Pura Andakasa adalah pura Kahyangan Jagat, yang merupakan deretan pura utama yang ada di pulau Dewata Bali. Dari deretan pura yang menempati posisi atau arah mata angin sthana dari Dewata Nawasanga, maka Pura Andakasa ini terletak di posisi sebelah Selatan yang merupakan sthana dari Dewa Brahma. Tempat suci agama Hindu ini terletak di dataran tinggi pegunungan, suasana alam sekitar indah dan cantik dengan aura religius yang kental.
Sejarah berdirinya Pura Andakasa tidak begitu jelas memang. Namun keberadaan Pura Andakasa disebutkan dalam berbagai peninggalan tulisan kuno seperti daun lontar dan peninggalan purbakala.
Dari peninggalan tersebut, diperkirakan pura ini didirikan sekitar abad XI oleh Mpu Kuturan. Selain itu Pura Andakasa diperkirakan memiliki kaitan dengan pemuka agama Hindu yaitu Sang Kulputih, yang pernah bertapa di tempat ini sebelum menuju Lempuyang dan Besakih. Dan berdasarkan observasi pada area-area di pura ini dapat diduga pura ini mengalami perkembangan dan perbaikan sekitar abad 17 – 18 Masehi.
Pura Andakasa walaupun tidak begitu populer dikalangan wisatawan, namun sangat populer di kalangan warga Hindu Bali, karena Pura Andakasa memiliki fungsi penting dalam tatanan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali. Dalam arah mata angin Pura Andakasa terletak di sebelah Selatan pulau Bali, dan stana Dewa untuk arah mata angin sebelah Selatan adalah Dewa Brahma yang juga diyakini sebagai dewa Tri Murti, manifestai Tuhan ini adalah sebagai sang Pencipta alam semesta beserta isinya (utpatti). Nama Pura sendiri diambil dari konsepsi andabhuwana atau bisa diartikan telur semesta, dari sinilah tetua Bali memahami secara ilmiah bahwa bentuk bumi itu bundar seperti telur.
Pura Luhur Andakasa selain sebagai salah satu konsep Padmabhuwana yang terletak di sebelah Selatan dan menjadi stana Dewa Brahma atau Ida Hyang Tugu, status pura Andakasa sebagai Kahyangan Jagat, Tri Kahyangan Agung dan Sad Kahyangan. Sehingga keberadaan pura Luhur Andaksa menempati posisi sangat penting dalam kehidupan beragama di Bali. Lokasinya sendiri berada 200 meter di atas permukaan laut, di desa Banjar Gegelang, desa Angantelu, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem – Bali Timur, nuansanya tenang, damai dan sepi. Selain sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, juga ideal sebagai tujuan wisata bagi wisatawan.
Di ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut, Pura Luhur Andakasa tepatnya berada pada posisi geografis 8 derajat 30 LS dan 115 derajat 30′ BT. Pura besar ini diwilayahi desa adat Angantelu, di daerah kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Dari Denpasar, pura ini dicapai dalam jarak sekitar 60 km – arah ke timur, atau 20 km di timur kota Semarapura – ibu kota Kabupaten Klungkung.
Tidak begitu jelas memang sejarah berdirinya. Namun keberadaannya disebutkan dalam beberapa peninggalan tertulis seperti lontar-lontar dan peninggalan kepurbakalaan. Dari peninggalan tertulis, diperkirakan pura ini didirikan oleh Mpu Kuturan sekitar abad XI. Di samping itu Pura Luhur Andakasa juga memiliki kaitan dengan pemuka agama Hindu Sang Kulputih, yang pernah bertapa di tempat ini sebelum menuju Lempuyang dan Besakih. Dan berdasarkan observasi pada area-area di pura ini dapat diduga pura ini mengalami perkembangan dan perbaikan sekitar abad 17 – 18 Masehi. Sebuah prasasti terdapat di Pura Panyimpenan Pura Luhur Andakasa, namun tidak tertulis pada prasasti itu keberadaan pura ini. Seperti dikemukakan dalam berbagai lontar, Pura Luhur Andakasa berstatus sebagai salah satu Kahyangan Jagat, juga Sad Kahyangan yang berarti menjadi sungsungan seluruh umat Hindu di Bali khususnya, umumnya di Indonesia. Sebagai Kahyangan Jagat, Pura Luhur Andakasa merupakan stana dari Hyang Tugu atau Dewa Brahma yang menguasai kawasan selatan dalam struktur Dewata Nawasanga, manifestasi Hyang Widhi yang menghuni 9 arah mata angin.
Katuturaning usana Bali: ”Cinaritaken tingkahing bumi Bali, hana gunung CaturLoka Pala, nga, nanging tingkahing gunung ika marapat, luwire maring pruwa Gunung Lempuhyang nga, pangastanan Ida Bhatara Agni Jaya, maring pascima Gunung Bheratan nga, pangastanan Ida Bhatara Watukaru, maring utara Gunung Mangu nga, pangastanan Ida Hyang Dhenawa, maring Daksina Gunung Andakasa nga, pagastanan Ida Hyanging Tugu. (Kutipan Lontar Usana Bali).
Maksudnya:
Inilah keterangan Usana Bali menceritarakan keadaan bumi Bali ada Gunung Catur Loka Pala namanya. Letaknya di keempat penjuru yaitu di timur Gunung Lempuhyang stana Ida Batara Agni Jaya, di barat Gunung Bheratan stana Batara Watukaru, di utara Gunung Mangu stana Batara Hyang Dhenawa, di selatan Gunung Andakasa namanya stana Hyanging Tugu.
Pura Andakasa adalah pura kahyangan jagat yang terletak di Banjar Pakel Desa Gegelang Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini didirikan atas konsepsi Catur Loka Pala dan Sad Winayaka. Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Catur Loka Pala adalah empat pura sebagai media pemujaan empat manifestasi Tuhan untuk memotivasi umat mendapatkan rasa aman atau perlindungan atas kemahakuasaan Tuhan. Keempat pura itu dinyatakan dalam kutipan Lontar Usana Bali di atas. Mendapatkan rasa aman (raksanam) dan mendapatkan kehidupan yang sejahtera (danam) sebagai kebutuhan dasar masyarakat yang wajib diupayakan oleh para pemimpin atau kesatria. Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra I.89.
Usaha manusia itu tidak akan mantap tanpa disertai dengan doa pada Tuhan. Memanjatkan doa pada Tuhan untuk mendapatkan rasa aman (raksanan) di segala penjuru bumi itulah sebagai latar belakang didirikannya Pura Catur Loka Pala di empat penjuru Bali. Di arah selatan didirikan Pura Andakasa sebagai tempat pemujaan Batara Hyanging Tugu. Hal ini juga dinyatakan dalam Lontar Babad Kayu Selem. Sedangkan dalam Lontar Padma Bhuwana menyatakan: ”Brahma pwa sira pernahing daksina, pratistheng kahyangan Gunung Andakasa.” Artinya Dewa Brahma menguasai arah selatan (daksina) yang dipuja di Pura Kahyangan Gunung Andakasa.
Yang dimaksud Hyanging Tugu dalam Lontar Usana Bali dan Babad Kayu Selem itu adalah Dewa Brahma sebagai manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.
Pura Andakasa juga salah satu pura yang didirikan atas dasar konsepsi Sad Winayaka untuk memuja enam manifestasi Tuhan di Pura Sad Kahyangan. Memuja Tuhan di Pura Sad Kahyangan untuk memohon bimbingan Tuhan dalam melestarikan sad kertih membangun Bali agar tetap ajeg — umatnya sejahtera sekala-niskala. Membina tegaknya Sad Kertih itu menyangkut aspek spiritual yaitu atma Kertih. Yang menyangkut pelestarian alam ada tiga yaitu samudra kertih, wana kertih dan danu kertih yaitu pelestarian laut, hutan dan sumber-sumber mata air. Sedangkan untuk manusianya meliputi jagat kertih membangun sistem sosial yang tangguh dan jana kertih menyangkut pembangunan manusia individu yang utuh lahir batin.
Jadinya pemujaan Tuhan Yang Mahaesa dengan media pemujaan dalam wujud Pura Catur Loka Pala dan Sad Winayaka untuk membangun sistem religi yang aplikatif. Sistem religi berupaya agar pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa itu dapat berdaya guna untuk memberikan landasan moral dan mental.
Pura Andakasa dalam kesehariannya didukung oleh dua desa pakraman yaitu Desa Pakraman Antiga dan Gegelang. Menurut cerita rakyat di Antiga didapatkan penjelasan bahwa pada zaman dahulu di Desa Antiga ada tiga butir telur jatuh dari angkasa. Tiga telur tersebut didekati oleh masyarakat. Tiba-tiba telur itu meledak dan mengeluarkan asap. Asap itu berembus dari Desa Antiga menuju tiga arah. Ada yang ke barat daya, ke barat laut dan ke utara. Masyarakat Desa Antiga mendengar adanya sabda atau suara dari alam niskala. Sabda itu menyatakan bahwa asap yang mengarah ke barat daya desa adalah Batara Brahma. Sejak itu bukit itu bernama Andakasa sebagai tempat pemujaan Batara Brahma. Asap yang ke barat laut desa adalah Batara Wisnu menuju Bukit Cemeng didirikan Pura Puncaksari. Asap yang menuju ke utara desa adalah perwujudan Batara Siwa dipuja di Pura Jati. Tiga pura di tiga bukit itulah sebagai arah pemujaan umat di Desa Antiga dan Desa Gegelang.
Pemujaan Batara Brahma di Pura Andakasa ini dibangun di jejeran pelinggih di bagian timur dalam bentuk Padmasana. Di bagian jeroan atau pada areal bagian dalam Pura Andakasa di jejer timur ada empat padma. Yang paling utara adalah disebut Sanggar Agung, di sebelah selatannya ada pelinggih Meru Tumpang Telu. Di selatan meru tersebut ada padmasana sebagai pelinggih untuk memuja Dewa Brahma atau Hyanging Tugu. Di sebelah selatan pelinggih Batara Brahma ada juga dua padmasana untuk pelinggih Sapta Petala dan Anglurah Agung.
Upacara pujawali atau juga disebut piodalan di Pura Andakasa diselenggarakan dengan menggunakan sistem tahun wuku. Hari yang ditetapkan sejak zaman dahulu sebagai hari pujawali di Pura Andakasa adalah setiap hari Anggara Kliwon Wuku Medangsia. Di samping ada pujawali setiap 210 hari, juga diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon pada wuku Perangbakat, wuku Dukut dan wuku Kulantir.
Setiap pujawali di Pura Andakasa pada umumnya diadakan upacara melasti ke Segara Toya Betel di Desa Pengalon. Tujuan melasti ini adalah untuk lebih menguatkan dan memantapkan umat dalam menyerap vibrasi kesucian Ida Batara di Pura Andakasa. Tujuan utama melasti menurut Sundarigama adalah anganyutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana. Artinya mengatasi penderitaan rakyat, menghilangkan kekotoran (klesa) diri dan untuk menyucikan alam lingkungan dari pencemaran.
Pura Pengubengan - Besakih Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui…
Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru Avir Vai nama devata, rtena-aste parivrta, tasya rupena-ime vrksah, harita…
Arya Kenceng Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan…
Pura Pucak Bukit Sangkur Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur adalah ada Di Desa Pakraman Kembang…
Pura Luhur Besikalung Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan…
Pura Luhur Kubontingguh, Dukuh, Penebel, Tabanan Asal mula areal keberadaan pura yang disebut Banjar Bun…