah ditetapkan karena terasa sulit atau karena takut pada hal-hal yang tidak menyenangkan badan dikatakan telah melepaskan ikatan dalam sifat nafsu. Perbuatan seperti itu tidak membawa seseorang sampai kemajuan pelepasan ikatan.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Krishna hendaknya jangan meninggalkan usaha mencari uang karena takut bahwa dia melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Kalau seseorang dapat menggunakan uangnya dalam kesadaran Krishna dengan cara bekerja, atau kalau seseorang dapat menemukan kesadaran Krishnanya yang bersifat rohani dengan cara bangun pagi-pagi, maka hendaknya ia jangan menghentikan kegiatan itu karena takut atau karena kegiatan itu dianggap menyulitkan. Pelepasan ikatan seperti itu bersifat nafsu. Hasil pekerjaan yang bersifat nafsu selalu sengsara. Kalau seseorang melepaskan ikatan terhadap pekerjaan dengan perasaan seperti itu, ia tidak pernah memperoleh hasil pelepasan ikatan.

kāryam ity eva yat karma

niyataḿ kriyate ‘rjuna

sańgaḿ tyaktvā phalaḿ caiva

sa tyāgaḥ sāttviko mataḥ

kāryam—harus dilakukan; iti—demikian; evā—memang; yat—yang; karma—pekerjaan; niyatam—ditetapkan; kriyate—yang dilakukan; Arjuna—wahai Arjuna; sańgam—pergaulan; tyaktvā—meninggalkan; phalam—hasil; ca—juga; evā—pasti; saḥ—itu; tyāgaḥ—pelepasan ikatan; sāttvikaḥ—dalam sifat kebaikan; mataḥ—menurut pendapat-Ku.

Terjemahan

Wahai Arjuna, bila seseorang melakukan tugas kewajibannya yang telah ditetapkan hanya karena kewajiban itu patut dilakukan, dan melepaskan ikatan terhadap segala pergaulan duniawi dan segala ikatan terhadap hasil, maka pelepasan ikatannya bersifat kebaikan.

Penjelasan

Tugas kewajiban yang sudah ditetapkan harus dilakukan dengan sikap seperti ini. Seseorang harus bertindak tanpa ikatan terhadap hasil; sebaiknya ia bebas dari pergaulan dengan sifat-sifat pekerjaan. Kalau orang yang sadar akan Krishna bekerja di pabrik, dia tidak bergaul dengan pekerjaan itu, maupun para buruh di dalam pabrik. Ia hanya bekerja demi Krishna. Dan bila ia menyerahkan hasil untuk Krishna, ia bertindak secara rohani.

na dveṣṭy akuśalaḿ karma

kuśale nānuṣajjate

tyāgī sattva-samāviṣṭo

medhāvī chinna-saḿśayaḥ

na—tidak pernah; dveṣṭi—benci; akuśalam—tidak menguntungkan; karma—pekerjaan; kuśale—yang dalam menguntungkan; na—tidak juga; anuṣajjate—menjadi terikat; tyāgī—orang yang melepaskan ikatan; sattva—dalam kebaikan; samāviṣṭaḥ—khusuk; medhāvī—yang cerdas; chinna—setelah memutuskan; saḿśayaḥ—segala keragu-raguan.

Terjemahan

Orang cerdas yang melepaskan ikatan dan mantap dalam sifat kebaikan, yang tidak membenci pekerjaan yang tidak menguntungkan maupun terikat pada pekerjaan yang menguntungkan, tidak ragu-ragu sama sekali tentang pekerjaan.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Krishna atau orang dalam sifat kebaikan tidak membenci siapapun dan tidak membenci hal-hal yang menyulitkan badannya. Dia melakukan pekerjaan di tempat yang benar dan pada waktu yang benar tanpa takut pada efek yang menyulitkan dari tugas kewajibannya. Orang seperti itu yang mantap dalam kerohanian harus dimengerti sebagai orang yang paling cerdas yang sudah melampaui segala keragu-raguan dalam kegiatannya.

na hi deha-bhṛtā śakyaḿ

tyaktuḿ karmaṇy aśeṣataḥ

yas tu karma-phala-tyāgī

sa tyāgīty abhidhīyate

na—tidak pernah; hi—pasti; deha-bhṛtā—oleh dia yang berada di dalam badan; śakyam—dimungkinkan; tyaktum—untuk melepaskan ikatan terhadap; karmaṇi—kegiatan; aśeṣataḥ—secara keseluruhan; yaḥ—siapapun yang; tu—tetapi; karma—terhadap pekerjaan; phala—terhadap hasil; tyāgī—orang yang melepaskan ikatan; saḥ—dia; tyāgī—orang yang melepaskan ikatan; iti—demikian; abhidhīyate—dikatakan.

Terjemahan

Memang tidak mungkin makhluk di dalam badan meninggalkan segala kegiatan. Tetapi orang yang melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan disebut orang yang serius melepaskan ikatan.

Penjelasan

Dalam Bhagavad-gita dikatakan bahwa seseorang tidak pernah dapat meninggalkan pekerjaan pada suatu waktu. Karena itu, orang yang bekerja demi Krishna dan tidak menikmati hasil pekerjaannya, yang mempersembahkan segala sesuatu kepada Krishna, sungguh-sungguh melepaskan ikatan. Ada banyak anggota perkumpulan kesadaran Krishna yang bekerja dengan keras sekali di kantornya atau di pabrik atau di tempat lain, dan apapun yang diperolehnya disumbangkan kepada perkumpulan. Orang yang sudah maju sekali seperti itu sebenarnya sannyāsī dan mantap pada tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan. Sudah digariskan dengan jelas di sini bagaimana cara melepaskan ikatan terhadap hasil pekerjaan dan mengapa ikatan terhadap hasil harus ditinggalkan.

aniṣṭam iṣṭaḿ miśraḿ ca

tri-vidhaḿ karmaṇaḥ phalam

bhavaty atyāgināḿ pretya

na tu sannyāsināḿ kvacit

aniṣṭam—menuju neraka; iṣṭam—menuju surga; miśram—campur; ca—dan; tri-vidham—tiga jenis; karmaṇaḥ—dari pekerjaan; phalam—hasil; bhavati—menjadi; atyāginām—bagi orang yang belum melepaskan ikatan; pretya—sesudah meninggal; na—tidak; tu—tetapi; sannyāsinām—untuk golongan hidup yang melepaskan ikatan; kvacit—pada suatu waktu.

Terjemahan

Tiga hasil perbuatan—yang diinginkan, yang tidak diinginkan dan campuran—diberikan kepada orang yang belum melepaskan ikatan sesudah ia meninggal. Tetapi tidak ada hasil seperti itu yang harus diderita atau dinikmati oleh orang yang berada pada tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Krishna dan bertindak dengan pengetahuan mengenai hubungannya dengan Krishna selalu mencapai pembebasan. Karena itu, ia tidak harus menikmati atau menderita hasil perbuatannya sesudah ia meninggal.

pañcaitāni mahā-bāho

kāraṇāni nibodha me

sāńkhye kṛtānte proktāni

siddhaye sarva-karmaṇām

pañca—lima; etāni—hal ini; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; kāraṇāni—menyebabkan; nibodha—mengertilah; me—dari-Ku; sańkhye—dalam Vedanta; kṛta ante—dalam kesimpulan; proktāni—dikatakan; siddhaye—demi kesempurnaan; sarva—semua; karmaṇām—kegiatan.

Terjemahan

Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, menurut Vedanta, ada lima sebab untuk tercapainya segala perbuatan. Sekarang pelajarilah hal-hal ini dari-Ku.

Penjelasan

Kegiatan manapun yang dilakukan haruslah ada reaksinya. Karena itu, boleh ditanyakan bagaimana mungkin orang yang sadar akan Krishna tidak menderita atau menikmati reaksi pekerjaan? Krishna mengutip filsafat Vedanta untuk memperlihatkan bagaimana ini dimungkinkan. Krishna mengatakan bahwa ada lima sebab segala kegiatan, dan demi sukses dalam segala kegiatan, seseorang harus mempertimbangkan lima sebab tersebut. Sāńkhya berarti tangkai segala pengetahuan, dan Vedanta adalah tangkai terakhir pengetahuan yang diakui oleh semua ācārya yang terkemuka. Sankara mengakui Vedanta-sutra seperti itu. Karena itu, sebaiknya orang mencari nasehat dari sumber yang dapat di percaya seperti itu.
Pengendali tertinggi adalah Roh Yang Utama. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita, sarvasya caham hṛdi sannivistah. Roh yang utama menjadikan semua orang sibuk dalam kegiatan tertentu dengan memberi peringatan kepadanya mengenai perbuatannya dari dahulu. Perbuatan yang sadar akan Krishna yang dilakukan di bawah perintah Beliau dari dalam tidak menghasilkan reaksi apapun, baik dalam hidup ini maupun dalam kehidupan sesudah meninggal.

adhiṣṭhānaḿ tathā kartā

karaṇaḿ ca pṛthag-vidham

vividhāś ca pṛthak ceṣṭā

daivaḿ caivātra pañcamam

adhiṣṭhānam—tempat; tathā—juga; kartā—orang yang bekerja; kāraṇam—alat-alat; ca—dan; pṛthak-vidham—berbagai jenis; vividhāḥ—aneka; ca—dan; pṛthak—terpisah; ceṣṭāḥ—usaha-usaha; daivam—Yang Mahakuasa; ca—juga; evā—pasti; atra—di sini; pañcamam—kelima.

Terjemahan

Tempat perbuatan [badan], pelaku, berbagai indera, aneka jenis usaha, dan akhirnya Roh Yang Utama—inilah lima unsur perbuatan.

Penjelasan

Kata adhiṣṭhānam menunjukkan badan. Sang roh di dalam badan bertindak untuk membawa hasil kegiatan, dan karena itu ia dikenal sebagai karta pelaku.” Dalam sruti dinyatakan bahwa yang mengetahui dan melakukan ialah sang roh. Esa hi draṣṭā srasta (Prasna Upanisad 4.9). Juga dibenarkan dalam Vedanta-sutra dengan ayat-ayat yang berbunyi jno ‘ta eva 2.3.18) dan karta śastrarthavattvat (2.3.33). Alat-alat perbuatan adalah indera, dan melalui inderalah sang roh bertindak dengan berbagai cara. Untuk tiap-tiap perbuatan ada usaha yang berbeda. Tetapi segala kegiatan orang tergantung pada kehendak Roh Yang Utama, yang bersemayam di dalam hati sebagai kawan. Tuhan Yang Maha Esa adalah sebab utama. Dalam keadaan seperti ini, orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna di bawah perintah Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati sewajarnya tidak diikat oleh kegiatan manapun. Orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya pada hakekatnya tidak memprakarsai perbuatannya sendiri. Segala sesuatu bergantung kepada kehendak Yang Mahakuasa, Roh Yang Utama, Kepribadian Yang Mahakuasa.

śarīra-vāń-manobhir yat

karma manobhiḥ  naraḥ

nyāyyaḿ vā viparītaḿ vā

pañcaite tasya hetavaḥ

śarīra—oleh badan; vāk—pembicaraan; manobhiḥ—dan pikiran; yat—yang; karma—pekerjaan; manobhiḥ—memulai; naraḥ—seseorang; nyāyyam—benar; vā—atau; viparītam—lawannya; vā—atau; pañca—lima; ete—semua ini; tasya—miliknya; hetavaḥ—sebab.

Terjemahan

Perbuatan benar maupun salah manapun yang dilakukan seseorang dengan badan, pikiran maupun kata-kata disebabkan oleh lima unsur tersebut.

Penjelasan

Kata-kata benar” dan salah” juga bermakna dalam ayat ini. Pekerjaan yang benar adalah pekerjaan yang dilakukan sesuai petunjuk-petunjuk yang ditetapkan dalam Kitab Suci, dan pekerjaan yang salah adalah pekerjaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip aturan Kitab Suci. Tetapi apapun yang dilakukan memerlukan lima unsur tersebut untuk pelaksanaannya yang lengkap.

tatraivaḿ sati kartāram

ātmānaḿ kevalaḿ tu yaḥ

paśyaty akṛta-buddhitvān

na sa paśyati durmatiḥ

tatra—di sana; evam—dengan demikian; sati—menjadi; kartāram—orang yang bekerja; ātmanām—Diri-Nya; kevalam—hanya; tu—tetapi; yaḥ—siapapun yang; paśyāti—melihat; akṛta buddhitvat—karena kurang cerdas; na—tidak pernah; saḥ—dia; paśyāti—melihat; durmatiḥ—bodoh.

Terjemahan

Karena itu, orang yang menganggap Diri-Nya satu-satunya pelaku, tanpa mempertimbangkan lima unsur tersebut, tentu tidak begitu cerdas dan tidak dapat melihat hal-hal dengan sebenarnya.

Penjelasan

Orang bodoh tidak dapat mengerti bahwa Roh Yang Utama bersemayam di dalam hatinya sebagai kawan dan mengatur perbuatannya. Walaupun tempat, pekerjaan, usaha dan indera-indera adalah sebab-sebab material, sebab utama ialah Yang Mahakuasa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, seharusnya seseorang tidak hanya melihat empat sebab material tetapi juga melihat Yang Mahakuasa sebagai sebab pelaksana utama. Orang yang tidak melihat Yang Mahakuasa menganggap Diri-Nya sebagai satu-satunya pelaku.

yasya nāhańkṛto bhāvo

buddhir yasya na lipyate

hatvāpi sa imān lokān

na hanti na nibadhyate

yasya—orang yang; na—tidak pernah; ahańkṛtaḥ—keakuan palsu; bhāvaḥ—sifat; buddhiḥ—kecerdasan; yasya—orang yang; na—tidak pernah; lipyate—terikat; hatvā—membunuh; api—walaupun; saḥ—dia; imān—ini; lokān—dunia; na—tidak pernah; hanti—membunuh; na—tidak pernah; nibadhyate—menjadi terikat.

Terjemahan

Orang yang tidak digerakkan oleh keakuan palsu dan kecerdasannya tidak terikat, tidak membunuh, meskipun ia membunuh orang didunia ini. Ia juga tidak diikat oleh perbuatannya.

Penjelasan

Dalam ayat ini Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa keinginan untuk tidak bertempur berasal dari keakuan palsu. Arjuna menganggap Diri-Nya pelaku perbuatan, tetapi dia tidak mempertimbangkan izin dari Yang Mahakuasa baik di dalam maupun di luar. Kalau seseorang tidak mengetahui bahwa ada izin utama, mengapa ia harus bertindak? Tetapi orang yang mengetahui alat-alat pekerjaan, Diri-Nya sebagai pelaku, dan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Kepribadian Utama yang mengizinkan adalah sempurna dalam melakukan segala sesuatu. Orang seperti itu tidak pernah di dalam khayalan. Kegiatan dan tanggung jawab pribadi berasal dari keakuan palsu dan kekurangan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atau kekurangan kesadaran Krishna. Siapapun yang bertindak dalam kesadaran Krishna dibawah perintah Yang Mahakuasa atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak membunuh meskipun ia membunuh. Dia juga tidak pernah dipengaruhi oleh reaksi pembunuhan itu. Bila seorang prajurit membunuh di bawah perintah seorang perwira, ia tidak dapat dihukum. Tetapi kalau seorang prajurit membunuh atas kehendak pribadi, maka dia pasti akan dihukum oleh pengadilan.

jñānaḿ jñeyaḿ parijñātā

tri-vidhā karma-codanā

karaṇaḿ karma karteti

tri-vidhaḥ karma-sańgrahaḥ

jñānam—pengetahuan; jñeyam—obyek pengetahuan; parijñātā—dia yang mengetahui; tri-vidhā—terdiri dari tiga jenis; karma—dari pekerjaan; codanā—dorongan; kāraṇam—indera; karma—pekerjaan; kartā—pelaku-pelaku; iti—demikian; tri-vidhaḥ—tiga jenis; karma—dari pekerjaan; sańgrahaḥ—pengumpulan.

Terjemahan

Pengetahuan, obyek pengetahuan, dan dia yang mengetahui adalah tiga unsur yang menggerakkan perbuatan; indera; pekerjaan dan pelaku adalah tiga bahan perbuatan.

Penjelasan

Ada tiga jenis dorongan untuk pekerjaan sehari-hari : Pengetahuan, obyek pengetahuan dan yang mengetahui. Alat-alat pekerjaan, pekerjaan itu sendiri dan orang yang bekerja disebut bahan-bahan pekerjaan. Segala pekerjaan yang dilakukan oleh manusia terdiri dari unsur-unsur tersebut. Sebelum seseorang bertindak, ada suatu dorongan, yang disebut inspirasi. Segala penyelesaian yang dicapai sebelum pekerjaan dilaksanakan adalah jenis pekerjaan yang halus. Kemudian pekerjaan berwujud sebagai perbuatan. Pertama seseorang harus menjalankan proses-proses kejiwaan, yaitu berpikir, merasakan dan menginginkan, dan itu disebut dorongan. Inspirasi untuk bekerja adalah sama, baik inspirasi itu berasal dari Kitab Suci maupun pelajaran dari guru kerohanian. Apabila ada inspirasi dan ada pekerja, maka kegiatan nyata terjadi dengan bantuan indera-indera, termasuk pikiran, yang merupakan pusat semua indera. Jumlah semua bahan suatu kegiatan disebut pengumpulan pekerjaan.

jñānaḿ karma ca kartā ca

tridhaiva guṇa-bhedataḥ

procyate guṇa-sańkhyāne

yathāvac chṛṇu tāny api

jñānam—pengetahuan; karma—pekerjaan; ca—juga; kartā—pekerja; ca—juga; tridhā—dari tiga jenis; evā—pasti; guṇa-bhedataḥ—menurut berbagai sifat alam material; procyate—dikatakan; guṇa-sańkhyāne—menurut berbagai sifat; yathā-vat—sebagaimana; śṛṇu—dengarlah; tāni—semuanya; api—juga.

Terjemahan

Menurut tiga sifat alam material yang berbeda, ada tiga jenis pengetahuan, perbuatan dan pelaku perbuatan. Sekarang dengarlah dari-Ku tentang hal-hal itu.

Penjelasan

Dalam Bab Empat belas, tiga bagian sifat-sifat alam material diuraikan secara panjang lebar. Dalam bab itu dinyatakan bahwa sifat kebaikan menerangkan, sifat nafsu bersifat duniawi, sedangkan sifat kebodohan membawa orang pada sifat malas dan tidak mau melakukan apa-apa. Semua sifat alam material mengikat dan tidak merupakan sumber pembebasan. Dalam sifat kebaikan sekalipun seseorang terikat. Dalam Bab Tujuh belas, berbagai jenis sembahyang yang dilakukan oleh berbagai jenis orang dalam aneka sifat alam material diuraikan. Dalam ayat ini, Krishna menyatakan bahwa Beliau ingin membicarakan berbagai jenis pengetahuan, pekerjaan itu sendiri menurut tiga sifat alam material.

sarva-bhūteṣu yenaikaḿ

bhāvam avyayām īkṣate

avibhaktaḿ vibhakteṣu

taj jñānaḿ viddhi sāttvikam

sarva-bhūteṣu—di dalam semua makhluk hidup; yena—dengan itu; ekam—satu; bhāvam—keadaan; avyayām—tidak dapat dimusnahkan; īkṣate—seseorang melihat; avibhaktam—tidak dibagi; vibhakteṣu—yang dibagi dalam jumlah tidak terbilang; tat—itu; jñānam—pengetahuan; viddhi—ketahuilah; sāttvikam—dalam sifat kebaikan.

Terjemahan

Pengetahuan yang memungkinkan alam rohani yang satu dan tidak dipisahkan dilihat di dalam semua makhluk hidup, meskipun mereka dipisahkan menjadi bentuk-bentuk yang jumlahnya tidak dapat di hitung, hendaknya engkau pahami sebagai pengetahuan dalam sifat kebaikan.

Penjelasan

Orang yang melihat roh yang sama di dalam setiap makhluk hidup, baik dewa, manusia, binatang, burung, ikan maupun tumbuhan memiliki pengetahuan dalam sifat kebaikan. Roh yang sama berada di dalam semua makhluk hidup, meskipun mereka memiliki berbagai jenis badan menurut pekerjaan yang telah dilakukannya sebelumnya. Sebagaimana diuraikan dalam Bab Tujuh, perwujudan daya hidup dalam setiap badan disebabkan oleh tenaga utama Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu melihat alam utama yang satu ini, yaitu daya hidup, di dalam setiap badan berarti melihat dalam sifat kebaikan. Tenaga hidup tersebut tidak dapat dimusnahkan, meskipun badan-badan dapat dimusnahkan. Perbedaan dilihat menurut badan; tetapi oleh karena ada banyak bentuk kehidupan material dalam kehidupan yang terikat, kelihatannya daya hidup dipisahkan. Pengetahuan yang tidak bersifat pribadi seperti itu adalah salah satu aspek keinsafan diri.

pṛthaktvena tu yaj jñānaḿ

nānā-bhāvān pṛthag-vidhān

vetti sarveṣu bhūteṣu

taj jñānaḿ viddhi rājasam

pṛthaktvena—akibat dari pemisahan; tu—tetapi; yat—yang; jñānam—pengetahuan; nānābhavān—beraneka keadaan; pṛthak-vidhān—berbeda; vetti—mengetahui; sarveṣu—di dalam semua; bhūteṣu—makhluk hidup; tat—itu; jñānam—pengetahuan; viddhi—harus diketahui; rājasam—menurut nafsu.

Terjemahan

Pengetahuan yang menyebabkan seseorang melihat jenis makhluk hidup yang lain di dalam setiap badan hendaknya engkau pahami sebagai pengetahuan dalam sifat nafsu.

Penjelasan

Paham bahwa badan material adalah makhluk hidup dan bahwa kesadaran dibinasakan sekalian dengan pembinasaan badan disebut pengetahuan dalam sifat nafsu. Menurut pengetahuan itu, badan-badan berbeda satu sama lain karena perkembangan berbagai jenis kesadaran, selain itu tidak ada roh tersendiri yang mewujudkan kesadaran. Badan itu sendiri adalah roh, dan tidak ada roh yang dapat dipisahkan di luar badan. Menurut pengetahuan seperti itu, kesadaran bersifat sementara. Atau tidak ada roh-roh individual, melainkan hanya satu roh yang berada di mana-mana, penuh pengetahuan, dan badan ini adalah perwujudan kebodohan yang bersifat sementara. Atau di luar badan ini tidak ada roh istimewa yang bersifat individual atau Roh Yang Utama. Segala paham seperti itu dianggap hasil dari sifat nafsu.

yat tu kṛtsna-vad ekasmin

kārye saktam ahaitukam

atattvārtha-vad alpaḿ ca

tat tāmasam udāhṛtam

yat—itu yang; tu—tetapi; kṛtsna-vat—sebagai segala-galanya; ekasmin—dalam satu; kārye—pekerjaan; saktam—terikat; ahaitukam—tanpa sebab; atattva-artha-vat—tanpa pengetahuan tentang kesunyataan; alpam—sedikit sekali; ca—dan; tat—itu; tāmasam—sifat kegelapan; udāhṛtam—dikatakan sebagai.

Terjemahan

Pengetahuan yang menyebabkan seseorang terikat pada satu jenis pekerjaan sebagai segala-galanya, tanpa pengetahuan tentang kebenaran, dan jumlahnya sedikit sekali, dikatakan sebagai pengetahuan dalam sifat kegelapan.

Penjelasan

Pengetahuan orang awam selalu dalam sifat kegelapan atau kebodohan, sebab setiap makhluk hidup dalam kehidupan terikat dilahirkan dalam sifat kebodohan. Orang yang tidak mengembangkan pengetahuan melalui para penguasa atau peraturan Kitab Suci memiliki pengetahuan yang terbatas pada badan saja. Ia tidak peduli untuk bertindak menurut petunjuk dari Kitab Suci. Menurut orang seperti itu, Tuhan adalah uang dan pengetahuan berarti memuaskan permintaan jasmani. Pengetahuan seperti itu tidak ada hubungan dengan Kebenaran Mutlak. Pengetahuan tersebut kurang lebih seperti pengetahuan binatang biasa: Pengetahuan tentang makan, tidur, membela diri, dan berketurunan. Pengetahuan seperti itu diuraikan sebagai hasil sifat kegelapan dalam ayat ini. Dengan kata lain, pengetahuan mengenai sang roh di luar badan ini disebut pengetahuan dalam sifat kebaikan, pengetahuan yang menghasilkan banyak teori atau paham karena logika duniawi dan angan-angan adalah hasil sifat nafsu, dan pengetahuan yang hanya menyangkut pemeliharaan badan dalam keadaan nyaman dikatakan sebagai pengetahuan dalam sifat kebodohan.

niyataḿ sańga-rahitam

arāga-dveṣataḥ kṛtam

aphala-prepsunā karma

yat tat sāttvikam ucyate

niyatam—teratur; sańga-rahitam—tanpa ikatan; arāga-dveṣataḥ—tanpa cinta kasih maupun rasa benci; kṛtam—dilakukan; aphala-prepsunā—oleh orang yang bebas dari keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala; karma—perbuatan; yat—yang; tat—itu; sāttvikam—dalam sifat kebaikan; ucyate—disebut.

Terjemahan

Perbuatan yang teratur dan dilakukan tanpa ikatan, tanpa cinta kasih maupun rasa benci dan tanpa keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala dikatakan perbuatan dalam sifat kebaikan.

Penjelasan

Tugas kewajiban yang teratur, sebagaimana diuraikan dalam Kitab Suci menurut berbagai golongan dan bagian masyarakat, dilakukan tanpa ikatan maupun hak milik. Karena itu, pekerjaan itu bebas dari cinta kasih maupun rasa benci dan dilakukan dalam kesadaran Krishna untuk memuaskan Yang Mahakuasa, tanpa kepuasan diri atau menyenangkan diri sendiri. Tugas kewajiban itu disebut perbuatan dalam sifat kebaikan.

yat tu kāmepsunā karma

sāhańkāreṇa vā punaḥ

kriyate bahulāyāsaḿ

tad rājasam udāhṛtam

yat—itu yang; tu—tetapi; kāma-īpsunā—oleh orang dengan keinginan untuk mendapat hasil atau pahala; karma—pekerjaan; sa-ahańkāreṇa—dengan keakuan; vā—atau; punaḥ—lagi; kriyate—dilakukan; bahula-āyāsam—dengan pekerjaan yang keras; tat—itu; rājasam—dalam sifat nafsu; udāhṛtam—dikatakan sebagai.

Terjemahan

Tetapi perbuatan yang dilakukan dengan usaha yang keras oleh orang yang mencari kepuasan keinginannya, dan dilakukan berdasarkan rasa keakuan palsu, disebut perbuatan dalam sifat nafsu.

Tidak ada penjelasan

anubandhaḿ kṣayaḿ hiḿsām

anapekṣya ca pauruṣam

mohād ārabhyate karma

yat tat tāmasam ucyate

anubandham—dari ikatan pada masa yang akan datang; ksayam—pembinasaan; hiḿsām—dan dukacita kepada orang lain; anapekṣya—tanpa mempertimbangkan akibat; ca—juga; pauruṣam—diizinkan sendiri; mohāt—oleh khayalan; ārabhyate—dimulai; karma—pekerjaan; yat—yang; tat—itu; tāmasam—dalam sifat kebodohan; ucyate—dikatakan sebagai.

Terjemahan

Perbuatan yang dilakukan dalam khayalan, tanpa mempedulikan aturan Kitab Suci, dan tanpa mempedulikan ikatan pada masa yang akan datang, kekerasan maupun dukacita yang diakibatkan terhadap orang lain disebut perbuatan dalam sifat kebodohan.

Penjelasan

Seseorang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada negara atau kepada para pesuruh Tuhan Yang Maha Esa yang disebut para Yamaduta. Pekerjaan yang tidak bertanggung jawab menghancurkan, sebab pekerjaan itu membinasakan prinsip-prinsip yang mengatur dari aturan Kitab Suci. Pekerjaan seperti itu seringkali berdasarkan kekerasan dan menyebabkan makhluk hidup lain menderita. Pekerjaan yang tidak bertanggung jawab dilakukan berdasarkan pengalaman pribadi. Ini disebut khayalan. Segala pekerjaan yang bersifat khayalan seperti itu adalah hasil sifat kebodohan.

mukta-sańgo ‘nahaḿ-vādī

dhṛty-utsāha-samanvitaḥ

siddhy-asiddhyor nirvikāraḥ

kartā sāttvika ucyate

mukta-sańgaḥ—dibebaskan dari segala pergaulan material; anaham-vādī—tanpa keakuan palsu; dhṛti—dengan ketabahan hati; utsāha—dan semangat yang besar; samanvitāḥ—memiliki kwalifikasi; siddhi—dalam kesempurnaan; asiddhyoḥ—dan kegagalan; nirvikāraḥ—tanpa perubahan; kartā—pekerja; sāttvikaḥ—dalam sifat kebaikan; ucyate—dikatakan sebagai.

Terjemahan

Orang yang melakukan tugas kewajiban tanpa pergaulan dengan sifat-sifat alam material, tanpa keakuan palsu, dengan ketabahan hati dan semangat yang besar, tanpa goyah baik dalam sukses maupun dalam kegagalan dikatakan sebagai orang yang bekerja dalam sifat kebaikan.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Krishna selalu melampaui sifat-sifat alam material. Dia tidak mengharapkan hasil dari pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, sebab dia berada di atas keakuan palsu dan rasa bangga. Namun, dia selalu bersemangat sampai pekerjaan tesebut selesai. Dia tidak khawatir tentang penderitaan yang dialaminya; dia selalu bersemangat. Dia tidak mempedulikan sukses maupun kegagalan; dia bersikap yang sama baik dalam suka maupun duka. Pekerja seperti itu mantap dalam sifat kebaikan.

rāgī karma-phala-prepsur

lubdho hiḿsātmako ‘śuciḥ

harṣa-śokānvitaḥ kartā

rājasaḥ parikīrtitaḥ

rāgī—sangat terikat; karma-phala—hasil dari pekerjaan; prepsuḥ—menginginkan; lubdhaḥ—kelobaan; hiḿsā-ātmakaḥ—selalu iri; aśuciḥ—tidak bersih; harṣa-śoka-anvitaḥ—mengalami rasa riang dan rasa sedih; kartā—pekerja seperti itu; rājasāḥ—dalam sifat nafsu; parikīrtitaḥ—dinyatakan.

Terjemahan

Pekerja yang terikat pada pekerjaan dan hasil atau pahala dari pekerjaan, yang ingin menikmati hasil-hasil itu, yang bersifat kelobaan, selalu iri, tidak suci dan digerakkan oleh rasa riang dan rasa sedih, dikatakan sebagai pekerja dalam sifat nafsu.

Penjelasan

Orang terlalu terikat pada jenis pekerjaan tertentu atau terhadap hasilnya karena dia terlalu terikat pada keduniawian atau rumah tangga, isteri dan anak-anak. Orang seperti itu tidak mempunyai keinginan untuk diangkat sampai tingkat yang lebih tinggi dalam kehidupan. Dia hanya mempedulikan usaha menjadikan dunia ini senyaman mungkin secara material. Pada umumnya dia sangat kelobaan dan dia berpikir bahwa apapun yang diperolehnya bersifat kekal dan tidak akan pernah hilang. Orang seperti itu iri terhadap orang lain dan berani melakukan apapun yang salah demi kepuasan indera-indera. Karena itu, orang tersebut tidak suci dan tidak peduli apakah nafkahnya suci atau tidak. Dia berbahagia kalau pekerjaannya sukses dan sangat sedih bila pekerjaannya tidak sukses. Demikianlah pekerja dalam sifat nafsu.

ayuktaḥ prākṛtaḥ stabdhaḥ

śaṭho naiṣkṛtiko ‘lasaḥ

viṣādī dīrgha-sūtrī ca

kartā tāmasa ucyate

ayuktaḥ—tidak memperhatikan aturan Kitab Suci; prākṛtaḥ—duniawi; stabdhaḥ—keras kepala; śaṭhaḥ—suka menipu; naiṣkṛtikaḥ—ahli menghina orang lain; alasaḥ—malas; viṣādī—murung; dīrgha-sūtrī—mengulurulurkan waktu; ca—juga; kartā—pekerjaan; tamasāḥ—dalam sifat kebodohan; ucyate—dikatakan sebagai.

Terjemahan

Pekerja yang selalu sibuk dalam pekerjaan yang bertentangan dengan aturan Kitab Suci, yang duniawi, keras kepala, menipu dan ahli menghina orang lain, malas, selalu murung dan menunda-nunda dikatakan sebagai pekerja dalam sifat kebodohan.

Penjelasan

Dalam aturan Kitab Suci kita menemukan jenis pekerjaan mana yang harus dilakukan dan yang mana seharusnya tidak dilakukan. Orang yang tidak mempedulikan aturan tersebut sibuk dalam pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan, orang seperti itu pada umumnya duniawi. Mereka bekerja menurut sifat-sifat alam, bukan menurut Kitab Suci. Pekerja seperti itu tidak begitu lembut, dan pada umumnya selalu licik dan ahli menghina orang lain. Mereka malas sekali; walaupun mereka mempunyai tugas, mereka tidak melakukan tugas itu dengan benar dan mereka menunda pekerjaan itu untuk dilakukan nanti. Karena itu, kelihatannya mereka murung. Mereka mengulurkan waktu; apapun yang dapat diselesaikan dalam waktu satu jam ditunda sampai bertahun-tahun. Pekerja seperti itu berada dalam sifat kebodohan.

buddher bhedaḿ dhṛteś caiva

guṇatas tri-vidhaḿ śṛṇu

procyamānam aśeṣeṇa

pṛthaktvena dhanañjaya

buddheḥ—mengenai kecerdasan; bhedam—perbedaanperbedaan; dhṛteḥ—mengenai sifat mantap; ca—juga; evā—pasti; guṇataḥ—oleh sifat-sifat alam material; tri-vidham—dari tiga jenis; śṛṇu—dengarlah; procyamānam—sebagaimana Kuuraikan; aśeṣeṇa—secara terperinci; pṛthaktvena—secara berbeda; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan.

Terjemahan

Wahai perebut kekayaan; sekarang dengarlah uraian terperinci yang akan Kusampaikan kepadamu tentang berbagai jenis pengertian dan ketabahan hati, menurut tiga sifat alam material.

Penjelasan

Sesudah Krishna menjelaskan tentang pengetahuan, obyek pengetahuan dan yang mengetahui, dalam tiga bagian yang berbeda menurut sifat-sifat alam material, sekarang Beliau akan menjelaskan kecerdasan dan ketabahan hati pekerja dengan cara yang sama.

pravṛttiḿ ca nivṛttiḿ ca

kāryākārye bhayābhaye

bandhaḿ mokṣaḿ ca yā vetti

buddhiḥ sā pārtha sāttvikī

pravṛttim—melakukan; ca—juga; nivṛttim—tidak melakukan; ca—dan; kārya—apa yang patut dilakukan; akārye—dan apa yang tidak patut dilakukan; bhaya—rasa takut; abhaye—kebebasan dari rasa takut; bandham—ikatan; mokṣam—pembebasan; ca—dan; yā—itu yang; vetti—mengetahui; buddhiḥ—pengertian; sa—itu; pārtha—wahai putera Pṛthā; sāttvikī—dalam sifat kebaikan.

Terjemahan

Wahai putera Pṛthā, pengertian yang memungkinkan seseorang mengetahui apa yang patut dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan, apa yang harus ditakuti dan apa yang tidak perlu ditakuti, apa yang mengikat dan apa yang membebaskan, berada dalam sifat kebaikan.

Penjelasan

Melakukan perbuatan menurut aturan Kitab Suci disebut pravrtti, atau melaksanakan kegiatan yang patut dilakukan. Kegiatan yang tidak diatur seperti itu seharusnya tidak dilakukan. Orang yang tidak mengetahui aturan Kitab Suci menjadi terikat dalam perbuatan dan reaksi pekerjaan. Pengertian yang membedakan dengan kecerdasan adalah pengertian yang mantap dalam sifat kebaikan.

yayā dharmam adharmaḿ ca

kāryaḿ cākāryam eva ca

ayathāvat prajānāti

buddhiḥ sā pārtha rājasī

yayā—oleh itu; dharmam—prinsip-prinsip dharma; adharmam—hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dharma; ca—dan; kāryam—apa yang patut dilakukan; ca—juga; akāryam—apa yang seharusnya tidak dilakukan; evā—pasti; ca—juga; ayathā-vat—secara tidak sempurna; prājanati—mengetahui; buddhiḥ—kecerdasan; sa—itu; pārtha—wahai putera Pṛthā; rājāsi—dalam sifat nafsu.

Terjemahan

Wahai putera Pṛthā, pengertian yang tidak dapat membedakan antara dharma dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma, antara perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan, berada dalam sifat nafsu.
Tidak ada penjelasan.

adharmaḿ dharmam iti yā

manyate tamasāvṛtā

sarvārthān viparītāḿś ca

buddhiḥ sā pārtha tāmasī

adharmam—hal-hal yang bertentangan dengan dharma; dharmam—dharma; iti—demikian; yā—yang; manyate—berpikir; tamasā—oleh khayalan; āvṛtā—ditutupi; sarva-arthān—segala hal; viparītān—ke arah yang salah; ca—juga; buddhiḥ—kecerdasan; sa—itu; pārtha—wahai putera Pṛthā; tamasi—dalam sifat kebodohan.

Terjemahan

Pengertian yang menganggap hal-hal yang bertentangan dengan dharma sebagai dharma dan dharma sebagai hal-hal yang bertentangan dengan dharma, di bawah pesona khayalan dan kegelapan, dan selalu berusaha ke arah yang salah berada dalam sifat kebodohan, wahai putera Pṛthā.

Penjelasan

Kecerdasan dalam sifat kebodohan selalu bekerja dengan cara yang berlawanan dengan cara yang sebenarnya. Kecerdasan tersebut mengakui dharma-dharma yang sebenarnya bukan dharma dan menolak dharma yang sejati. Orang bodoh menganggap roh yang mulia adalah manusia biasa dan mengakui orang biasa sebagai roh yang mulia. Mereka menganggap kebenaran tidak benar dan mengakui hal-hal yang tidak benar sebagai kebenaran. Dalam segala kegiatan mereka hanya mengambil jalan yang salah; karena itu, kecerdasan mereka berada dalam sifat kebodohan.

dhṛtyā yayā dhārayate

manaḥ-prāṇendriya-kriyāḥ

yogenāvyabhicāriṇyā

dhṛtiḥ sā pārtha sāttvikī

dhṛtyā—dari ketabahan hati; yayā—melalui itu; dhārayate—seseorang memelihara; manaḥ—pikiran; prāṇa—kehidupan; indriya—dan indera; kriyāḥ—kegiatan; yogena—oleh latihan yoga; avyabhicāriṇyā—tanpa terputus; dhṛtiḥ—ketabahan hati; sa—itu; pārtha—wahai putera Pṛthā; sāttvikī—dalam sifat kebaikan.

Terjemahan

Wahai putera Pṛthā, ketabahan hati yang tidak dapat dipatahkan, dipelihara dengan sifat teguh oleh latihan yoga, dan dengan demikian mengendalikan pikiran, kehidupan dan indera-indera adalah ketabahan hati dalam sifat kebaikan.

Penjelasan

Yoga berarti mengerti Roh Yang Utama. Orang yang mantap dengan teguh kepada Roh Yang Utama dengan ketabahan hati dan memusatkan pikiran, kehidupan dan kegiatan indera-inderanya kepada Yang Maha kuasa, menekuni kesadaran Krishna. Ketabahan hati seperti itu berada dalam sifat kebaikan. Kata avyabhicarinya bermakna sekali, sebab kata itu menunjukkan bahwa orang yang menekuni kesadaran Krishna tidak pernah disesatkan oleh kegiatan lain manapun.

yayā tu dharma-kāmārthān

dhṛtyā dhārayate ‘rjuna

prasańgena phalākāńkṣī

dhṛtiḥ sā pārtha rājasī

yayā—melalui itu; tu—tetapi; dharma—keagamaan; kāma—kepuasan indera-indera; arthān—dan pengembangan ekonomi; dhṛtyā—dengan ketabahan hati; dhārayate—seseorang memelihara; Arjuna—wahai Arjuna; prasańgena—karena ikatan; phala-ākāńkṣī—menginginkan hasil atau pahala; dhṛtiḥ—ketabahan hati; sa—itu; pārtha—wahai putera Pṛthā; rājāsi—dalam sifat nafsu.

Terjemahan

Tetapi hati yang tabah membuat seseorang berpegang teguh pada hasil atau pahala di bidang keagamaan, pengembangan ekonomi dan kepuasan indera-indera bersifat nafsu, wahai Arjuna.

Penjelasan

Siapapun yang selalu menginginkan hasil atau pahala dalam kegiatan keagamaan atau ekonomi, dan satu-satunya keinginannya ialah kepuasan indera-indera dan pikiran, kehidupan dan indera-inderanya tekun seperti itu berada dalam sifat nafsu.

yayā svapnaḿ bhayaḿ śokaḿ

viṣādaḿ madam eva ca

na vimuñcati durmedhā

dhṛtiḥ sā pārtha tāmasī

yayā—melalui itu; svapnam—mimpi; bhayam—ketakutan; śokam—penyesalan; viṣādam—sifat murung; madam—khayalan; evā—pasti; ca—juga; na—tidak pernah; vimuñcati—seseorang meninggalkan; durmedhā—kurang cerdas; dhṛtiḥ—ketabahan hati; sa—itu; pārtha—wahai putera Pṛthā; tamasi—dalam sifat kebodohan.

Terjemahan

Ketabahan hati yang tidak dapat melampaui impian, rasa takut, penyesalan, sifat murung dan khayalan—ketabahan hati yang kurang cerdas seperti itu bersifat kegelapan, wahai putera Pṛthā.

Penjelasan

Hendaknya jangan disimpulkan bahwa orang dalam sifat kebaikan tidak mimpi. Di sini mimpi” berarti tidur terlalu banyak. Impian selalu ada; baik dalam sifat kebaikan, nafsu dan kebodohan. Impian adalah kejadian yang wajar. Tetapi orang yang tidak dapat menghindari kecenderungan untuk tidur terlalu banyak, yang tidak dapat menghindari rasa bangga akibat kenikmatan benda-benda material, selalu memimpikan kekuasaan atas dunia material, dan kehidupan, pikiran dan indera-inderanya sibuk seperti itu, dianggap memiliki ketabahan hati dalam sifat kebodohan.

sukhaḿ tv idānīḿ tri-vidhaḿ

śṛṇu me Bhārata rṣabha

abhyāsād ramate yatra

duḥkhāntaḿ ca nigacchati

sukham—kebahagiaan; tu—tetapi; idānīm—sekarang; tri-vidham—terdiri dari tiga jenis; śṛṇu—dengarlah; me—dari-Ku; bhārata-ṛṣabha—wahai yang paling baik di antara para Bhārata ; abhyāsāt—oleh latihan; ramate—seseorang menikmati; yātrā—tempat; duḥkha—dari dukacita; antam—berakhirnya; ca—juga; nigacchati—mencapai.

Terjemahan

Wahai yang paling baik di antara para Bhārata, sekarang harap dengar dari-Ku tentang tiga jenis kebahagiaan yang dinikmati oleh roh yang terikat, yang kadang-kadang memungkinkan segala dukacita berakhir baginya.

Penjelasan

Roh terikat berusaha menikmati kebahagiaan material berulang kali. Dengan demikian dia mengunyah sesuatu yang sudah dikunyah. Tetapi kadang-kadang, di tengah kenikmatan seperti itu, ia dibebaskan dari ikatan material oleh pergaulan dengan seorang roh yang mulia. Dengan kata lain, roh terikat selalu sibuk dalam sejenis kepuasan indera-indera. Tetapi apabila ia mengerti melalui pergaulan yang baik bahwa kepuasan indera-indera berarti hal yang sama hanya diulangi berkali-kali, dan ia disadarkan sampai kesadaran Krishnanya yang sejati, kadang-kadang ia sampai dibebaskan dari apa yang dianggap kebahagiaan yang dialami berulangkali seperti itu.

yat tad agre viṣam iva

pariṇāme ‘mṛtopamam

tat sukhaḿ sāttvikaḿ proktām

ātma-buddhi-prasāda-jam

yat—yang; tat—itu; agre—pada permulaan; viṣam ivā—seperti racun; pariṇāme—pada akhirnya; amṛta—minuman kekekalan; upamam—yang diumpamakan sebagai; tat—itu; sukham—kebahagiaan; sāttvikam—dalam sifat kebaikan; proktām—dikatakan; ātmā—dalam sang diri; buddhi—dari kecerdasan; prasāda-jam—dilahirkan dari kepuasan.

Terjemahan

Sesuatu yang pada permulaan barangkali seperti racun tetapi akhirnya seperti minuman kekekalan dan menyadarkan seseorang terhadap keinsafan diri dikatakan sebagai kebahagiaan dalam sifat kebaikan.

Penjelasan

Dalam usaha mencari keinsafan diri, seseorang harus mengikuti banyak aturan dan peraturan untuk mengendalikan pikiran dan indera-indera dan memusatkan pikiran pada sang diri. Segala prosedur tersebut sulit sekali, pahit bagaikan racun, tetapi kalau seseorang berhasil mengikuti aturan dan mencapai kedudukan rohani, ia mulai minum minuman kekekalan yang sejati dan dia menikmati kehidupan.

viṣayendriya-saḿyogād

yat tad agre ‘mṛtopamam

pariṇāme viṣam iva

tat sukhaḿ rājasaḿ smṛtam

viṣaya—dari obyek-obyek indera; indriya—dan indera; saḿyogāt—dari gabungan; yat—yang; tat—itu; agre—pada permulaan; amṛta-upamam—persis seperti minuman kekekalan; pariṇāme—akhirnya; viṣam iva—seperti racun; tat—itu; sukham—kebahagiaan; rājasam—dalam sifat nafsu; smṛtam—dianggap.

Terjemahan

Kebahagiaan yang didapatkan dari hubungan indera-indera dengan obyeknya dan kelihatannya seperti minuman kekekalan pada awal, tetapi akhirnya seperti racun, dikatakan bersifat nafsu.

Penjelasan

Seorang pemuda dan pemudi berjumpa, dan indera-indera mendorong si pemuda untuk bertemu dengan si pemudi, menyentuh badannya dan mengadakan hubungan suami isteri. Pada awalnya mungkin ini sangat menyenangkan indera-indera, tetapi akhirnya, atau sesudah beberapa waktu, itu menjadi seperti racun. Mereka pisah atau cerai, ada penyesalan, dukacita, dan sebagainya. Kebahagiaan seperti itu selalu bersifat nafsu. Kebahagiaan yang diperoleh dari gabungan indera-indera dan obyek-obyek indera selalu menyebabkan dukacita dan harus dihindari dengan segala upaya.

yad agre cānubandhe ca

sukhaḿ mohanam ātmanaḥ

nidrālasya-pramādotthaḿ

tat tāmasam udāhṛtam

yat—itu yang; agre—pada permulaan; ca—juga; anubandhe—akhirnya; ca—juga; sukham—kebahagiaan; mohanam—bersifat khayalan; ātmanāḥ—dari sang diri; nidrā—tidur; ālasya—sifat malas; pramāda—khayalan; uttham—dihasilkan; tat—itu; tāmasam—dalam sifat kebodohan; udāhṛtam—dikatakan sebagai.

Terjemahan

Kebahagiaan yang buta terhadap keinsafan diri, yang bersifat khayalan dari awal sampai akhir dan berasal dari tidur, bermalas-malasan dan khayalan dikatakan bersifat kebodohan.

Penjelasan

Orang yang senang bermalas-malasan dan tidur tentunya berada dalam sifat kegelapan, kebodohan, dan orang yang tidak mengetahui sama sekali bagaimana cara bertindak dan bagaimana seharusnya ia tidak bertindak juga berada dalam sifat kebodohan. Segala sesuatu adalah khayalan bagi orang dalam sifat kebodohan. Tidak ada kebahagiaan, baik pada awal maupun pada akhir. Orang yang berada dalam sifat nafsu mungkin mengalami sejenis kebahagiaan lahiriah pada awal, kemudian pada akhirnya dukacita, tetapi orang dalam sifat kebodohan hanya mengalami dukacita, baik pada awalnya maupun pada akhirnya.

na tad asti pṛthivyāḿ vā

divi deveṣu vā punaḥ

sattvaḿ prakṛti-jair muktaḿ

yad ebhiḥ syāt tribhir guṇaiḥ

na—tidak; tat—itu; asti—ada; pṛthivyām—di bumi; vā—atau; divi—di sistem planet yang lebih tinggi; deveṣu—di kalangan para dewa; vā—atau; punaḥ—lagi; sattvam—keberadaan; prakṛti-jaiḥ—di lahirkan dari alam material; muktam—dibebaskan; yat—itu; ebhiḥ—dari pengaruh yang lain; syāt—adalah; tribhiḥ—tiga; guṇaiḥ—sifat-sifat alam material.

Terjemahan

Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para dewa di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material.

Penjelasan

Di sini Krishna meringkas seluruh pengaruh tiga sifat alam material di seluruh jagat.

brāhmaṇa-kṣatriya-viśāḿ

śūdrāṇāḿ ca parantapa

karmaṇi pravibhaktāni

svabhāva-prabhavair guṇaiḥ

brahmaṇā—para brahmaṇā; kṣatriya—para kṣatriya; viśām—dan para vaisya; śūdrāṇām—dari para sudra; ca—dan; parantapa—wahai penakluk musuh; karmaṇi—kegiatan; pravibhaktāni—dibagikan; svabhāva—sifatnya sendiri; prabhavaiḥ—dilahirkan dari; guṇaiḥ—oleh sifat-sifat alam material.

Terjemahan

Para brahmaṇā, para kṣatriya, para vaisya, dan para sudra dibedakan oleh ciri-ciri yang dilahirkan dari watak-watak mereka sendiri menurut sifat-sifat material, wahai penakluk musuh.
Tidak ada penjelasan.

śamo damas tapaḥ śaucaḿ

kṣāntir ārjavam eva ca

jñānaḿ vijñānam āstikyaḿ

brahma-karma svabhāva-jam

samaḥ—kedamaian; damaḥ—mengendalikan diri; tapaḥ—pertapaan; śaucam—kesucian; kśāntiḥ—toleransi; ārjavam—sifat kejujuran; evā—pasti; ca—dan; jñānam—pengetahuan; vijñānam—kebijaksanaan; āstikyam—taat pada prinsip-prinsip keagamaan; brahma—milik seorang brahmaṇā; karma—kewajiban; svabhāva-jam—dilahirkan dari sifatnya sendiri.

Terjemahan

Kedamaian, mengendalikan diri, pertapaan, kesucian, toleransi, kejujuran, pengetahuan, kebijaksanaan dan taat pada prinsip keagamaan—para brahmaṇā bekerja dengan sifat yang wajar ini. Tidak ada penjelasan.

śauryaḿ tejo dhṛtir dākṣyaḿ

yuddhe cāpy apalāyanam

dānam īśvara-bhāvaś ca

kṣātraḿ karma svabhāva-jam

śauryam—kepahlawanan; tejaḥ—kewibawaan; dhṛtiḥ—ketabahan hati; dākṣyam—pandai memanfaatkan keadaan; yuddhe—di medan perang; ca—dan; api—juga; apalāyanam—tidak lari; dānam—kedermawanan; īśvara—tentang kepemimpinan; bhāvaḥ—sifat; ca—dan; kṣātram—untuk seorang kṣatriya; karma—kewajiban; svabhāva-jam—dilahirkan dari sifatnya sendiri.

Terjemahan

Kepahlawanan, kewibawaan, ketabahan hati, pandai memanfaatkan keadaan, keberanian di medan perang, kedermawanan dan kepemimpinan adalah sifat-sifat pekerjaan yang wajar bagi para kṣatriya.
Tidak ada penjelasan.

kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyaḿ

vaiśya-karma svabhāva-jam

paricaryātmakaḿ karma

śūdrasyāpi svabhāva-jam

kṛṣi—membajak tanah; go—sapi; rakṣya—melindungi; vāṇijyam—perdagangan; vaiśya—milik seorang; karma—kewajiban; svabhāva-jam—dilahirkan dari sifatnya sendiri; paricaryā—pengabdian; ātmakam—terdiri dari; karma—kewajiban; śūdrasya—milik seorang sudra; api—juga; svabhāva-jam—dilahirkan dari sifatnya sendiri.

Terjemahan

Pertanian, melindungi sapi dan perdagangan adalah pekerjaan yang wajar bagi para vaisya, dan bagi para sudra ada pekerjaan buruh dan pengabdian kepada orang lain.
Tidak ada penjelasan.

sve sve karmaṇy abhirataḥ

saḿsiddhiḿ labhate naraḥ

sva-karma-nirataḥ siddhiḿ

yathā vindati tac chṛṇu

sve sve—milik masing-masing; karmaṇi—pekerjaan; abhirataḥ—mengikuti; saḿsiddhim—kesempurnaan; labhate—mencapai; naraḥ—seorang manusia; sva-karma—dalam kewajibannya sendiri; niratāḥ—sibuk; siddhim—kesempurnaan; yathā—sebagai; vindati—mencapai; tat—itu; śṛṇu—dengarlah.

Terjemahan

Dengan mengikuti sifat-sifat pekerjaannya, setiap orang dapat menjadi sempurna. Sekarang dengarlah dari-Ku bagaimana kesempurnaan ini dapat dicapai.
Tidak ada penjelasan.

yataḥ pravṛttir bhūtānāḿ

yena sarvam idaḿ tatam

sva-karmaṇā tam abhyarcya

siddhiḿ vindati mānavaḥ

yataḥ—dari siapa; pravṛttiḥ—pancaran; bhūtānām—semua para makhluk hidup; yena—oleh siapa; sarvam—semua; idam—ini; tatam—berada dimana-mana; svakarmaṇā—oleh kewajibannya sendiri; tam—Beliau; abhyarcyā—dengan menyembah; siddhim—kesempurnaan; vindati—mencapai; mānavāḥ—seorang manusia.

Terjemahan

Dengan sembahyang kepada Tuhan, sumber semua makhluk, Yang berada di mana-mana, seseorang dapat mencapai kesempurnaan dengan melakukan pekerjaan sendiri.

Penjelasan

Sebagaimana telah dinyatakan dalam Bab Lima belas, semua makhluk hidup adalah bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Beliau. Karena itu, Tuhan Yang Maha Esa adalah awal semua makhluk hidup. Kenyataan ini dibenarkan dalam Vedanta-sutra: janmady asya yataḥ. Karena itu, Tuhan Yang Maha Esa adalah awal kehidupan setiap makhluk hidup. Sebagaimana dinyatakan dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita, Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana melalui dua tenaga-Nya, yaitu tenaga luar dan tenaga dalam. Karena itu, seseorang harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa bersama tenaga-tenaga-Nya. Pada umumnya para penyembah vaisnava menyembah Tuhan Yang Maha Esa bersama tenaga dalam yang dimiliki oleh Beliau. Tenaga luar Krishna adalah bayangan tenaga dalam yang diputar balik. Tenaga luar adalah latar belakang, tetapi Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana melalui penjelmaan bagian yang berkuasa penuh dari Diri-Nya sebagai Paramatma. Beliau adalah Roh Yang Utama bagi semua dewa, semua manusia, semua binatang, di mana-mana. Karena itu, hendaknya seseorang mengetahui bahwa sebagai bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan, Diri-Nya wajib mengabdi kepada Yang Mahakuasa. Sebaiknya semua orang menekuni bhakti kepada Tuhan dalam kesadaran Krishna sepenuhnya. Itulah yang dianjurkan dalam ayat ini.
Semua orang harus berpikir bahwa Diri-Nya sibuk dalam jenis pekerjaan tertentu karena hṛṣīkeśa, penguasa indera. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, harus disembah dengan hasil pekerjaan yang ditekuni orang. Kalau seseorang selalu berpikir seperti ini, dalam kesadaran Krishna sepenuhnya, maka, ia menyadari segala sesuatu sepenuhnya atas karunia Tuhan. Itulah kesempurnaan hidup. Krishna menyatakan dalam Bhagavad-gita (12.7), tesam aham samuddhartā. Tuhan Yang Maha Esa Sendiri mengurus keselamatan seorang penyembah seperti itu. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi. Dalam pencaharian manapun yang ditekuni seseorang, kalau ia mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia akan mencapai kesempurnaan tertinggi.

śreyān sva-dharmo viguṇaḥ

para-dharmāt sv-anuṣṭhitāt

svabhāva-niyataḿ karma

kurvan nāpnoti kilbiṣam

śreyān—lebih baik; sva-dharmaḥ—pekerjaan sendiri; viguṇaḥ—dilakukan secara tidak sempurna; para-dharmāt—daripada kewajiban orang lain; su-anuṣṭhitāt—dilakukan secara sempurna; svabhāva-niyatam—ditetapkan menurut sifat seseorang; karma—pekerjaan; kurvan—melakukan; na—tidak pernah; āpnoti—mencapai; kilbisam—reaksi-reaksi dosa.

Terjemahan

Lebih baik menekuni kewajiban sendiri, meskipun dilakukan secara kurang sempurna, daripada menerima kewajiban orang lain dan melakukannya secara sempurna. Tugas kewajiban yang ditetapkan menurut sifat seseorang tidak pernah dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa.

Penjelasan

Tugas dan kewajiban orang ditetapkan dalam Bhagavad-gita. Sebagaimana dibicarakan dalam ayat-ayat sebelumnya, kewajiban brahmaṇā, kṣatriya, vaisya dan sudra ditetapkan menurut sifat-sifat alamnya masing-masing. Hendaknya seseorang jangan meniru kewajiban orang lain. Orang yang tertarik pada jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para sudra karena wataknya hendaknya janganlah mengatakan secara tidak wajar bahwa Diri-Nya brahmaṇā, meskipun ia dilahirkan dalam keluarga brahmaṇā. Dengan cara ini seseorang harus bekerja menurut sifat pribadinya; tiada suatu pekerjaan yang jijik, kalau dilakukan dalam pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas kewajiban seorang brahmaṇā tentunya dalam sifat kebaikan, tetapi kalau sifat seorang bukan dalam sifat kebaikan, hendaknya ia jangan meniru tugas kewajiban seorang brahmaṇā. Bagi seorang kṣatriya, administrator, ada banyak hal yang menjijikkan; seorang kṣatriya harus melakukan kekerasan untuk membunuh musuhnya, kadang-kadang seorang kṣatriya harus berbohong demi hubungan diplomatik. Kekerasan dan penipuan seperti itu adalah sebagian dari kegiatan politik, tetapi seorang kṣatriya seharusnya tidak meninggalkan tugas kewajibannya dan mencoba melakukan kewajiban seorang brahmaṇā.
Seseorang harus bertindak untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa Misalnya, Arjuna seorang kṣatriya. Dia enggan bertempur melawan pihak lawan. Tetapi kalau pertempuran dilakukan demi Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, seseorang tidak perlu takut bahwa Diri-Nya akan merosot. Di bidang perdagangan juga kadang-kadang seseorang berbohong untuk mencari untung. Kalau dia tidak melakukan demikian, tidak mungkin ada untung. Kadang-kadang seorang pedagang berkata: O, kawanku yang baik hati, untuk anda saya sungguh-sungguh tidak dapat untung,” tetapi harus diketahui bahwa tanpa untung si pedagang tidak mungkin hidup. Karena itu, kalau seorang pedagang mengatakan bahwa dia tidak mendapat untung sebaiknya dia dianggap bohong secara sederhana. Tetapi seorang pedagang janganlah berpikir bahwa oleh karena dia menekuni pencaharian yang mengharuskan dia berbohong, dia harus meninggalkan pencahariannya dan mengikuti pencaharian seorang brahmaṇā. Itu tidak dianjurkan. Kalau seseorang mengabdikan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melalui pekerjaannya, tidak menjadi soal apakah dia menjadi kṣatriya, vaisya maupun sudra. Brahmana yang melakukan berbagai jenis korban sucipun kadang-kadang harus membunuh binatang, sebab kadang-kadang binatang dikorbankan dalam upacara-upacara seperti itu. Begitu pula, kalau seorang kṣatriya yang sedang melakukan kewajibannya membunuh musuh, dia tidak kena dosa. Dalam Bab Tiga, hal-hal ini sudah diuraikan dengan jelas dan panjang lebar; hendaknya semua orang bekerja dengan tujuan yajñā, atau demi Visnu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Segala sesuatu yang dilakukan demi kepuasan indera-indera pribadi mengakibatkan ikatan. Kesimpulannya ialah bahwa semua orang harus tekun menurut sifat alam tertentu yang diperolehnya dan hendaknya ia mengambil keputusan untuk bekerja hanya untuk mengabdikan diri kepada kepentingan yang paling utama Tuhan Yang Maha Esa.

saha-jaḿ karma kaunteya

sa-doṣam api na tyajet

sarvārambhā hi doṣeṇa

dhūmenāgnir ivāvṛtāḥ

saha-jam—dilahirkan sekaligus; karma—pekerjaan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; sa-doṣam—dengan kesalahan; api—walaupun; na—tidak pernah; tyajet—seseorang harus meninggalkan; sarva-ārambhāḥ—segala usaha; hi—pasti; doṣeṇa—dengan kesalahan; dhūmena—dengan asap; agniḥ—api; iva—seperti; āvṛtaḥ—ditutupi.

Terjemahan

Setiap usaha ditutupi oleh sejenis kesalahan, seperti halnya api ditutupi oleh asap. Karena itu, hendaknya seseorang jangan meninggalkan pekerjaan yang dilahirkan dari sifat pribadinya, meskipun pekerjaan itu penuh kesalahan, wahai putera Kuntī .

Penjelasan

Dalam kehidupan terikat, segala pekerjaan dicemari oleh sifat-sifat alam material. Bahkan kalau seseorang menjadi brahmaṇā sekalipun ia harus melakukan korban-korban yang memerlukan pembunuhan binatang. Begitu pula, walaupun seorang kṣatriya saleh sekali, ia harus bertempur melawan musuh. Dia tidak dapat menghindari kegiatan itu. Begitu pula, meskipun seorang pedagang saleh sekali, kadang-kadang dia menyembunyikan keuntungannya supaya dia dapat tetap berdagang, atau kadang-kadang dia berdagang di pasar gelap. Hal-hal tersebut kadang-kadang diperlukan; seseorang tidak dapat menghindarinya. Begitu pula, walaupun seseorang menjadi sudra dan melayani majikannya yang jahat, dia harus melaksanakan perintah majikan, meskipun perbuatan itu seharusnya tidak dilakukan. Walaupun ada kesalahan-kesalahan tersebut, seseorang harus melanjutkan tugas-tugas kewajibannya yang telah ditetapkan, sebab kewajiban-kewajiban tersebut dilahirkan dari sifat pribadinya.
Contoh yang baik sekali dikemukakan di sini. Meskipun api bersifat murni, asap masih ada. Namun asap tidak membuat api menjadi tidak suci. Meskipun ada asap di dalam api, api tetap dianggap unsur tersuci. Kalau seseorang lebih suka meninggalkan pekerjaan seorang kṣatriya dan mengambil kewajiban seorang brahmaṇā, tidak terjamin bahwa dalam kewajiban seorang brahmaṇā tidak akan ada tugas kewajiban yang tidak menyenangkan. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa di dunia material ini tidak mungkin seorang pun bebas sama sekali dari pencemaran alam material. Contoh tersebut mengenai api dan asap tepat sekali berhubungan dengan hal ini. Pada musim dingin bila seseorang mengambil sebuah batu dari api, kadang-kadang asap mengganggu mata dan anggota badan lainnya, namun ia harus menggunakan api, walaupun ada keadaan yang mengganggu. Begitu pula hendaknya seseorang janganlah meninggalkan kewajibannya yang wajar karena ada beberapa unsur yang mengganggu. Melainkan, ia harus bertabah hati untuk mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tugas kewajibannya dalam kesadaran Krishna. Itulah titik kesempurnaan. Bila jenis kewajiban tertentu dilakukan untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa, maka segala kesalahan dalam kewajiban tertentu itu disucikan. Bila hasil pekerjaan disucikan, dan bila hasil pekerjaan itu dikaitkan dengan bhakti, maka seseorang menjadi sempurna dalam melihat sang diri di dalam hati, dan itulah keinsafan diri.

āsakta-buddhiḥ sarvatra

jitātmā vigata-spṛhaḥ

naiṣkarmya-siddhiḿ paramāḿ

sannyāsenādhigacchati

āsakta-buddhiḥ—memiliki kecerdasan yang tidak terikat; sarvatra—di mana-mana; jita-ātmā—setelah mengendalikan pikiran; vigata-spṛhaḥ—tanpa keinginan duniawi; naiṣkarmya-siddhim—kesempurnaan tanpa reaksi; paramam—paling utama; sannyāsena—oleh tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan; adhigacchati—seseorang mencapai.

Terjemahan

Orang yang mengendalikan diri, tidak terikat, dan mengalpakan segala kenikmatan material dapat mencapai tingkat pembebasan dari reaksi yang paling tinggi dan sempurna dengan cara mempraktekkan pelepasan ikatan.

Penjelasan

Pelepasan ikatan yang sebenarnya berarti seseorang harus selalu menganggap Diri-Nya bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan. Karena itu, dia harus menganggap Diri-Nya tidak berhak menikmati hasil pekerjaannya. Oleh karena Diri-Nya bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan, hasil pekerjaannya harus dinikmati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Inilah kesadaran Krishna yang sebenarnya. Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna sungguh-sungguh sannyāsī, yaitu orang pada tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan duniawi. Dengan sikap seperti itu, seseorang puas karena ia sungguh-sungguh bertindak demi Yang Mahakuasa. Karena itu dia tidak terikat pada sesuatu yang bersifat material, dia membiasakan diri untuk tidak bersenang hati dalam sesuatupun di luar kebahagiaan rohani yang diperoleh dari bhakti kepada Tuhan. Seharusnya seorang sannyāsī bebas dari reaksi kegiatannya dari dahulu, tetapi orang yang sadar akan Krishna dengan sendirinya mencapai kesempurnaan tersebut tanpa menerima apa yang disebut tingkat pelepasan ikatan. Keadaan pikiran itu disebut yogaruda, atau tingkat kesempurnaan yoga. Sebagaimana dibenarkan dalam Bab Tiga, yas tv atmaratir eva syāt: Orang yang puas di dalam hatinya tidak takut pada jenis reaksi apapun dari kegiatannya.

siddhiḿ prāpto yathā brahma

tathāpnoti nibodha me

samāsenaiva kaunteya

niṣṭhā jñānasya yā parā

siddhim—kesempurnaan; prāptaḥ—mencapai; yathā—sebagai; brahma—Yang Mahakuasa; tathā—demikian; āpnoti—seseorang mencapai; nibodha—coba mengerti; me—dari-Ku; samāsena—secara ringkas; evā—pasti; kaunteyā—wahai putera Kuntī ; niṣṭhā—tingkat; jñānasya—dari pengetahuan; yā—yang; parā—rohani.

Terjemahan

Wahai putera Kuntī, pelajarilah dari-Ku bagaimana orang yang sudah mencapai kesempurnaan itu dapat mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi, Brahman, tingkat pengetahuan tertinggi, dengan bertindak dengan cara yang akan-Ku ringkas sekarang.

Penjelasan

Krishna menguraikan untuk Arjuna bagaimana seseorang dapat mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi hanya dengan menekuni tugas kewajibannya, dengan melaksanakan kewajiban itu demi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang mencapai tingkat tertinggi Brahman hanya dengan melepaskan ikatan terhadap hasil pekerjaannya untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah proses keinsafan diri. Kesempurnaan pengetahuan yang sebenarnya berarti mencapai kesadaran Krishna yang murni; itulah yang diuraikan dalam ayat-ayat berikut.

buddhyā viśuddhayā yukto

dhṛtyātmānaḿ niyamya ca

śabdādīn viṣayāḿs tyaktvā

rāga-dveṣau vyudasya ca

vivikta-sevī laghv-āśī

yata-vāk-kāya-mānasaḥ

dhyāna-yoga-paro nityaḿ

vairāgyaḿ samupāśritaḥ

ahańkāraḿ balaḿ darpaḿ

kāmaḿ krodhaḿ parigraham

vimucya nirmamaḥ śānto

brahma-bhūyāya kalpate

buddhya—dengan kecerdasan; viśuddhayā—disucikan sepenuhnya; yuktaḥ—tekun; dhṛtyā—dengan ketabahan hati; ātmanām—sang diri; niyamya—mengatur; ca—juga; śabda-ādīn—seperti suara; viṣayān—obyek-obyek indria; tyaktvā—meninggalkan; rāga—ikatan; dveṣau—dan rasa benci; vyudasya—mengesampingkan; ca—juga; vivikta-sevī—tinggal di tempat sunyi; laghu-āśī—makan sedikit; yata—setelah mengendalikan; vāk—pembicaraan; kāya—badan; mānasaḥ—dan pikiran; dhyāna-yoga-paraḥ—khusuk dalam semadi; nityam—dua puluh empat jam sehari; vairāgyam—ketidakterikatan; samupāśritaḥ—setelah berlindung kepada; ahańkāram—keakuan palsu; balam—kekuatan palsu; darpam—rasa bangga yang palsu; kāmam—hawa nafsu; krodham—amarah; parigraham—dan penerimaan benda-benda material; vimucya—dengan diselamatkan dari; nirmamaḥ—tanpa rasa memiliki sesuatu; śāntaḥ—damai; brahma-bhūyāya—demi keinsafan diri; kalpate—memiliki kwalifikasi.

Terjemahan

Orang yang disucikan oleh kecerdasannya dan mengendalikan pikiran dengan ketabahan hati, meninggalkan obyek-obyek kepuasan indera-indera, bebas dari ikatan dan rasa benci, tinggal di tempat sunyi, makan sedikit, mengendalikan badan, pikiran dan daya pembicaraan, yang selalu khusuk bersemadi dan bebas dari ikatan, bebas dari keakuan palsu, kekuatan palsu, rasa bangga yang palsu, amarah dan kecenderungan menerima benda-benda material, bebas dari rasa hak milik yang palsu, dan damai—orang seperti itulah pasti diangkat sampai kedudukan keinsafan diri.

Penjelasan

Bila seseorang disucikan oleh kecerdasan, ia menjaga Diri-Nya dalam sifat kebaikan. Dengan demikian ia mengendalikan pikirannya dan selalu khusuk bersemadi. Dia tidak terikat pada obyek-obyek kepuasan indera-indera, dan dia bebas dari ikatan dan rasa benci dalam kegiatan. Orang yang tidak terikat seperti itu sewajarnya lebih suka tinggal di tempat sunyi, dia tidak makan lebih dari kebutuhannya, dan dia mengendalikan kegiatan badan serta pikirannya. Ia tidak mempunyai keakuan palsu sebab dia tidak menganggap badan sebagai Diri-Nya. Dia juga tidak ingin supaya badannya menjadi gemuk dan kuat dengan menerima begitu banyak benda material. Oleh karena dia tidak mempunyai paham jasmani tentang kehidupan, dia tidak bangga secara palsu. Dia puas dengan segala sesuatu yang diberikan kepadanya atas karunia Tuhan, dan dia tidak pernah marah bila kepuasan indera tidak ada. Dia juga tidak berusaha memperoleh obyek-obyek indera. Dengan demikian, apabila dia sudah bebas sepenuhnya dari keakuan palsu, dia tidak terikat terhadap segala benda material, dan itulah tingkat keinsafan diri Brahman. Tingkat itu disebut brahmabhuta. Bila seseorang bebas dari paham hidup material, ia menjadi damai dan tidak dapat digoyahkan. Ini diuraikan dalam Bhagavad-gita (2.70):

āpūryamāṇam acala-pratiṣṭhaḿ

samudram āpaḥ praviśanti yadvat

tadvat kāmā yaḿ praviśanti sarve

sa śāntim āpnoti na kāma-kāmī

Orang yang tidak digoyahkan oleh arus keinginan yang mengalir senantiasa yang bagaikan sungai masuk ke dalam lautan, yang senantiasa diisi namun selalu tenang, hanya dia sendiri yang dapat mencapai kedamaian, bukanlah orang yang berusaha memuaskan keinginan seperti itu.”

brahma-bhūtaḥ prasannātmā

na śocati na kāńkṣati

samaḥ  sarveṣu bhūteṣu

mad-bhaktiḿ labhate parām

brahma-bhūtaḥ—bersatu dengan Yang Mutlak; prasanna-ātmā—riang sepenuhnya; na—tidak pernah; śocati—menyesal; na—tidak pernah; kāńkṣati—menginginkan; samaḥ—bersikap yang sama; sarveṣu—terhadap semua; bhūteṣu—makhluk hidup; mat-bhaktim—bhakti-Ku; labhate—memperoleh; param—rohani.

Terjemahan

Orang yang mantap secara rohani seperti itu segera menginsafi Brahman Yang Paling Utama dan menjadi riang sepenuhnya. Ia tidak pernah menyesal atau ingin mendapatkan sesuatu. Ia bersikap yang sama terhadap setiap makhluk hidup. Dalam keadaan itulah ia mencapai bhakti yang murni kepada-Ku.

Penjelasan

Tercapainya tingkat brahmabhuta, atau menunggal dengan Yang Mutlak adalah kata terakhir bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Tetapi orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan, atau penyembah yang murni, masih harus lebih maju lebih tinggi lagi, untuk menekuni bhakti yang murni. Ini berarti bahwa orang yang menekuni bhakti yang murni kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah berada pada tingkat pembebasan, yang disebut brahmabhuta, atau persatuan dengan Yang Mutlak. Seseorang tidak dapat mengabdikan diri kepada Yang Mahakuasa, Yang Mutlak tanpa bersatu dengan Yang Mutlak. Dalam paham mutlak tidak ada perbedaan antara yang mengabdikan diri dan diabdi; namun perbedaan itu tetap ada, dalam pengertian rohani yang lebih tinggi.
Dalam paham kehidupan material, bila seseorang bekerja demi kepuasan indera-indera, ada kesengsaraan, tetapi di dunia mutlak, bila seseorang menekuni bhakti yang murni, tidak ada kesengsaraan. Tidak ada sesuatu yang disesalkan atau diinginkan oleh seorang penyembah dalam kesadaran Krishna. Oleh karena Tuhan Yang Maha Esa sempurna, makhluk hidup yang menekuni bhakti kepada Tuhan, dalam kesadaran Krishna, juga menjadi sempurna dalam Diri-Nya. Ia seperti sungai yang sudah dijernihkan sehingga segala air yang kotor hilang. Oleh karena penyembah yang murni tidak memikirkan sesuatu selain Krishna, sewajarnya ia selalu riang. Ia tidak menyesalkan kerugian-kerugian material apapun atau bercita-cita memperoleh keuntungan, sebab penuh dalam pengabdian kepada Tuhan. Ia tidak menginginkan kenikmatan material sebab ia mengetahui bahwa setiap makhluk hidup adalah bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan, dan karena itu makhluk hidup adalah hamba untuk selamanya. Di dunia material ia tidak melihat seseorang lebih tinggi atau orang lain lebih rendah. Kedudukan lebih tinggi dan lebih rendah bersifat lahiriah, dan seorang penyembah tidak ada hubungan dengan muncul maupun menghilangnya hal-hal yang bersifat lahiriah. Bagi penyembah itu, batu dan emas mempunyai nilai yang sama. Inilah tingkat brahmabhuta, dan tingkat ini dicapai dengan mudah sekali oleh seorang penyembah yang murni. Pada tingkat kehidupan itu, gagasan menunggal dengan Brahman Yang Paling Utama dan meniadakan individualitas pribadi adalah seperti masuk neraka, sedangkan gagasan mencapai kerajaan surga menjadi angan-angan, dan indera-indera bagaikan gigi ular yang telah patah. Kita tidak perlu takut terhadap ular yang tanpa gigi, demikian pula indera-indera tidak perlu ditakuti jika telah dikendalikan dengan sendirinya. Dunia ini sengsara bagi orang yang mengidap penyakit material, tetapi bagi seorang penyembah seluruh dunia sebaik Vaikuntha, atau angkasa rohani. Kepribadian tertinggi di alam semesta material ini tidak lebih penting daripada seekor semut bagi seorang penyembah. Tingkatan itu dapat dicapai atas karunia Sri  Caitanya, yang mengajarkan bhakti yang murni pada jaman ini.

bhaktyā mām abhijānāti

yāvān yaś cāsmi tattvataḥ

tato māḿ tattvato jñātvā

viśate tad-anantaram

bhaktyā—oleh bhakti yang murni; mām—Aku; abhijānāti—seseorang dapat mengetahui; yāvān— sejauh mana; yaḥ ca asmi—menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya; tattvataḥ—dalam kebenaran; tataḥ—sesudah itu; mām—Aku; tattvataḥ—dalam kebenaran; jñātvā—dengan mengetahui; visate—ia memasuki; tat-anantaram—sesudah itu.

Terjemahan

Seseorang dapat mengerti tentang-Ku menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan cara bhakti. Apabila ia sudah sadar akan Diri-Ku sepenuhnya melalui bhakti seperti itu, ia dapat masuk kerajaan Tuhan Yang Maha Esa.

Penjelasan

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, serta bagian-bagian yang berkuasa penuh dari Krishna tidak dapat dimengerti oleh angan-angan pikiran atau orang yang bukan penyembah. Jika seseorang ingin mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, ia harus melakukan bhakti yang murni, di bawah bimbingan seorang penyembah yang murni. Jika tidak demikian, maka kebenaran Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa akan selalu tetap tersembunyi. Sebagaimana sudah dinyatakan dalam Bhagavad-gita (7.25), naham prakasah sarvasya: Krishna tidak memperlihatkan Diri-Nya kepada semua orang. Tidak ada orang yang dapat mengerti tentang Tuhan hanya berdasarkan kesarjanaan dari perguruan atau angan-angan pikiran. Hanya orang yang sungguh-sungguh tekun dalam kesadaran Krishna dan bhakti dapat mengerti apa itu Krishna. Gelar-gelar dari universitas tidak dapat menolong dalam hal ini.
Orang yang sudah menguasai sepenuhnya ilmu pengetahuan Krishna memenuhi syarat untuk memasuki kerajaan rohani, tempat tinggal Krishna. Menjadi Brahman tidak berarti bahwa seseorang kehilangan identitasnya. Ada bhakti, dan selama bhakti masih ada, harus ada Tuhan, seorang penyembah, dan proses bhakti. Pengetahuan seperti itu tidak pernah dimusnahkan, bahkan setelah seseorang mencapai pembebasan sekalipun. Pembebasan menyangkut usaha mencari kebebasan dari paham kehidupan material; dalam kehidupan rohani perbedaan yang sama tetap ada, individualitas yang sama tetap ada, tetapi dalam kesadaran Krishna yang murni. Hendaknya orang tidak berbuat kesalahan dengan berpikir bahwa kata visate, masuk ke dalam Diri-Ku,” membenarkan teori monisme, yaitu teori bahwa seseorang manunggal dengan Brahman yang tidak berbentuk pribadi. Tidak. Visate berarti bahwa seseorang dapat memasuki tempat tinggal Tuhan Yang Maha Esa dalam individualitasnya untuk menjadi tekun dalam hubungan dengan Beliau dan mengabdikan diri kepada Beliau. Misalnya, burung berwarna hijau masuk ke dalam pohon berwarna hijau bukan dengan tujuan menjadi satu dengan pohon itu, tetapi untuk menikmati buah pada pohon itu. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan pada umumnya mengemukakan contoh tentang sungai yang mengalir ke lautan lalu menunggal dengan lautan itu. Mungkin hal ini menjadi sumber kebahagiaan bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tetapi orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan tetap memiliki individualitas pribadinya seperti ikanikan di dalam lautan. Kita menemukan banyak makhluk hidup di dalam lautan, jika kita menyelam. Hanya mengenal permukaan lautan saja tidak cukup. Orang harus memiliki pengetahuan lengkap tentang ikan-ikan yang hidup di dalam lautan.
Oleh karena bhakti yang murni yang dilakukan seorang penyembah, ia dapat mengerti sifat-sifat dan kehebatan rohani Tuhan Yang Maha Esa dengan sebenarnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Bab Sebelas, hanya dengan bhakti saja seseorang dapat mengerti. Kenyataan yang sama dibenarkan di sini, orang dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan bhakti dan memasuki kerajaan Beliau.
Setelah tercapainya tingkat kebebasan dari paham-paham  material yang disebut brahmabhuta, bhakti dimulai apabila seseorang mendengar tentang Tuhan. Apabila seseorang mendengar tentang Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan sendirinya tingkat brahmabhuta berkembang, dan paham material—kelobaan dan nafsu terhadap kenikmatan indera-indera—hilang. Begitu nafsu dan keinginan hilang dari hati seorang penyembah, ia menjadi semakin terikat terhadap bhakti kepada Tuhan, dan dengan ikatan seperti itu ia menjadi bebas dari pengaruh material. Dalam keadaan hidup seperti itu, ia dapat mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa. Pernyataan ini juga diberikan dalam Srimad-Bhagavatam. Sesudah pembebasan, proses bhakti atau pengabdian rohani berlangsung terus. Kenyataan ini juga dibenarkan oleh Vedanta-sutra (4.1.12): aprayanat tatrapi hi drstam. Ini berarti bahwa sesudah pembebasan, proses bhakti berjalan terus. Dalam Srimad-Bhagavatam, pembebasan yang sejati dalam bhakti didefinisikan sebagai berikut: Makhluk hidup diangkat kembali di dalam identitasnya sendiri, yaitu kedudukan dasarnya sendiri. Kedudukan dasar sudah dijelaskan: Setiap makhluk hidup adalah bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan. Karena itu, kedudukan dasar makhluk hidup ialah mengabdikan diri. Sesudah pembebasan, pengabdian tersebut tidak pernah dihentikan. Pembebasan yang sejati berarti menjadi bebas dari salah paham tentang kehidupan.

sarva-karmaṇy api sadā

kurvāṇo mad-vyapāśrayaḥ

mat-prasādād avāpnoti

śāśvataḿ padam avyayām

sarva—semua; karmaṇi—kegiatan; api—walaupun; sadā—selalu; kurvanaḥ—melakukan; mat-vyapāśrayaḥ—di bawah perlindungan-Ku; mat-prasādāt—atas karunia-Ku; avāpnoti—seseorang mencapai; śāśvatam—yang kekal; padam—tempat tinggal; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.

Terjemahan

Meskipun penyembah-Ku yang murni yang selalu di bawah perlindungan-Ku sibuk dalam segala jenis kegiatan, ia mencapai tempat tinggal yang kekal dan tidak dapat dimusnahkan atas karunia-Ku.

Penjelasan

Kata mad-vyapāśrayaḥ berarti di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk dibebaskan dari pencemaran material, seorang penyembah murni bertindak di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa atau utusan-Nya, yaitu guru kerohanian. Tidak ada pembatasan waktu bagi seorang penyembah yang murni. Dia selalu seratus persen tekun dalam kegiatan di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa selama dua puluh empat jam sehari. Tuhan Yang Maha Esa sangat murah hati kepada seorang penyembah yang tekun dalam kesadaran Krishna seperti itu. Meskipun ada segala jenis kesulitan, akhirnya ia ditempatkan di tempat tinggal rohani, atau Krishnaloka. Terjamin bahwa dia akan masuk di sana; kenyataan itu tidak dapat diragu-ragukan. Tidak ada perubahan apapun di tempat tinggal yang paling utama itu; segala sesuatu bersifat kekal, tidak dapat dimusnahkan dan penuh pengetahuan.

cetasā sarva-karmaṇi

mayi sannyasya mat-paraḥ

buddhi-yogam upāśritya

mac-cittaḥ satataḿ bhava

cetasā—oleh kecerdasan; sarva-karmaṇi—segala jenis kegiatan; mayi—kepada-Ku; sannyasya—meninggalkan; mat-paraḥ—di bawah perlindungan-Ku; buddhiyogam—kegiatan bhakti; upāśritya—berlindung kepada; mat-cittaḥ—sadar kepada-Ku; satatam—selama dua puluh empat jam sehari; bhava—jadilah.

Terjemahan

Dalam segala kegiatan, hanya bergantung kepada-Ku dan selalu bekerja di bawah perlindungan-Ku. Dalam bhakti seperti itu, sadarilah Aku sepenuhnya.

Penjelasan

Bila seseorang bertindak dalam kesadaran Krishna, dia tidak bertindak sebagai penguasa dunia. Seperti seorang pelayan, hendaknya ia bertindak sepenuhnya di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Seorang pelayan tidak mempunyai kebebasan khusus. Dia hanya bertindak atas perintah atasan. Seorang pelayan yang bertindak atas nama penguasa yang paling utama tidak dipengaruhi oleh laba dan rugi. Dia hanya melaksanakan tugas kewajibannya dengan setia menurut perintah Tuhan. Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa Arjuna bertindak di bawah perintah pribadi Krishna, tetapi apabila Krishna tidak ada, bagaimana seseorang seharusnya bertindak? Jika seseorang bertindak menurut perintah Krishna dalam buku ini, dan juga di bawah bimbingan utusan Krishna, maka hasilnya sama dengan bertindak di bawah perintah Krishna secara langsung. Kata Sansekerta matparah sangat penting dalam ayat ini. Kata tersebut menunjukkan bahwa seseorang tidak mempunyai tujuan hidup selain bertindak dalam kesadaran Krishna hanya untuk memuaskan Krishna. Sambil bekerja dengan cara seperti itu, hendaknya seseorang hanya memikirkan Krishna: Saya diangkat oleh Krishna untuk melaksanakan kewajiban ini.” Sambil bertindak dengan cara itu, sewajarnya seseorang harus berpikir tentang Krishna. Inilah kesadaran Krishna yang sempurna. Akan tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa sesudah melakukan sesuatu seenaknya sebaiknya janganlah mempersembahkan hasilnya kepada Tuhan. Tugas seperti itu tidak termasuk bhakti dalam kesadaran Krishna. Orang harus bertindak menurut perintah Krishna. Ini kenyataan yang penting sekali. Perintah Krishna tersebut turun melalui garis perguruan dari guru kerohanian yang dapat dipercaya. Karena itu, perintah guru kerohanian harus diterima sebagai kewajiban utama dalam hidup. Kalau seseorang berguru kepada seorang guru kerohanian dan bertindak menurut perintahnya, maka kesempurnaan hidupnya dalam kesadaran Krishna terjamin.

mac-cittaḥ sarva-durgāṇi

mat-prasādāt tariṣyasi

atha cet tvām ahańkārān

na śroṣyasi vinańkṣyasi

mat—dari-Ku; cittaḥ—menjadi sadar; sarva—semuanya; durgāṇi—rintangan; mat-prasādāt—atas karunia-Ku; tariṣyasi—engkau akan mengatasi; atha—tetapi; cet—kalau; tvām—engkau; ahańkārat—oleh keakuan palsu; na śroṣyasi—tidak mendengar; vinańkṣyasi—engkau akan hilang.

Terjemahan

Kalau engkau sadar akan-Ku, engkau akan melewati segala rintangan kehidupan yang terikat atas karunia-Ku. Akan tetapi, kalau engkau tidak bekerja dengan kesadaran seperti itu melainkan bertindak karena keakuan palsu, dan tidak mendengar-Ku, engkau akan hilang.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya tidak terlalu cemas tentang pelaksanaan tugas kewajiban kehidupannya. Orang bodoh tidak dapat mengerti kebebasan yang besar dari segala kecemasan seperti itu. Krishna menjadi kawan yang paling dekat bagi orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna. Krishna selalu menjaga kesenangan kawan-Nya dan Beliau memberikan Diri-Nya kepada kawan-Nya yang tekun dengan penuh bhakti selama dua puluh empat jam sehari karena menyenangkan hati Tuhan. Karena itu, semestinya seseorang tidak terbawa oleh keakuan palsu paham hidup jasmani. Hendaknya ia janganlah berpikir secara palsu seolah-olah Diri-Nya bebas dari hukum-hukum alam material atau bebas bertindak. Dia sudah di bawah hukum-hukum material yang ketat. Tetapi begitu ia bertindak dalam kesadaran Krishna, ia dibebaskan dari hal-hal material yang membingungkan. Hendaknya seseorang memperhatikan dengan seksama bahwa orang yang tidak giat dalam kesadaran Krishna sedang menyebabkan Diri-Nya hilang dalam pusaran air material, dalam lautan kelahiran dan kematian. Tidak ada roh yang terikat yang sungguh-sungguh mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang harus tidak dilakukan, tetapi orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna bebas bertindak karena segala sesuatu didorong oleh Krishna dari dalam hatinya dan dibenarkan oleh guru kerohanian.

yad ahańkāram āśritya

na yotsya iti manyase

mithyaiṣa vyavasāyas te

prakṛtis tvāḿ niyokṣyati

yat—jika; ahańkāram—dari keakuan palsu; āśritya—berlindung; na yotsye—aku tidak akan bertempur; iti—demikian; manyase—engkau berpikir; mithyā eṣaḥ—ini semua palsu; vyavasāyaḥ—ketabahan hati; te—milikmu; prakṛtiḥ—alam material; tvām—engkau; niyokṣyati—akan menjadikan sibuk.

Terjemahan

Kalau engkau tidak bertindak menurut perintah-Ku dan tidak bertempur, maka engkau akan salah jalan. Menurut sifatmu, engkau akan diharuskan ikut berperang.

Penjelasan

Arjuna seorang kesatria, dan dia dilahirkan dari sifat kṣatriya. Karena itu, kewajibannya yang wajar ialah bertempur. Tetapi akibat keakuan palsu dia takut bahwa dengan membunuh gurunya, kakeknya dan kawan-kawannya, dia akan menderita reaksi-reaksi dosa. Sebenarnya dia menganggap Diri-Nya penguasa perbuatannya, seolah-olah dia mengatur hasil yang baik dan buruk dari pekerjaan itu. Dia lupa bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sedang memberi perintah kepadanya untuk bertempur. Itulah kecenderungan lupa yang dimiliki oleh roh yang terikat. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa memberi petunjuk-petunjuk  tentang yang baik dan apa yang buruk dan seseorang hanya harus bertindak dalam kesadaran Krishna untuk mencapai kesempurnaan hidup. Tidak seorangpun dapat menentukan nasibnya sendiri seperti yang dapat diketahui oleh Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, jalan terbaik ialah menerima perintah dari Tuhan Yang Maha Esa dan bertindak. Hendaknya orang janganlah mengalpakan perintah Tuhan Yang Maha Esa ataupun perintah guru kerohanian, utusan Tuhan. Sebaiknya seseorang bertindak tanpa menunda-nunda untuk melaksanakan perintah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, itu akan menjaga Diri-Nya agar selamat dalam segala keadaan.

svabhāva-jena kaunteya

nibaddhaḥ svena karmaṇā

kartuḿ necchasi yan mohāt

kariṣyasy avaśo ‘pi tat

svabhāva-jena—dilahirkan dari sifatmu sendiri; kaunteya—wahai putera Kuntī ; nibaddhaḥ—terikat; svena—oleh milik anda sendiri; karmaṇā—kegiatan; kartum—melakukan; na—tidak; icchasi—engkau suka; yat—itu yang; mohāt—oleh khayalan; kariṣyasi—engkau akan berbuat; avāsaḥ—tidak dengan sukarela; api—walaupun; tat—itu.

Terjemahan

Akibat khayalan, engkau sekarang menolak bertindak menurut perintah-Ku. Tetapi didorong oleh pekerjaan yang dilahirkan dari sifatmu sendiri, engkau akan bertindak juga, wahai putera Kuntī .

Penjelasan

Kalau seseorang menolak bertindak di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa, maka ia dipaksakan untuk bertindak oleh sifat-sifat yang mempengaruhi Diri-Nya. Semua orang dipesona oleh gabungan tertentu sifat-sifat alam dan ia bertindak dengan cara seperti itu. Tetapi siapapun yang rela tekun di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa menjadi mulia.

īśvaraḥ sarva-bhūtānāḿ

hṛd-deśe ‘rjuna tiṣṭhati

bhrāmayā n sarva-bhūtāni

yantrārūḍhāni māyayā

īśvaraḥ—Tuhan Yang Maha Esa; sarva-bhūtānām—terhadap semua makhluk hidup; hṛt-deśe—di sekitar jantung; Arjuna—wahai Arjuna; tiṣṭhati—tinggal di; bhrāmayā—menyebabkan berjalan; sarva-bhūtāni—semua makhluk hidup; yantra—pada sebuah mesin; ārūḍhani—dengan ditempatkan; māyayā—di bawah pesona tenaga material.

Terjemahan

Tuhan Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati semua orang, wahai Arjuna, dan Beliau mengarahkan pengembaraan semua makhluk hidup, yang duduk seolah-olah pada sebuah mesin terbuat dari tenaga material.

Penjelasan

Arjuna bukan yang mahatahu, dan keputusan Arjuna untuk bertempur atau tidak, dibatasi oleh pertimbangannya yang terbatas. Sri Krishna memberi pelajaran bahwa diri pribadi bukanlah segala-galanya. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, atau Krishna Sendiri, sebagai Roh Yang Utama yang berada di tempat-tempat khusus, bersemayam di dalam hati dan memberi pengarahan kepada makhluk hidup. Sesudah makhluk hidup mengganti kan badannya, ia lupa perbuatannya yang dahulu, namun Roh Yang Utama, yang mengetahui masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang, tetap sebagai saksi segala kegiatannya. Karena itu, semua kegiatan para makhluk hidup diarahkan oleh Roh Yang Utama tersebut. Makhluk hidup mendapat apa yang patut didapatkannya dan ia dibawa oleh badan jasmani, yang diciptakan di dalam tenaga material atas perintah Roh Yang Utama. Begitu makhluk hidup di tempatkan di dalam jenis badan tertentu, ia harus bekerja di bawah pesona keadaan jasmani itu. Seperti orang yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi akan berjalan lebih cepat daripada orang yang naik mobil yang lebih lambat, meskipun para makhluk hidup, para pengemudinya, mungkin sama. Seperti itu pula, atas perintah Roh Yang Utama, alam material membentuk jenis badan tertentu untuk jenis makhluk hidup tertentu supaya dia dapat bekerja menurut keinginannya dari dahulu. Makhluk hidup tidak bebas. Hendaknya seseorang janganlah menganggap Diri-Nya bisa bebas dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Roh individual selalu di bawah pengendalian Tuhan. Karena itu, tugas kewajiban orang adalah menyerahkan diri, dan itulah perintah dalam ayat berikut.

tam eva śaraṇaḿ gaccha

sarva-bhāvena bhārata

tat-prasādāt parāḿ śāntiḿ

sthānaḿ prāpsyasi śāśvatam

tam—kepada Beliau; evā—pasti; śaraṇam gaccha—serahkan diri; sarva-bhāvena—dalam segala hal; bhārata—wahai putera Bhārata ; tat-prasādāt—atas karunia Beliau; param—rohani; śāntim—kedamaian; sthānam—tempat tinggal; prāpsyasi—engkau akan memperoleh; śāśvatam—kekal.

Terjemahan

Wahai putera keluarga Bhārata, serahkanlah dirimu kepada Beliau sepenuhnya. Atas karunia Beliau engkau akan mencapai kedamaian rohani dan tempat tinggal kekal yang paling utama.

Penjelasan

Karena itu, makhluk hidup hendaknya menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam di dalam hati semua orang, dan itu akan membebaskan Diri-Nya dari segala jenis kesengsaraan kehidupan material ini. Dengan menyerahkan diri seperti itu, seseorang tidak hanya dibebaskan dari segala kesenangan dalam hidup ini, tetapi akhirnya dia akan mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dunia rohani diuraikan dalam kesusasteraan Veda (rg Veda 1.22.20) sebagai tad visnoh paramam padam. Oleh karena seluruh ciptaan adalah kerajaan Tuhan, segala sesuatu yang bersifat material sebenarnya rohani, tetapi paramam padam khususnya berarti tempat tinggal yang kekal, yang disebut angkasa rohani atau Vaikuntha.
Dalam Bab Lima belas dari Bhagavad-gita dinyatakan, sarvasya caham hrdi sannivistah: Tuhan bersemayam di dalam hati semua orang. Karena itu, anjuran bahwa seseorang harus menyerahkan diri kepada Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hatinya berarti bahwa ia harus menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Arjuna sudah mengakui Krishna sebagai Yang Mahakuasa. Dalam Bab Sepuluh, Krishna diakui sebagai param brahma param dhāma. Arjuna mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan tempat tinggal yang paling utama bagi semua makhluk hidup, bukan hanya karena pengalaman pribadinya tetapi juga karena bukti dari penguasa-penguasa yang mulia seperti Nārada, Asita, Devala dan Vyasa.

iti te jñānam ākhyātaḿ

guhyād guhyataraḿ mayā

vimṛśyaitad aśeṣeṇa

yathecchasi tathā kuru

iti—demikianlah; te—kepadamu; jñānam—pengetahuan; ākhyātam—diuraikan; guhyāt—daripada rahasia; guhya-taram—lebih rahasia lagi; mayā—oleh-Ku; vimṛśya—mempertimbangkan; etat—pada ini; aśeṣeṇa—sepenuhnya; yathā—sebagai; icchasi—engkau suka; tathā—itu; kuru—lakukan.

Terjemahan

Demikianlah Aku sudah menjelaskan pengetahuan yang lebih rahasia lagi kepadamu. Per
timbangkanlah hal-hal ini sepenuhnya, kemudian lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.

Penjelasan

Sri Krishna sudah menjelaskan kepada Arjuna tentang pengetahuan brahmabhuta. Orang yang berada dalam keadaan brahmabhuta riang; ia tidak pernah menyesal atau ingin mendapatkan sesuatu. Ini disebabkan oleh pengetahuan rahasia. Krishna juga mengungkapkan pengetahuan tentang Roh Yang Utama. Ini juga pengetahuan Brahman, pengetahuan tentang Brahman, tetapi pengetahuan ini lebih tinggi.
Di sini kata-kata yathecchasi tathā kuru—Menurut apa yang engkau sukai, engkau boleh bertindak”—menunjukkan bahwa Tuhan tidak campur tangan dengan kebebasan kecil yang dimiliki oleh makhluk hidup. Dalam Bhagavad-gita, Krishna sudah menjelaskan segala hal tentang bagaimana seseorang dapat meningkatkan keadaan hidupnya. Nasehat terbaik yang disampaikan kepada Arjuna ialah untuk menyerahkan diri kepada Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hatinya. Menurut pertimbangan yang benar, hendaknya seseorang setuju bertindak menurut perintah Roh Yang Utama. Itu akan menolong Diri-Nya supaya mantap senantiasa dalam kesadaran Krishna, tingkat kesempurnaan kehidupan manusia yang tertinggi. Arjuna sedang diperintahkan langsung oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa supaya ia bertempur. Penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah demi kepentingan terbaik para makhluk hidup. Penyerahan diri itu bukan demi kepentingan Yang Mahakuasa. Sebelum seseorang menyerahkan diri, ia bebas mempertimbangkan mata pelajaran sejauh kemampuan kecerdasannya; itulah cara terbaik untuk menerima perintah atau pelajaran Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran tersebut juga datang melalui guru kerohanian, utusan Krishna yang dapat dipercaya.

sarva-guhyatamaḿ bhūyaḥ

śṛṇu me paramaḿ vacaḥ

iṣṭo ‘si me dṛḍham iti

tato vakṣyāmi te hitam

sarva-guhya-tamam—paling rahasia dari semuanya; bhūyaḥ—ini lagi; śṛṇu—hanya mendengar; me—Diri-Ku; paramam—Yang Mahakuasa; vacaḥ—pelajaran; istah asi—engkau tercinta; me—kepada-Ku; dṛḍham—sangat; iti—demikian; tataḥ—karena itu; vakṣyāmi—Aku bersabda; te—untuk milikmu; hitam—manfaat.

Terjemahan

Oleh karena engkau kawan-Ku yang sangat -Kucintai, Aku akan menyabdakan perintah-Ku yang paling utama kepadamu, yaitu pengetahuan yang paling rahasia dari segalanya. Dengarlah pelajaran ini dari-Ku, sebab pelajaran itu demi kesejahteraanmu.

Penjelasan

Krishna sudah memberikan tentang pengetahuan rahasia kepada Arjuna (pengetahuan tentang Brahman) dan pengetahuan yang lebih rahasia lagi (pengetahuan tentang Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua orang). Sekarang Krishna akan memberikan bagian pengetahuan yang paling rahasia; yaitu, hanya menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir Bab Sembilan Krishna sudah bersabda,manmanaḥ: Hanya selalu berpikir tentang-Ku.” Pelajaran yang sama di ulangi di sini untuk menggarisbawahi hakekat ajaran Bhagavad-gita. Hakekat tersebut tidak dapat dipahami oleh orang awam, tetapi dapat dipahami oleh orang yang sungguh-sungguh dicintai oleh Krishna, yaitu penyembah Krishna yang murni. Inilah pelajaran terpenting dalam segala kesusasteraan Veda. Yang sedang disabdakan oleh Krishna berhubungan dengan hal ini adalah bagian pengetahuan yang paling penting, dan harus dilaksanakan tidak hanya oleh Arjuna tetapi oleh semua makhluk hidup.

man-manā bhava mad-bhakto

mad-yājī māḿ namaskuru

mām evaiṣyasi satyaḿ te

pratijāne priyo ‘si me

mat-manāḥ—berpikir tentang-Ku; bhava—hanya menjadi; mat-bhaktaḥ—penyembah-Ku; mat-yājī—orang yang sembahyang kepada-Ku; mām—kepada-Ku; namaskuru—menghaturkan sembah sujudmu; mām—kepada-Ku; evā—pasti; eṣyasi—engkau akan datang; satyam—sungguh; te—kepadamu; pratijāne—Aku berjanji; priyaḥ—tercinta; asi—engkau adalah; me—bagi-Ku.

Terjemahan

Berpikirlah tentang-Ku senantiasa, menjadi penyembah-Ku, bersembahyang kepada-Ku dan bersujud kepada-Ku. Dengan demikian, pasti engkau akan datang kepada-Ku. Aku berjanji demikian kepadamu karena engkau kawan-Ku yang sangat Kucintai.

Penjelasan

Bagian pengetahuan yang paling rahasia ialah bahwa hendaknya orang menjadi penyembah Krishna yang murni, selalu berpikir tentang Krishna dan bertindak untuk Krishna. Hendaknya orang jangan hanya melakukan semadi sebagai kedok saja. Kehidupan harus dibentukkan sedemikian rupa supaya orang selalu mendapat kesempatan untuk berpikir tentang Krishna. Hendaknya orang selalu bertindak dengan cara sedemikian rupa agar segala kegiatannya sehari-hari  berhubungan dengan Krishna. Sebaiknya ia mengatur kehidupannya dengan cara supaya dia hanya dapat berpikir tentang Krishna selama dua puluh empat jam sehari. Krishna berjanji bahwa siapapun yang berada dalam kesadaran Krishna yang murni seperti itu pasti akan kembali ke tempat tinggal Krishna. Setelah kembali ke tempat Krishna, dia akan menjadi tekun dalam hubungan dengan Krishna dan bertemu muka dengan Krishna. Bagian pengetahuan yang paling rahasia ini disampaikan kepada Arjuna karena Arjuna adalah kawan yang sangat dicintai oleh Krishna. Semua orang yang mengikuti jalan Arjuna dapat menjadi kawan yang dicintai oleh Krishna dan mencapai kesempurnaan yang sama seperti yang dicapai oleh Arjuna.
Kata-kata ini menegaskan bahwa sebaiknya orang memusatkan pikirannya kepada Krishna bentuk Krishna yang berlengan dua dan membawa seruling, pemuda berwarna kebiru-biruan dengan wajah yang tampan dan bulub-ulu merak menghiasi rambut-Nya. Ada uraian tentang Krishna dalam Brahma-samhita dan kesusasteraan yang lain. Hendaknya orang selalu memusatkan pikirannya pada bentuk Tuhan Yang Maha Esa yang asli, yaitu Krishna. Hendaknya orang jangan mengalihkan perhatiannya kepada bentuk-bentuk lain yang berasal dari Krishna. Tuhan mempunyai berbagai bentuk, sebagai Visnu, Narayana, Rāma, Varaha, dan sebagainya, tetapi sebaiknya seorang penyembah memusatkan pikirannya pada bentuk yang berada di hadapan Arjuna. Memusatkan pikiran pada bentuk Krishna merupakan bagian pengetahuan yang paling rahasia, dan ini diungkapkan kepada Arjuna karena Arjuna adalah kawan Krishna yang paling tercinta.

sarva-dharmān parityajya

mām ekaḿ śaraṇaḿ vrājā

ahaḿ tvāḿ sarva-pāpebhyo

mokṣayiṣyāmi mā śucaḥ

sarva-dharmān—segala jenis dharma; parityajya—tinggalkanlah; mām—kepada-Ku; ekam—hanya; śaraṇam—untuk penyerahan diri; vrājā—pergi; aham—Aku; tvām—engkau; sarva—semua; pāpebhyaḥ—dari reaksi-reaksi dosa; mokṣayiṣyāmi—akan menyelamatkan; mā—jangan; śucaḥ—khawatir.

Terjemahan

Tinggalkanlah segala jenis dharma dan hanya menyerahkan diri kepada-Ku. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut.

Penjelasan

Krishna sudah menguraikan berbagai jenis pengetahuan dan proses dharma pengetahuan tentang Brahman Yang Paling Utama, pengetahuan tentang Roh Yang Utama, pengetahuan tentang berbagai jenis tingkatan dan golongan hidup masyarakat, pengetahuan tentang tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan, pengetahuan tentang ketidakterikatan, cara mengendalikan indera dan pikiran, semadi, dan sebagainya. Krishna sudah menguraikan berbagai jenis dharma dengan berbagai cara. Sekarang dalam ringkasan Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa Arjuna harus meninggalkan segala proses tersebut yang sudah dijelaskan kepadanya; sebaiknya ia hanya menyerahkan diri kepada Krishna. Penyerahan diri tersebut akan menyelamatkan Arjuna dari segala jenis reaksi dosa, sebab Krishna Sendiri berjanji untuk melindunginya.
Dalam Bab Delapan dinyatakan bahwa hanya orang yang sudah bebas dari reaksi dosa dapat mulai sembahyang kepada Sri Krishna. Karena itu, mungkin seseorang berpikir bahwa ia belum dapat memulai proses penyerahan diri sampai ia bebas dari segala reaksi dosa. Mengenai keragu-raguan seperti itu, di sini dinyatakan bahwa kalaupun seseorang belum bebas dari segala reaksi dosa, hanya dengan proses penyerahan diri kepada Sri Krishna dengan sendiri-Nya ia dibebaskan. Ia tidak perlu berusaha keras untuk membebaskan Diri-Nya dari reaksi-reaksi dosa. Hendaknya seseorang tidak ragu-ragu untuk mengakui Krishna sebagai Kepribadian Yang Paling Utama yang menyelamatkan semua makhluk hidup. Seseorang harus menyerahkan diri kepada Krishna dengan keyakinan dan cinta-bhakti.
Proses penyerahan diri kepada Krishna diuraikan dalam Haribhaktivilasa (11.676):

ānukūlyasya sańkalpaḥ

prātikūlyasya varjanam

rakṣiṣyatīti viśvāso

goptṛtve varanaḿ tathā

ātma-nikṣepa-kārpaṇye

ṣad ̣-vidhā śaraṇāgatiḥ

Menurut proses bhakti, hendaknya seseorang hanya menerima prinsip-prinsip dharma yang akhirnya akan membawa Diri-Nya sampai bhakti kepada Tuhan. Seseorang dapat melakukan tugas kewajiban tertentu menurut kedudukannya dalam susunan masyarakat, tetapi kalau ia tidak mencapai titik kesadaran Krishna dengan melaksanakan kewajibannya, maka segala kegiatannya sia-sia. Apapun yang tidak membawa seseorang sampai tingkat kesempurnaan kesadaran Krishna hendaknya dihindari. Hendaknya seseorang yakin bahwa dalam segala keadaan, Krishna akan melindungi Diri-Nya terhadap segala kesulitan. Ia tidak perlu berpikir bagaimana cara memelihara jiwa dan raganya. Krishna akan mengatur hal-hal itu. Hendaknya seseorang selalu menganggap Diri-Nya tidak berdaya dan mengakui Krishna sebagai satu-satunya dasar kemajuan dalam kehidupannya. Begitu seseorang tekun dengan serius dalam bhakti kepada Tuhan dan sadar akan Krishna sepenuhnya, ia segera dibebaskan dari segala pengaruh alam material. Ada berbagai proses dharma dan proses penyucian diri melalui pengembangan pengetahuan, samadhi dalam sistem yoga kebatinan dan sebagainya, tetapi orang yang menyerahkan diri kepada Krishna tidak harus melakukan begitu banyak cara. Penyerahan diri kepada Krishna saja akan menyelamatkan Diri-Nya dari pemborosan waktu yang tidak diperlukan. Dengan demikian ia dapat mencapai segala kemajuan dengan segera dan dapat dibebaskan dari segala reaksi dosa.
Hendaknya seseorang tertarik kepada bentuk Krishna yang indah Beliau bernama Krishna karena Beliau menarik hati semua makhluk. Orang yang tertarik pada bentuk Krishna yang tampan, Mahaperkasa dan Mahakuat adalah orang beruntung. Ada berbagai jenis rohaniwan beberapa di antaranya ter tarik pada aspek Roh Yang Utama, dan sebagainya, tetapi ada yang tertarik kepada aspek pribadi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan tertua ma yang tertarik kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai Krishna Sendiri adalah rohaniwan yang paling sempurna. Dengan kata lain, bhakti kepada Krishna, dalam kesadaran sepenuhnya, adalah bagian pengetahuan yang paling rahasia, dan inilah hakekat seluruh Bhagavad-gita. Para karma-yogi,para filosof yang mendasarkan pengetahuannya pada percobaan, para ahli kebatinan dan para penyembah semua disebut rohaniwan, tetapi seorang penyembah yang murni adalah yang paling baik di antaranya semuanya. Kata-kata khusus yang digunakan di sini, ma sucah, jangan takut, jangan was-was, jangan khawatir,” sangat bermakna. Mungkin seseorang bingung bagaimana cara ia dapat meninggalkan segala jenis bentuk dharma dan hanya menyerahkan diri kepada Krishna, tetapi segala kekhawatiran tersebut tidak berguna.

idaḿ te nātapaskāya

nābhaktāya kadācana

na cāśuśrūṣave vācyaḿ

na ca māḿ yo ‘bhyasūyati

idam—ini; te—oleh engkau; na—tidak pernah; atapaskāya—kepada orang yang tidak bertapa; na—tidak pernah; abhaktāya—kepada orang yang bukan penyembah; kadācana—pada suatu waktu; na—tidak pernah; ca—juga; aśuśrūṣave—kepada orang yang tidak menekuni bhakti; vācyam—untuk dikatakan; na—tidak pernah; ca—juga; mām—menuju-Ku; yaḥ—siapapun yang; abhyasūyati—iri hati.

Terjemahan

Pengetahuan yang rahasia ini tidak pernah boleh dijelaskan kepada orang yang tidak bertapa, tidak setia, dan tidak menekuni bhakti—ataupun kepada orang yang iri kepada-Ku.

Penjelasan

Orang yang belum menjalani pertapaan proses dharma, yang belum berusaha berbhakti dalam kesadaran Krishna, atau belum melayani seorang penyembah yang murni, khususnya orang yang sadar akan Krishna, dia hanyalah tokoh sejarah, atau iri hati terhadap kebesaran Krishna tidak boleh diberitahukan tentang bagian pengetahuan yang paling rahasia ini. Akan tetapi, terkadang dilihat bahwa orang jahat yang iri kepada Krishna dan sembahyang kepada Krishna dengan cara yang lain, mengambil pencaharian menjelaskan Bhagavad-gita dengan cara yang lain sebagai usaha dagang tetapi orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mengerti tentang Krishna harus menghindari tafsiran Bhagavad-gita seperti itu. Sebenarnya tujuan Bhagavad-gita tidak dapat dimengerti oleh orang yang selalu berusaha memperhatikan indera-inderanya. Walaupun seseorang tidak selalu berusaha memuaskan indera-inderanya tetapi mengikuti disiplin yang diajarkan dalam Kitab-kitab Veda secara ketat, jikalau dia bukan penyembah, dia pun tidak dapat mengerti tentang Krishna. Kalau seseorang menyamar sebagai penyembah Krishna tetapi tidak tekun dalam kegiatan kesadaran Krishna, dia pun tidak dapat mengerti tentang Krishna. Krishna sudah menjelaskan dalam Bhagavad-gita bahwa Krishna adalah Yang Mahakuasa dan tiada sesuatupun yang lebih tinggi ataupun sejajar dengan Krishna. Ada banyak orang yang iri hati kepada Krishna. Orang seperti itu hendaknya jangan diberitahu tentang Bhagavad-gita, sebab mereka tidak dapat mengerti. Orang yang tidak percaya tidak mungkin mengerti tentang Bhagavad-gita dan Krishna. Hendaknya seseorang janganlah mencoba menafsirkan Bhagavad-gita tanpa mengerti tentang Krishna dari kekuasaan seorang penyembah murni.

ya idaḿ paramaḿ guhyaḿ

mad-bhakteṣv abhidhāsyāti

bhaktiḿ mayi parāḿ kṛtvā

mām evaiṣyaty asaḿśayaḥ

yaḥ—siapapun; idam—ini; paramam—paling; guhyam—rahasia; mat—milik-Ku; bhakteṣu—di kalangan para penyembah; abhidhāsyāti—menjelaskan; bhaktim—pengabdian suci bhakti; mayi—kepada-Ku; param—rohani; kṛtvā—melakukan; mām—kepada-Ku; evā—pasti; esyāti—menjadi; asaḿśayaḥ—tanpa ragu

Terjemahan

Terjamin bahwa orang yang menjelaskan rahasia yang paling utama ini kepada para penyembah akan mencapai bhakti yang murni, dan akhirnya dia akan kembali kepada-Ku.

Penjelasan

Pada umumnya disarankan agar Bhagavad-gita dibicarakan hanya di kalangan penyembah, sebab orang yang bukan penyembah tidak akan mengerti tentang Krishna maupun Bhagavad-gita. Orang yang tidak mengakui Krishna menurut kedudukan asli Krishna maupun Bhagavad-gita menurut aslinya, hendaknya jangan mencoba menjelaskan Bhagavad-gita secara sesuka hati sehingga melakukan kesalahan. Bhagavad-gita harus dijelaskan kepada orang yang bersedia mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Bhagavad-gita hanya merupakan mata pelajaran bagi para penyembah, bukan untuk orang yang berangan-angan di bidang filsafat. Akan tetapi, siapapun yang berusaha dengan tulus ikhlas untuk menyampaikan Bhagavad-gita menurut aslinya akan maju dalam kegiatan bhakti dan akan mencapai tingkat bhakti yang murni dalam hidup ini. Sebagai hasil dari bhakti yang murni, ia pasti akan pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.

na ca tasmān manuṣyeṣu

kaścin me priya-kṛttamaḥ

bhavitā na ca me tasmād

anyaḥ priyataro bhuvi

na—tidak pernah; ca—dan; tasmāt—daripada dia; manuṣyeṣu—di antara manusia; kaścit—siapapun; me—kepada-Ku; priya-kṛt-tamaḥ—lebih dicintai; bhavitā—akan menjadi; na—tidak juga; ca—dan; me—kepada-Ku; tasmāt—daripada dia; anyaḥ—lain; priya-taraḥ—lebih dicintai; bhuvi—di dunia ini.

Terjemahan

Tidak ada hamba di dunia ini yang lebih Kucintai daripada dia, dan tidak akan pernah ada orang yang lebih Kucintai.
Tidak ada penjelasan.

adhyeṣyate ca ya imaḿ

dharmyaḿ saḿvādam āvayoḥ

jñāna-yajñena tenāham

iṣṭaḥ syām iti me matiḥ

adhyeṣyate—mempelajari; ca—juga; yaḥ—dia yang; imām—ini; dharmyam—suci; saḿvādam—percakapan; avāyoḥ—milik kita; jñāna—tentang pengetahuan; yajñena—oleh korban suci; tena—oleh dia; aham—Aku; iṣṭaḥ—disembah; syām—akan; iti—demikian; me—milik-Ku; matiḥ—pendapat.

Terjemahan

Aku memaklumkan bahwa orang yang mempelajari percakapan kita yang suci ini bersembahyang kepada-Ku dengan kecerdasannya. Tidak ada penjelasan.

śraddhāvān anasūyaś ca

śṛṇuyād api yo naraḥ

so ‘pi muktaḥ śubhāl lokān

prāpnuyāt puṇya-karmaṇām

śraddhā-vān—yang yakin; anasūyaḥ—tidak iri; ca—dan; śṛṇuyāt—mendengar; api—pasti; yaḥ—yang; naraḥ—seseorang; saḥ—dia; api—juga; muktaḥ—dengan dibebaskan; śubhān—yang sangat menguntungkan; lokān—planet-planet; prāpnuyāt—dia akan mencapai; puṇya-karmaṇām—milik orang saleh.

Terjemahan

Orang yang mendengar dengan keyakinan tanpa rasa iri dibebaskan dari reaksi-reaksi dosa dan mencapai planet-planet yang menguntungkan, tempat tinggal orang saleh.

Penjelasan

Dalam ayat keenam puluh tujuh dari bab ini, Krishna dengan jelas melarang menyampaikan Bhagavad-gita kepada orang yang iri kepada Krishna. Dengan kata lain, Bhagavad-gita hanya untuk penyembah saja. Tetapi kadang-kadang seseorang penyembah mengadakan pelajaran terbuka, dan dalam pelajaran itu tidak dipastikan bahwa semua murid adalah penyembah. Mengapa orang seperti itu mengadakan pelajaran terbuka? Dijelaskan di sini bahwa walaupun tidak semua orang penyembah, namun ada banyak orang yang tidak iri kepada Krishna. Mereka percaya kepada Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau orang seperti itu mendengar dari seorang penyembah yang dapat dipercaya tentang Krishna, maka hasilnya ialah mereka segera dibebaskan dari segala reaksi dosa, dan sesudah itu mereka mencapai susunan planet tempat tinggal semua orang saleh. Karena itu, meskipun seseorang tidak berusaha menjadi penyembah yang murni, tetapi kalau dia hanya mendengar Bhagavad-gita, ia akan mencapai hasil kegiatan yang saleh. Jadi, seorang penyembah Tuhan yang murni memberikan kesempatan kepada semua orang untuk dibebaskan dari segala reaksi dosa dan menjadi penyembah Tuhan.
Pada umumnya, orang yang bebas dari segala reaksi dosa, orang saleh, dengan mudah sekali mulai mengikuti kesadaran Krishna. Kata punyakarmaṇām sangat bermakna di sini. Kata ini menunjukkan pelaksanaan korban-korban suci yang besar, seperti asvamedhayajñā, yang disebutkan dalam kesusasteraan Veda. Orang yang saleh dalam melaksanakan bhakti tetapi belum suci dan murni dapat mencapai susunan planet bintang kutub, atau Dhruvaloka, tempat Dhruva Maharājā  berkuasa. Dhruva Maharājā  adalah seorang penyembah Tuhan yang mulia, dan beliau memiliki planet khusus, yang disebut bintang kutub.

kaccid etac chrutaḿ pārtha

tvayaikāgreṇa cetasā

kaccid ajñāna-sammohaḥ

praṇaṣṭas te dhanañjaya

kaccit—apakah; etat—ini; śrutam—didengar; pārtha—wahai putera Pṛthā; tvayā—oleh engkau; eka-agreṇa—dengan perhatian penuh; cetasā—oleh pikiran; kaccit—apakah; ajñāna—mengenai kebodohan; sammohaḥ—khayalan; praṇaṣṭaḥ—dihilangkan; te—dari engkau; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan (Arjuna).

Terjemahan

Wahai putera Pṛthā, wahai perebut kekayaan, apakah engkau sudah mendengar hal-hal ini dengan perhatian? Apakah kebodohan dan khayalanmu sudah dihilangkan sekarang?

Penjelasan

Krishna bertindak sebagai guru kerohanian Arjuna. Karena itu, kewajiban Krishna ialah bertanya kepada Arjuna apakah Arjuna mengerti seluruh Bhagavad-gita menurut pengertiannya yang sebenarnya. Kalau tidak, Krishna bersedia menjelaskan kembali beberapa mata pembicaraan, ataupun seluruh Bhagavad-gita kalau diperlukan. Sebenarnya, siapapun yang mendengar Bhagavad-gita dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya seperti Krishna atau dari utusan Krishna, akan mengalami bahwa segala kebodohannya dihilangkan. Bhagavad-gita bukan buku biasa yang ditulis oleh penyair atau penulis ceritera dongeng, melainkan disabdakan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Siapapun yang cukup beruntung hingga mendapat mendengar pelajaran Krishna ini dari Krishna atau dari utusan rohani Krishna yang dapat dipercaya, pasti akan dibebaskan dan ke luar dari kegelapan kebodohan.

Arjuna uvāca

naṣṭo mohaḥ smṛtir labdhā

tvat-prasādān mayācyuta

sthito ‘smi gata-sandehaḥ

kariṣye vacanaḿ tava

Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; naṣṭaḥ—dihilangkan; mohaḥ—khayalan;smṛtiḥ—ingatan; labdhā—diperoleh kembali; tvat-prasādāt—atas karunia Mu; mayā—oleh hamba; acyuta—o Krishna yang tidak pernah gagal; sthitāḥ—mantap; asmi—hamba adalah; gata—dihilangkan; sandehaḥ—segala keragu-raguan; kariṣye—Aku akan melaksanakan; vacanam—perintah; tavā—milikMu.

Terjemahan

Arjuna berkata: Krishna yang hamba cintai, o Yang tidak pernah gagal, khayalan hamba sekarang sudah hilang. Hamba sudah memperoleh kembali ingatan hamba atas karuniaMu. Hamba sekarang teguh, bebas dari keragu-raguan dan bersedia bertindak menurut perintah Anda.

Penjelasan

Kedudukan dasar makhluk hidup, yang diwakili oleh Arjuna, ialah bahwa ia harus bertindak menurut perintah Tuhan Yang Maha Esa. Ia dimaksudkan untuk mendisiplinkan Diri-Nya sendiri. Sri  Caitanya Mahaprabhu menyatakan bahwa kedudukan sejati makhluk hidup ialah sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa yang kekal. Bila makhluk hidup melupakan prinsip tersebut, ia diikat oleh alam material, tetapi dalam mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dia menjadi hamba Tuhan yang sudah dibebaskan. Kedudukan dasar makhluk hidup ialah sebagai hamba; ia harus melayani mayā  yang menyebabkan khayalan atau melayani Tuhan Yang Maha Esa. Kalau dia mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia berada dalam kedudukan yang normal, tetapi kalau dia lebih suka melayani tenaga luar yang mengkhayalkan, maka ia pasti akan berada dalam ikatan. Dalam khayalan, makhluk hidup mengabdikan diri di dunia material ini. Ia diikat oleh hawa nafsu dan keinginannya, namun ia menganggap Diri-Nya penguasa dunia. Ini disebut khayalan. Bila seseorang sudah mencapai pembebasan, khayalannya berakhir, dan dengan sukarela ia menyerahkan diri kepada Yang Mahakuasa untuk bertindak menurut kehendak Beliau. Khayalan terakhir, yaitu perangkap mayā  yang terakhir untuk menangkap makhluk hidup, ialah gagasan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan. Makhluk hidup menganggap Diri-Nya bukan roh terikat lagi, melainkan Diri-Nya Tuhan. Dia begitu kurang cerdas sehingga dia tidak berpikir bahwa kalau memang benar Diri-Nya ialah Tuhan, bagaimana mungkin dia berada dalam keragu-raguan? Kenyataan itu tidak dipikirkannya. Jadi, itulah perangkap khayalan yang terakhir. Sebenarnya, menjadi bebas dari tenaga yang menyebabkan khayalan berarti mengerti tentang Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan setuju bertindak menurut perintah Beliau.
Kata moha sangat penting dalam ayat ini. Moha menunjukkan sesuatu yang merupakan lawan pengetahuan. Sebenarnya pengetahuan sejati ialah pengertian bahwa setiap makhluk hidup adalah hamba Tuhan untuk selamanya. Tetapi makhluk hidup tidak menganggap Diri-Nya dalam kedudukan itu sebagai hamba, melainkan ia menganggap Diri-Nya penguasa dunia material ini, sebab ia ingin berkuasa atas alam material. Itulah khayalannya. Khayalan tersebut dapat diatasi atas karunia Tuhan atau atas karunia seorang penyembah yang murni. Bila khayalan tersebut sudah berakhir, seseorang setuju bertindak dalam kesadaran Krishna.
Kesadaran Krishna berarti bertindak menurut perintah Krishna. Roh terikat, yang dikhayalkan oleh tenaga alam luar, tidak mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah penguasa yang penuh pengetahuan dan pemilik segala sesuatu. Beliau dapat menganugerahkan apapun kepada para penyembah-Nya menurut kehendak-Nya; Beliau adalah kawan semua orang, dan khususnya menaruh perhatian terhadap penyembah-Nya. Beliaulah yang mengendalikan alam material dan semua makhluk hidup. Beliau juga mengendalikan waktu yang tidak pernah habis, dan penuh segala kehebatan dan segala kekuatan. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat memberikan diri-Nya kepada seorang penyembah. Orang yang belum mengenal Beliau berada di bawah pesona khayalan; dia tidak menjadi penyembah, melainkan ia menjadi pelayan mayā. Akan tetapi, sesudah Arjuna mendengar Bhagavad-gita dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, ia menjadi bebas dari segala khayalan. Ia dapat mengerti bahwa Krishna bukan hanya kawannya tetapi Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Arjuna mengerti Krishna dengan sebenarnya. Karena itu, mempelajari Bhagavad-gita berarti sungguh-sungguh mengerti tentang Krishna. Bila seseorang memiliki pengetahuan lengkap, sewajarnya ia menyerahkan diri kepada Krishna. Ketika Arjuna mengerti bahwa rencana Krishna ialah mengurangi peningkatan jumlah penduduk yang tidak diperlukan, dia setuju bertempur sesuai dengan kehendak Krishna. Sekali lagi Arjuna mengangkat senjata-senjatanya, busur dan anak panahnya untuk bertempur di bawah perintah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

sañjaya uvāca

ity ahaḿ vāsudevasya

pārthasya ca mahātmanaḥ

saḿvādam imam aśrauṣam

adbhutaḿ roma-harṣaṇam

sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata; iti—demikian; aham—Aku; vāsudevasya—milik Krishna; pārthasya—milik Arjuna; ca—juga; mahā-ātmānaḥ—dari roh yang mulia; saḿvādam—diskusi; imām—ini; aśrauṣam—sudah mendengar; adbhutam—ajaib; roma-harṣaṇam—membuat bulu roma berdiri.

Terjemahan

Sañjaya berkata; Demikianlah saya sudah mendengar percakapan antara dua roh yang mulia, Krishna dan Arjuna. Betapa ajaibnya amanat itu sehingga bulu romaku tegak berdiri.

Penjelasan

Pada awal Bhagavad-gita, Dhṛtarāṣṭra  bertanya kepada sekretarisnya, Sanjaya, Apa yang terjadi di medan perang Kuruksetra ?” Seluruh pelajaran diwahyukan ke dalam hati Sañjaya atas karunia guru kerohaniannya, Vyasa. Sañjaya menjelaskan pokok pembicaraan medan perang dengan cara seperti ini. Percakapan tersebut ajaib, sebab percakapan yang sepenting itu antara dua roh yang mulia belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi lagi. Percakapan tersebut ajaib sebab Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sedang membicarakan Diri-Nya serta tenaga-tenaga-Nya kepada makhluk hidup, yaitu Arjuna, seorang penyembah Tuhan yang mulia. Jika kita mengikuti jejak langkah Arjuna untuk mengerti tentang Krishna, maka kehidupan kita akan berbahagia dan sukses. Sañjaya menginsafi kenyataan ini, dan begitu dia mulai memahaminya, dia menceritakan percakapannya kepada Dhṛtarāṣṭra. Sekarang disimpulkan bahwa di manapun ada Krishna dan Arjuna di sanalah ada kejayaan.

vyāsa-prasādāc chrutavān

etad guhyam ahaḿ param

yogaḿ yogeśvarāt kṛṣṇāt

sākṣāt kathayataḥ svayam

vyāsa-prasādāt—atas karunia; śrutavān—sudah mendengar; etat—ini; guhyam—rahasia; aham—Aku; param—paling utama; yogam—kebatinan; yoga-īśvarat—dari penguasa segala kebatinan; kṛṣṇat—datang dari Krishna; sākṣāt—langsung; kathayataḥ—bersabda; svayam—secara pribadi.

Terjemahan

Atas karunia Vyasa, saya sudah mendengar pembicaraan yang paling rahasia ini langsung dari Penguasa segala kebatinan, Krishna, yang sedang bersabda secara pribadi kepada Arjuna.

Penjelasan

Vyasa adalah guru kerohanian Sanjaya, dan Sañjaya mengakui bahwa ia dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Vyasa. Ini berarti bahwa seseorang harus mengerti Krishna bukan secara langsung tetapi melalui perantara, yaitu guru kerohanian. Guru kerohanian adalah perantara yang transparan, meskipun memang kenyataan bahwa seorang murid mengalami secara langsung. Inilah rahasia garis perguruan rohani. Bila seorang guru kerohanian dapat dipercaya, maka seseorang dapat mendengar Bhagavad-gita secara langsung, sebagaimana Bhagavad-gita didengar oleh Arjuna. Ada banyak ahli kebatinan dan yogi di seluruh dunia, tetapi Krishna adalah Penguasa segala sistem yoga. Pelajaran Krishna dinyatakan dengan jelas dalam Bhagavad-gita serahkanlah dirimu kepada Krishna. Orang yang melakukan demikian adalah yogi tertinggi. Ini dibenarkan dalam ayat terakhir Bab Enam. Yoginam api sarveṣām.
Nārada adalah murid Krishna secara langsung dan guru kerohanian Vyasa. Jadi, Arjuna dapat dipercaya dan Vyasa juga dapat dipercaya, karena Vyasa termasuk garis perguruan, dan Sañjaya adalah murid Vyasa secara langsung. Karena itu, atas karunia Vyasa, indera-indera Sañjaya disucikan dan dia dapat melihat dan mendengar Krishna secara langsung. Orang yang mendengar Krishna secara langsung dapat mengerti pengetahuan yang rahasia ini. Kalau seseorang tidak mendekati garis perguruan, ia tidak dapat mendengar Krishna; karena itu, pengetahuannya selalu kurang sempurna, sekurang-kurangnya menurut pengertian Bhagavad-gita.
Dalam Bhagavad-gita, semua sistem yoga dijelaskan karma-yoga, Jnānā yoga dan bhakti-yoga. Krishna adalah Penguasa segala kegiatan kebatinan seperti itu. Akan tetapi, harus dimengerti bahwa seperti halnya Arjuna cukup beruntung hingga dapat mengerti tentang Krishna secara langsung, Sañjaya juga dapat mendengar Krishna secara langsung atas karunia Vyasa. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara mendengar langsung dari Krishna dengan mendengar langsung dari Krishna melalui seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya seperti Vyasa. Guru kerohanian juga utusan Vyasadeva. Karena itu, menurut sistem Veda, pada hari ulang tahun guru kerohanian, para murid mengadakan upacara yang disebut Vyasapuja.

rājan saḿsmṛtya saḿsmṛtya

saḿvādam imam adbhutam

keśavarjunayoḥ puṇyaḿ

hṛṣyāmi ca muhur muhuḥ

rājan—O Raja; saḿsmṛtya—ingat; saḿsmṛtya—ingat; saḿvādam—amanat; imām—ini; adbhutam—ajaib; keśava—dari Sri Krishna; Arjunayoḥ—dan Arjuna; puṇyam—saleh; hṛṣyāmi—aku senang; ca—juga; muhuḥ muhuḥ—berulang kali.

Terjemahan

O Raja, begitu aku berulang kali mengenang percakapan yang ajaib dan suci ini antara Krishna dan Arjuna, aku senang, karena terharu pada setiap saat.

Penjelasan

Pengertian Bhagavad-gita begitu rohani sehingga siapapun yang menguasai pelajaran antara Arjuna dan Krishna menjadi saleh dan tidak dapat melupakan pembicaraan tersebut. Inilah kedudukan kehidupan rohani yang melampaui hal-hal duniawi. Dengan kata lain, orang yang mendengar Bhagavad-gita dari sumber yang benar, langsung dari Krishna, mencapai kesadaran Krishna sepenuhnya. Hasil kesadaran Krishna ialah bahwa seseorang semakin dibebaskan dari kebodohan, dan ia menikmati kehidupan dengan senang hati, bukan hanya selama beberapa waktu, tetapi setiap saat.

tac ca saḿsmṛtya saḿsmṛtya

rūpam aty-adbhutaḿ hareḥ

vismayo me mahān rājan

hṛṣyāmi ca punaḥ punaḥ

tat—itu; ca—juga; saḿsmṛtya—ingat; saḿsmṛtya—ingat; rūpam—bentuk; ati—secara besar; adbhutam—ajaib; hareḥ—milik Sri Krishna; vismayāḥ—terharu; me—milik saya; mahān—mulia; rājan—wahai Baginda Raja; hṛṣyāmi—aku sedang menikmati; ca—juga; punaḥ punaḥ—berulangkali.

Terjemahan

O Baginda Raja, begitu saya ingat bentuk Sri Krishna yang ajaib, saya semakin terharu, dan saya berbahagia berulang kali.

Penjelasan

Rupanya atas karunia Vyasa, Sañjaya juga dapat melihat bentuk semesta Krishna yang diperlihatkan kepada Arjuna. Memang dikatakan bahwa Sri Krishna belum pernah memperlihatkan bentuk seperti itu sebelumnya. Bentuk itu hanya diperlihatkan kepada Arjuna, namun beberapa penyembah yang mulia juga dapat melihat bentuk semesta Krishna pada waktu diperlihatkan kepada Arjuna. Salah satu di antara tujuan-tujuan yang dapat melihat bentuk itu adalah Vyasa. Vyasa adalah seorang penyembah Tuhan yang mulia, dan dia dianggap sebagai penjelmaan yang perkasa dari Krishna. Vyasa mengungkapkan hal-hal ini kepada muridnya, Sanjaya yāng mengenang bentuk Krishna yang ajaib yang diperlihatkan kepada Arjuna dan menikmati bentuk itu berulang kali.

yatra yogeśvaraḥ kṛṣṇo

yatra pārtho dhanur-dharaḥ

tatra śrīr vijayo bhūtir

dhruvā nītir matir mama

yātrā—di mana; yoga-īśvaraḥ—penguasa kebatinan; kṛṣṇah—Sri Krishna; yatra—di mana; pārthah—putera Pṛthā; dhanuḥ-dharaḥ—pembawa busur dan anak panah; tatra—di sana; śrīḥ—kekayaan; vijayaḥ—kejayaan; bhūtiḥ—kekuatan luar biasa; dhruvā—pasti; nītiḥ—moralitas; matiḥ mama—pendapat saya.

Terjemahan

Di manapun ada Krishna, penguasa semua ahli kebatinan, dan di manapun ada Arjuna, pemanah yang paling utama, di sana pasti ada kekayaan, kejayaan, kekuatan luar biasa dan moralitas. itulah pendapat saya.

Penjelasan

Mulai dengan pertanyaan Dhṛtarāṣṭra. Dhṛtarāṣṭra mengharapkan Putera-puteranya akan jaya, dibantu oleh kesatria-kesatria yang mulia seperti Bhīṣma, Drona dan Karṇa. Dia mengharapkan supaya pihaknya jaya. Tetapi sesudah menguraikan pemandangan di medan perang, Sañjaya memberitahu kepada Rājā , Anda memikirkan kejayaan, tetapi pendapat saya ialah bahwa di manapun ada Krishna dan Arjuna, di sana pula pasti ada segala keuntungan yang baik.” Dia membenarkan secara langsung bahwa Dhṛtarāṣṭra  tidak dapat mengharapkan kejayaan untuk pihaknya. Kejayaan adalah kepastian bagi pihak Arjuna, sebab Krishna berada di sana. Krishna menerima tugas sebagai kusir kereta untuk Arjuna, dan ini memperlihatkan kehebatan lain lagi yang dimiliki-Nya. Krishna memiliki segala kehebatan sepenuhnya, dan ketidakterikatan adalah salah satu di antara kehebatan-kehebatan itu. Ada banyak contoh mengenai ketidakterikatan Krishna, sebab Krishna juga Penguasa ketidakterikatan.
Sebenarnya pertempuran di Kuruksetra  adalah perang antara Duryodhana dan Yudhisthira. Arjuna bertempur atas nama kakaknya, yaitu Yudhisthira. Oleh karena Krishna dan Arjuna ikut di pihak Yudhisthira, Yudhisthira pasti akan jaya. Perang diadakan untuk memutuskan siapa yang akan berkuasa di dunia, dan Sañjaya meramalkan bahwa kekuasaan akan dipindahkan kepada Yudhisthira. Juga diramalkan di sini bahwa sesudah Yudhisthira menang dalam perang ini, dia akan semakin makmur karena dia tidak hanya saleh dan taat kepada prinsip-prinsip keagamaan, tetapi juga mengikuti prinsip-prinsip moral secara ketat. Yudhisthira tidak pernah bohong selama hidupnya.
Ada banyak orang yang kurang cerdas yang menganggap Bhagavad-gita adalah diskusi tentang berbagai hal antara dua orang kawan di medan perang. Tetapi buku seperti itu tidak dapat dianggap kitab suci. Mungkin ada beberapa orang yang berkeberatan bahwa Krishna mengajak Arjuna bertempur, yang merupakan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, tetapi keadaan yang sebenarnya dinyatakan dengan jelas di sini; Bhagavad-gita adalah pelajaran moralitas yang tertinggi. Pelajaran moralitas tertinggi dinyatakan dalam Bab Sembilan, dalam ayat ke tiga puluh empat: manmana bhava mad-bhaktaḥ. Seseorang harus menjadi penyembah Krishna, dan hakekat segala dharma ialah menyerahkan diri kepada Krishna (sarvadharman parityajya mam ekam śaraṇam vrājā ). Pelajaran Bhagavad-gita merupakan proses tertinggi dharma dan moralitas. Segala proses lainnya barangkali menyucikan diri dan membawa seseorang sampai proses ini, tetapi pelajaran terakhir Bhagavad-gita ialah kata terakhir mengenai segala moralitas dan dharma: yaitu menyerahkan diri kepada Krishna. Inilah keputusan Bab Delapan belas.
Dari Bhagavad-gita kita dapat mengerti bahwa menginsafi diri melalui angan-angan filsafat dan semadi adalah suatu proses, tetapi menyerahkan diri kepada Krishna adalah kesempurnaan tertinggi. Inilah hakekat ajaran Bhagavad-gita. Jalan prinsip-prinsip yang mengatur menurut golongan-golongan hidup masyarakat dan menurut berbagai jalan kegiatan keagamaan mungkin dapat dianggap sebagai jalan pengetahuan yang rahasia. Tetapi walaupun ritual-ritual dharma bersifat rahasia, semadi dan pengembangan pengetahuan lebih rahasia lagi. Penyerahan diri kepada Krishna dalam bhakti dan kesadaran Krishna sepenuhnya adalah pelajaran yang paling rahasia. Itulah hakekat Bab Delapan belas.
Aspek lain Bhagavad-gita ialah bahwa kebenaran sejati adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Kebenaran Mutlak diinsafi dalam tiga aspek Brahman yang tidak bersifat pribadi, Paramatma yang berada di tempat-tempat khusus, dan akhirnya Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Pengetahuan yang sempurna tentang Kebenaran Mutlak berarti pengetahuan yang sempurna tentang Krishna. Jika seseorang mengerti tantang Krishna, maka segala bagian pengetahuan adalah bagian dari pengertian itu yang mempunyai sifat yang sama. Krishna bersifat rohani, sebab Beliau selalu mantap dalam kekuatan dalam yang kekal dari Diri-Nya. Para makhluk hidup diwujudkan dari tenaga Krishna dan dibagi menjadi dua golongan; yaitu terikat untuk selamanya dan dibebaskan untuk selamanya. Jumlah para makhluk hidup tersebut tidak dapat dihitung, dan mereka dianggap bagian-bagian dasar dari Krishna. Tenaga material diwujudkan dalam dua puluh empat bagian. Ciptaan dilaksanakan oleh waktu yang kekal, dan diciptakan dan dileburkan oleh tenaga luar. Manifestasi alam dunia ini berulang kali tampak dan tidak.
Dalam Bhagavad-gita, lima mata pelajaran pokok sudah dibicarakan: Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, alam material, para makhluk hidup, waktu yang kekal dan segala jenis kegiatan. Segala sesuatu bergantung pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Segala paham terhadap Kebenaran Mutlak Brahman yang tidak bersifat pribadi, Paramatma yang berada di tempat-tempat khusus dan paham rohani manapun yang lain berada dalam golongan pengertian tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun secara lahiriah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, makhluk hidup, alam material dan waktu nampaknya berbeda, namun tiada sesuatupun yang berbeda dari Yang Mahakuasa. Namun Yang Mahakuasa senantiasa berbeda dari segala sesuatu. Filsafat Sri  Caitanya ialah filsafat persatuan dan perbedaan yang tidak dapat dipahami.” Sistem filsafat ini merupakan pengetahuan yang sempurna tentang kebenaran mutlak.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Delapan belas Srimad Bhagavad-gita perihal Kesimpulan—Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.”

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat!

Berbagai Sumber | Google Images | Youtube | Support become Patreon
Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual,

agungsujana

Recent Posts

Pura Pengubengan – Besakih

Pura Pengubengan - Besakih Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui…

3 years ago

Sanghyang Tumuwuh

Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru Avir Vai nama devata, rtena-aste parivrta, tasya rupena-ime vrksah, harita…

3 years ago

Arya Kenceng

Arya Kenceng Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan…

3 years ago

Pura Andakasa

Pura Andakasa Pura Andakasa adalah pura Kahyangan Jagat, yang merupakan deretan pura utama yang ada…

4 years ago

Pura Pucak Bukit Sangkur

Pura Pucak Bukit Sangkur Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur adalah ada Di Desa Pakraman Kembang…

4 years ago

Pura Luhur Besikalung

Pura Luhur Besikalung Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan…

4 years ago