15.1
śrī-bhagavān uvāca
ūrdhva-mūlam adhaḥ-śākham
aśvatthaḿ prāhur avyayām
chandāḿsi yasya parṇāni
yas taḿ veda sa veda-vit
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; ūrdhva-mūlam—dengan akar ke atas; adhaḥ—ke bawah; śākham—cabang-cabang; aśvattham—pohon beringin; prāhuḥ—dikatakan; avyayām—kekal; chandāḿsi—mantera-mantera Veda; yasya—dari pada itu;parṇāni—daun-daun; yaḥ—siapa pun yang; tam—itu; veda—mengalami; saḥ—dia; veda-vit—yang mengetahui Veda.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Dikatakan bahwa ada pohon beringin yang tidak dapat dimusnahkan yang akarnya ke atas dan cabangnya ke bawah, dan daun-daunnya adalah mantra-mantra Veda. Orang yang mengetahui tentang pohon ini mengetahui Veda.
Penjelasan
Setelah diskusi mengenai pentingnya bhakti-yoga, mungkin seseorang bertanya, Bagaimana tentang Veda?” Dijelaskan dalam bab ini bahwa tujuan mempelajari Veda ialah untuk mengerti tentang Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna, orang yang menekuni bhakti, sudah mengetahui Veda.
Ikatan dunia material di sini diumpamakan sebagai pohon beringin. Bagi orang yang menekuni kegiatan untuk membuahkan hasil, pohon beringin tersebut tiada habisnya. Ia mengembara dari cabang ke cabang, ke cabang yang lain, lalu ke cabang yang lain lagi. Pohon dunia material ini tiada habisnya, dan tidak mungkin orang yang terikat pada pohon tersebut mencapai pembebasan. Mantra-mantra Veda, yang dimaksud untuk mengangkat diri seseorang, disebut daun-daun pohon tersebut. Akar pohon tersebut tumbuh ke atas, sebab akar tersebut mulai dari tempat Brahma, planet tertinggi di alam semesta ini. Kalau seseorang dapat mengerti pohon khayalan yang tidak dapat dimusnahkan tersebut, ia dapat keluar dari pohon itu.
Proses membebaskan diri harus dimengerti. Dalam bab-bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa ada banyak proses yang memungkinkan seseorang keluar dari ikatan material. Sampai Bab Tiga belas, kita sudah melihat bahwa bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah cara terbaik. Sekarang, prinsip dasar bhakti adalah ketidakterikatan terhadap kegiatan material dan ikatan terhadap bhakti rohani kepada Tuhan. Proses memutuskan ikatan terhadap dunia material dibicarakan pada awal bab ini. Akar kehidupan material tumbuh di atas. Ini berarti bahwa akar tersebut mulai dari keseluruhan bahan material, dari planet tertinggi alam semesta. Mulai dari tempat itu, seluruh alam semesta terwujud, dengan begitu banyak cabangnya, yang merupakan berbagai susunan planet. Buah-buahan pada pohon itu adalah hasil kegiatan para makhluk hidup, yaitu, dharma, perkembangan ekonomi, kepuasan indera-indera dan pembebasan.
Di dunia ini, orang tidak mudah memahami sebatang pohon yang terletak dengan cabangnya ke bawah dan akarnya ke atas, tetapi pohon seperti itu betul-betul ada. Pohon seperti itu dapat ditemukan di tepi kolam air. Kita dapat melihat bahwa pohon di tepi kolam tercermin pada permukaan air dengan cabangnya ke bawah dan akarnya ke atas. Dengan kata lain, pohon dunia material adalah bayangan pohon yang sejati di dunia rohani. Bayangan dunia rohani tersebut tercermin pada keinginan, bagaikan bayangan sebatang pohon tercermin di atas permukaan air. Keinginan menyebabkan benda-benda terletak dalam cahaya material yang tercermin itu. Orang yang ingin keluar dari kehidupan material ini harus mengetahui pohon tersebut secara panjang lebar melalui studi analisis. Pada waktu itu ia dapat memutuskan hubungannya dengan pohon itu.
Pohon tersebut persis seperti pohon yang asli, sebab pohon tersebut adalah bayangan pohon yang sejati. Segala sesuatu ada di dunia rohani. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap Brahman sebagai akar pohon material tersebut, dan menurut filsafat Sāńkhya, prakṛti, purusa, tiga guna, kemudian lima unsur kasar (pancamaha bhuta), kemudian sepuluh indera (dasendriya), pikiran dan sebagainya berasal dari akar itu. Dengan cara demikian mereka membagi seluruh dunia material menjadi duapuluh empat unsur. Kalau Brahman adalah pusat segala manifestasi, maka dunia material adalah manifestasi dari pusat selebar sudut 180 derājā t, sedangkan 180 derājā t di baliknya merupakan dunia rohani. Dunia material adalah bayangan yang terputar balik. Karena itu, dunia rohani harus memiliki keanekawarnaan yang sama, tetapi dalam kesunyataan. Prakrti adalah tenaga luar dari Tuhan Yang Maha Esa, dan purusa adalah Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Kenyataan tersebut dijelaskan dalam Bhagavad-gita. Oleh karena manifestasi ini bersifat material, manifestasi ini bersifat sementara. Bayangan bersifat sementara karena kadang-kadang dilihat dan kadang-kadang tidak kelihatan. Tetapi sumber bayangan tersebut kekal. Bayangan material dari pohon yang sejati harus ditebang. Bilamana dikatakan bahwa seseorang mengetahui Veda, diduga bahwa ia mengetahui bagaimana cara memutuskan ikatan terhadap dunia material ini. Kalau seseorang mengetahui proses tersebut, ia sungguh-sungguh mengetahui Veda. Orang yang tertarik pada rumus-rumus ritual dari Veda tertarik pada daun-daun hijau yang indah pada pohon tersebut. Ia belum mengetahui tujuan Veda secara tepat. Tujuan Veda, sebagaimana diungkapkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, ialah menebang pohon yang dibayangkan tersebut dan mencapai pohon sejati di dunia rohani.
15.2
adhaś cordhvaḿ prasṛtās tasya śākhā
guṇa-pravṛddhā viṣaya-pravālāḥ
adhaś ca mūlāny anusantatāni
karmanubandhīni manuṣya-loke
adhaḥ—ke bawah; ca—dan; ūrdhvam—ke atas; prasṛtāḥ—diperluas; tasya—miliknya; śākhāḥ—cabang-cabang; guṇa—oleh sifat-sifat alam material; pravṛddhaḥ—dikembangkan; viṣaya—obyek-obyek indera; pravālāḥ—ranting-ranting; adhaḥ—ke bawah; ca—dan; mūlāni—akar; anusantatāni—diulurkan; karma—kepada pekerjaan; anubandhīni—diikat; manuṣya-loke—di dunia masyarakat manusia.
Terjemahan
Cabang-cabang pohon tersebut menjulur ke bawah dan ke atas, dipelihara oleh tiga sifat alam material. Ranting-ranting adalah obyek-obyek indera. Pohon tersebut juga mempunyai akar yang turun kebawah, dan akar-akar tersebut terikat pada perbuatan masyarakat manusia yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Penjelasan
Uraian pohon beringin dijelaskan lebih lanjut di sini. Cabang-cabang pohon tersebut tersebar ke segala penjuru. Pada bagian-bagian yang lebih rendah, terdapat berbagai manifestasi makhluk hidup—manusia, binatang, kuda, sapi, anjing, kucing, dan sebagainya. Makhluk-makhluk hidup tersebut terletak pada bagian-bagian bawah cabang-cabang pohon, sedangkan pada bagian atas terdapat bentuk-bentuk makhluk hidup yang lebih tinggi yaitu; para dewa, para Gandharva dan banyak jenis kehidupan lainnya yang lebih tinggi. Seperti halnya pohon dipelihara dengan air, begitu pula pohon tersebut dipelihara oleh tiga sifat alam material. Kadang-kadang kita menemukan sebidang tanah yang tidak subur karena kekurangan air, dan kadang-kadang ada tanah yang subur sekali; seperti itu pula, di tempat kadar jumlah sifat-sifat alam material tertentu lebih besar dibandingkan dengan sifat-sifat lainnya, berbagai jenis kehidupan terwujud sesuai dengan jumlah itu.
Ranting-ranting pohon adalah obyek-obyek indera. Dengan perkembangan berbagai sifat alam kita mengembangkan berbagai indera, dan dengan indera-indera itu kita menikmati berbagai jenis obyek indera. Ujung cabang-cabang adalah indera-indera—telinga, hidung, mata, dan sebagainya—yang terikat pada kenikmatan berbagai obyek indera. Ranting-ranting adalah suara, bentuk, rabaan, dan sebagainya—yaitu obyek-obyek indera. Ujungujung akar adalah ikatan dan rasa tidak senang, hasil sampingan dari berbagai jenis penderitaan dan kenikmatan indera. Kecenderungan-kecenderungan menuju sifat yang saleh dan sifat berdosa berkembang dari akar serabut, yang tersebar ke segala penjuru. Akar yang sejati berasal dari Brahmaloka, dan akar-akar lainnya terletak dalam susunan-susunan planet manusia. Sesudah seseorang menikmati hasil kegiatan saleh di susunan-susunan planet yang lebih tinggi, ia turun ke bumi ini dan memulai lagi karmanya, atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala supaya ia dapat naik tingkat. Planet manusia ini adalah lapangan kegiatan.
15.3-4
na rūpam asyeha tathopalabhyate
nānto na cādir na ca sampratiṣṭhā
aśvattham enaḿ su-virūḍha-mūlam
asańga-śastreṇa dṛḍhena chittvā
tataḥ padaḿ tat parimārgitavyaḿ
yasmin gatā na nivartanti bhūyaḥ
tam eva cādyaḿ puruṣaḿ prapadye
yataḥ pravṛttiḥ prasṛtā purāṇī
na—tidak; rūpam—bentuk; asya—dari pohon ini; iha—di dunia ini; tathā—juga; upalabhyate—dapat dilihat; na—tidak pernah; antaḥ—akhir; na—tidak pernah; ca—juga; ādiḥ—awal; na—tidak pernah; ca—juga; samprātiṣṭha—dasar; aśvattham—pohon beringin; enam—ini; su-virūḍha—secara kuat; mūlam—berakar;asańga-śastreṇa—dengan senjata ketidakterikatan; dṛḍhena—kuat; chittvā—memotong; tataḥ—sesudah itu; padam—keadaan; tat—itu; parimārgitavyam—harus dicari; yasmin—di mana; gataḥ—pergi; na—tidak pernah; nivartanti—mereka kembali; bhūyaḥ—lagi; tam—kepada Beliau; evā—pasti; ca—juga; ādyam—asli; puruṣam—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; prapadye—menyerahkan diri; yataḥ—dari siapa; pravṛttiḥ—awal; prasṛtā—tersebar; purāṇi—tua sekali.
Terjemahan
Bentuk sejati pohon tersebut tidak dapat dipahami di dunia ini. Tidak ada orang yang dapat mengerti di mana pohon itu berakhir, di mana pohon itu mulai, atau di mana dasar pohon itu. Tetapi dengan ketabahan hati orang harus menebang pohon itu yang mempunyai akar yang kuat dengan memakai senjata ketidakterikatan. Kemudian, ia harus mencari suatu tempat sehingga setelah mencapai tempat itu,ia tidak akan pernah kembali lagi. Di tempat itu, ia harus menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, asal mula segala sesuatu dan sumber perwujudan segala sesuatu sejak sebelum awal sejarah.
Penjelasan
Sekarang dinyatakan dengan jelas bahwa bentuk sejati pohon beringin tersebut tidak dapat dimengerti di dunia material ini. Oleh karena akar pohon tersebut ke atas, perluasan pohon yang sejati berada diujung lain. Kalau seseorang masih terikat di dalam perluasan material pohon tersebut, ia tidak dapat melihat luasnya pohon itu, dan tidak ada orang yang dapat melihat awal pohon itu. Namun orang harus mencari sebabnya. Saya anak ayah saya, ayah saya anak orang ini, dan seterusnya.” Kalau seseorang mencari-cari dengan cara seperti itu, akhirnya ia akan sampai kepada Brahma, yang diciptakan oleh Garbhodakakasayi Visnu. Akhirnya, apabila seseorang mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan cara tersebut, itulah penyelesaian pekerjaan riset. Orang harus mencari sumber pohon ini, yaitu Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, melalui hubungan dengan orang yang mempunyai pengetahuan tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa itu. Kemudian berangsur-angsur seseorang dibebaskan dari ikatan terhadap bayangan kesunyataan yang palsu ini melalui pengertian, dan dengan pengetahuan ia dapat memotong hubungan antara Diri-Nya dan bayangan itu dan sungguh-sungguh menjadi mantap di dalam pohon yang sejati.
Kata asańga penting sekali berhubungan dengan hal ini, sebab ikatan terhadap kenikmatan indera-indera dan keinginan untuk berkuasa atas alam material sangat kuat. Karena itu, orang harus mempelajari ketidakterikatan dengan mengadakan diskusi tentang ilmu pengetahuan rohani berdasarkan Kitab-kitab Suci yang dapat dipercaya, dan ia harus mendengar dari orang yang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan. Sebab hasil diskusi seperti itu dalam pergaulan dengan para penyembah, ia mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian hal pertama harus dilakukannya ialah menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang sudah mencapai tempat yang istimewa ia tidak pernah kembali ke dalam pohon palsu ini yang hanya merupakan bayangan yang dicerminkan. Uraian tentang tempat istimewa tersebut diberikan di sini. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, adalah akar asli, dan segala sesuatu berasal dari Beliau. Untuk mencapai berkat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa itu, orang hanya harus menyerahkan diri, dan inilah hasil pelaksanaan bhakti dengan cara mendengar, memuji, dan sebagainya. Krishna adalah sebab perluasan dunia material ini. Hal ini sudah dijelaskan oleh Krishna Sendiri: aham sarvasya prabhāvaḥ. Aku adalah sumber segala sesuatu.” Karena itu, orang harus menyerahkan diri kepada Krishna agar ia dapat ke luar dari ikatan pohon beringin kuat tersebut yang berupa kehidupan material. Begitu seseorang menyerahkan diri kepada Krishna, dengan sendirinya ia dibebaskan dari ikatan terhadap perluasan material tersebut.
15.5
nirmāna-mohā jita-sańga-doṣā
adhyātma-nityā vinivṛtta-kāmāḥ
dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saḿjñair
gacchanty amūḍhāḥ padam avyayāḿ tat
niḥ—tanpa; māna—kemasyhuran yang palsu; mohaḥ—khayalan; jita—setelah menaklukkan; sańga—dari pergaulan; doṣāḥ—kesalahan-kesalahan; adhyātma—dalam pengetahuan rohani; nityaḥ—dalam kekekalan; vinivṛtta—sudah melepaskan hubungan; kāmaḥ—dari nafsu; dvandvaiḥ—dari hal-hal yang relatif; vimuktaḥ—sudah mencapai pembebasan; sukhaduḥkha—suka dan duka; saḿjñaiḥ—disebut; gacchanti—mencapai; amūḍhāḥ—tidak bingung; padam—keadaan; avyayām—kekal; tat—itu.
Terjemahan
Orang yang bebas dari kemasyhuran palsu, khayalan dan pergaulan palsu, dan mengerti hal-hal yang kekal, sudah tidak mempunyai hubungan lagi dengan nafsu material, bebas dari hal-hal relatif berupa suka dan duka, tidak dibingungkan dan mengetahui bagaimana cara menyerahkan diri kepada Kepribadian Yang Paling Utama akan mencapai kerajaan yang kekal itu.
Penjelasan
Proses penyerahan diri diuraikan di sini dengan baik sekali. Kwalifikasi pertama ialah bahwa seharusnya seseorang jangan berkhayal karena rasa bangga. Oleh karena roh terikat bangga dengan menganggap dirinya penguasa alam material, sulit sekali ia menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang harus mengetahui melalui pengembangan pengetahuan yang sejati bahwa Diri-Nya bukan penguasa alam material; Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Yang Mahakuasa. Bila seseorang bebas dari khayalan yang disebabkan oleh rasa bangga, ia dapat memulai proses penyerahan diri. Tidak mungkin orang yang selalu mengharapkan sejenis penghormatan di dunia material ini menyerahkan diri kepada Kepribadian Yang Paling Utama. Rasa bangga disebabkan oleh khayalan, sebab walaupun seseorang datang ke sini, tinggal selama waktu yang singkat dan kemudian pergi, ia mempunyai paham yang bodoh seolah-olah Diri-Nya adalah penguasa dunia. Karena itu, segala sesuatu dijadikan rumit oleh orang itu, dan dia selalu berada dalam kesulitan. Seluruh dunia bergerak di bawah kesan tersebut. Orang menganggap tanah ini, bumi ini, adalah milik masyarakat manusia, dan mereka sudah membagi tanah itu di bawah kesan palsu seolah olah merekalah yang memilikinya. Seseorang harus bebas dari paham palsu yang menganggap masyarakat manusia adalah pemilik dunia ini. Bila seseorang sudah bebas dari paham palsu tersebut, ia bebas dari segala pergaulan palsu yang disebabkan oleh rasa kasih sayang terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa. Pergaulan yang kurang sempurna tersebut mengikat diri seseorang pada dunia material ini. Sesudah tingkat ini, ia harus mengembangkan pengetahuan rohani. Ia harus mengembangkan pengetahuan tentang apa yang sebenarnya milik Diri-Nya dan apa yang sebenarnya bukan milik Diri-Nya.Bila seseorang sudah mengerti hal-hal dengan sebenarnya, ia dibebaskan dari segala paham relatif seperti suka dan duka, rasa senang dan rasa sakit. Ia memiliki pengetahuan sepenuhnya. Pada waktu itu dimungkinkan ia menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
15.6
na tad bhāsayate sūryo
na śaśāńko na pāvakaḥ
yad gatvā na nivartante
tad dhāma paramaḿ mama
na—tidak; tat—itu; bhāsayate—menerangi; sūryaḥ—matahari; na—tidak juga; śaśāńkaḥ—bulan; na—tidak juga; pavakaḥ—api, listrik; yat—tempat; gatvā—pergi; na—tidak pernah; nivartante—mereka kembali lagi; tat dhamā—tempat tinggal itu; paramam—paling utama; mama—milik-Ku.
Terjemahan
Tempat tinggal-Ku yang paling utama itu tidak diterangi oleh matahari, bulan, api maupun listrik. Orang yang mencapai tempat tinggal itu tidak pernah kembali lagi ke dunia material ini.
Penjelasan
Dunia rohani, tempat tinggal Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna—yang terkenal sebagai Krishnaloka, Goloka Vrndavana—diuraikan di sini. Di dunia rohani sinar matahari, sinar bulan, api dan listrik tidak diperlukan, sebab semua planet bercahaya sendiri. Di dalam alam semesta ini hanya satu planet bercahaya sendiri, yaitu matahari. Tetapi semua planet di angkasa rohani bercahaya sendiri. Cahaya dari segala planet tersebut (planet-planet Vaikuntha) merupakan angkasa bercahaya yang bernama brahmajyoti. Sebenarnya, cahaya tersebut berasal dari planet Krishna, Goloka Vrndavana. Sebagian dari cahaya yang cerah tersebut ditutupi oleh mahat-tattva, atau dunia material. Selain itu, sebagian besar angkasa yang cemerlang itu penuh planet-planet rohani, yang disebut planet-planet Vaikuntha. Yang paling utama di antara planet-planet Vaikuntha adalah Goloka Vrndavana.
Selama makhluk hidup berada di dunia material yang gelap ini, ia berada dalam kehidupan terikat, tetapi begitu ia mencapai angkasa rohani dengan memotong pohon dunia material yang palsu dan terbalik, ia mencapai pembebasan. Pada waktu itu ia tidak mungkin kembali lagi ke sini. Dalam kehidupannya yang terikat, makhluk hidup menganggap Diri-Nya penguasa dunia material ini, tetapi dalam keadaannya sesudah mencapai pembebasan ia memasuki kerajaan rohani dan menjadi rekan Tuhan Yang Maha Esa. Di sana ia menikmati kebahagiaan yang kekal, kehidupan yang kekal dan pengetahuan yang sempurna.
Hendaknya orang merasa terpikat oleh keterangan tersebut, dan berhasrat memindahkan Diri-Nya ke dunia yang kekal itu dan membebaskan diri dari bayangan palsu kesunyataan ini. Orang yang terlalu terikat kepada dunia material ini sulit sekali memutuskan ikatan tersebut, tetapi kalau ia mulai mengikuti kesadaran Krishna, ada kemungkinan berangsur-angsur ia dibebaskan dari ikatan. Seseorang harus bergaul dengan para penyembah, orang yang sadar akan Krishna. Hendaknya seseorang mencari perkumpulan yang berdasarkan kesadaran Krishna dan mempelajari bagaimana cara melaksanakan bhakti. Dengan cara demikian, ia dapat memutuskan ikatannya terhadap dunia material. Seseorang tidak dapat menjadi bebas dari rasa tertarik kepada dunia material hanya dengan mengenakan kain berwarna kuning. Ia harus terikat pada bhakti kepada Tuhan. Karena itu, sebaiknya orang menerima dengan serius sekali bahwa bhakti sebagaimana diuraikan dalam Bab Dua belas adalah satu-satunya jalan keluar dari bayangan palsu ini dari pohon yang sejati. Dalam Bab Empat Belas, pencemaran segala jenis proses oleh alam material diuraikan. Hanya bhakti diuraikan sebagai sesuatu yang bersifat rohani murni.
Kata-kata paramam mama penting sekali di sini. Sebenarnya setiap pelosok adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, tetapi dunia rohani adalah paramam, penuh enam jenis kehebatan. Dalam Katha Upanisad (2.2.15) juga dibenarkan bahwa di dunia rohani sinar matahari, sinar bulan dan bintang-bintang tidak diperlukan (na tatra suryo bhati na candratarakam), sebab seluruh angkasa rohani diterangi oleh kekuatan dalam dari Tuhan Yang Maha Esa. Tempat tinggal yang paling utama itu dapat dicapai hanya dengan cara menyerahkan diri dan tidak dengan cara yang lain.
15.7
mamaivāḿśo jīva-loke
jīva-bhūtaḥ sanātanaḥ
manaḥ-ṣaṣṭhānīndriyāṇi
prakṛti-sthāni karṣati
mama—milik-Ku; evā—pasti; aḿśaḥ—butir percikan; jīva-loke—di dunia kehidupan yang terikat; jīva-bhūtaḥ—makhluk hidup yang terikat; sanātanāḥ—kekal; manaḥ—dengan pikiran; ṣaṣṭhāni—enam; indriyāṇi—indera;prakṛti—di alam material; sthāni—terletak; karṣati—berjuang dengan keras.
Terjemahan
Para makhluk hidup di dunia yang terikat ini adalah bagian-bagian percikan yang kekal dari Diri-Ku. Oleh karena kehidupan yang terikat, mereka berjuang dengan keras sekali melawan enam indera, termasuk pikiran.
Penjelasan
Dalam ayat ini, identitas makhluk hidup diberikan dengan jelas. Makhluk hidup adalah bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan—untuk selamanya. Tidak benar bahwa makhluk hidup mendapatkan individualitas dalam kehidupan yang terikat, lalu dalam keadaan pembebasan ia menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. Makhluk hidup adalah bagian percikan untuk selamanya. Dinyatakan dengan jelas, sanatanah. Menurut keterangan Veda, Tuhan Yang Maha Esa memperlihatkan dan mewujudkan Diri-Nya dalam penjelmaan-penjelmaan yang jumlahnya tidak terbilang, dan di antara penjelmaan-penjelmaan itu, penjelmaan-penjelmaan pertama disebut Visnutattva, sedangkan penjelmaan-penjelmaan kedua disebut para makhluk hidup. Dengan kata lain, Visnutattva adalah penjelmaan pribadi, sedangkan para makhluk hidup adalah penjelmaan-penjelmaan yang terpisah. Tuhan Yang Maha Esa berwujud dalam aneka bentuk, misalnya Sri Rāma, Nrsimhadeva, Visnumurti dan segala bentuk Tuhan Yang Maha Esa di planet-planet Vaikuntha, dengan penjelmaan pribadi-Nya. Para makhluk hidup, penjelmaan-penjelmaan terpisah, adalah hamba-hamba untuk selamanya. Penjelmaan-penjelmaan pribadi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yaitu identitas-identitas pribadi dari Tuhan Yang Maha Esa, selalu ada. Begitu pula, penjelmaan-penjelmaan yang dipisahkan, yaitu para makhluk hidup, mempunyai identitas masing-masing. Sebagai bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan, para makhluk hidup juga mempunyai bagian-bagian percikan dari sifat-sifat Beliau, dan kemerdekaan adalah salah satu diantara sifat-sifat percikan itu. Setiap makhluk hidup adalah roh yang individual, dan ia mempunyai individualitas pribadi dan bentuk kemerdekaan yang kecil. Dengan menyalahgunakan kemerdekaan itu, ia menjadi roh yang terikat, dan dengan menggunakan kemerdekaan itu dengan sebenarnya, ia selalu dibebaskan. Dalam kedua keadaan tersebut, makhluk hidup bersifat kekal, seperti Tuhan Yang Maha Esa yang kekal. Dalam keadaan pembebasan, ia dibebaskan dari keadaan material ini, dan ia tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan; dalam kehidupan yang terikat, ia dikuasai oleh sifat-sifat alam material, dan ia melupakan cinta-bhakti rohani kepada Tuhan. Sebagai akibatnya, ia harus berjuang dengan keras sekali untuk memelihara kehidupannya di dunia material.
Para makhluk hidup, bukan hanya manusia, kucing dan anjing, tetapi juga penguasa-penguasa besar yang mengendalikan dunia material yaitu, Brahma, Siva, dan juga Visnu—semua adalah bagian Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan. Semuanya kekal, bukan manifestasi-manifestasi sementara. Kata karsati (berjuang atau berusaha keras untuk memegang) sangat bermakna. Roh yang terikat diikat, seolah-olah dibelenggu dengan rantai besi. Ia diikat oleh keakuan palsu, dan pikiran adalah unsur pertama yang mendorong Diri-Nya dalam kehidupan material ini. Apabila pikiran sang roh berada dalam sifat kebaikan, maka kegiatannya baik; apabila pikiran sang roh berada dalam sifat nafsu, kegiatannya menyulitkan; dan apabila pikiran berada dalam sifat kebodohan, dia berjalan dalam jenis-jenis kehidupan yang lebih rendah. Akan tetapi dalam ayat ini, jelas bahwa roh yang terikat ditutupi oleh badan jasmani, pikiran dan indera-indera, dan apabila ia mencapai pembebasan, maka penutup material ini hilang, tetapi badan rohaninya berwujud dalam kedudukan pribadinya. Keterangan berikut tercantum dalam Madhyandinayanasruti: sa va esa brahmaṇiṣṭhā idam śārīram martyam atis‚jya brahmabhisampadya brahmaṇā paśyati brahmaṇāśṛṇoti brahmaṇāivedam sarvam anubhavati. Dalam ayat tersebut, dinyatakan bahwa apabila makhluk hidup meninggalkan badan jasmaninya dan memasuki dunia rohani, ia menghidupkan kembali badan rohaninya, dan di dalam badan rohani itu, ia dapat melihat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan bertemu muka dengan Beliau. Ia dapat mendengar, bicara dan bertemu muka dengan Beliau, dan ia dapat mengerti tentang Kepribadian Yang Paling Utama menurut aslinya. Dari smrti juga dimengerti, vasanti yatra puruṣaḥ sarve vaikunthamurtayah: Di planet-planet rohani, semua insan hidup didalam badan-badan yang mempunyai ciri seperti badan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai susunan badan, tidak ada perbedaan antara para makhluk hidup sebagai bagian yang mempunyai sifat yang sama dan para penjelmaan Visnu-murti. Dengan kata lain, pada saat pembebasan, makhluk hidup mendapat badan rohani atas berkat karunia Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Kata mamaivamsah (bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan) juga bermakna sekali. Bagian percikan Tuhan Yang Maha Esa bukan seperti bagian pecahan yang bersifat material. Kita sudah mengerti dari Bab Dua bahwa sang roh tidak dapat dipotong menjadi bagian-bagian. Percikan tersebut tidak dimengerti secara material. Sang roh bukan seperti unsur alam yang dapat dipotong menjadi bagian-bagian lalu disambung kembali. Paham itu sama sekali tidak dapat digunakan di sini, sebab kata Sansekerta sanatana (kekal) digunakan. Bagian percikan tersebut adalah kekal. Pada awal Bab Dua juga dinyatakan: Bahwa dalam setiap badan individual, bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa juga ada (dehino `smin yatha dehe). Apabila bagian percikan itu mencapai pembebasan dari kurungan badan jasmani, ia menghidupkan kembali badan rohaninya yang asli di angkasa rohani di suatu planet rohani dan menikmati hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, dimengerti di sini bahwa makhluk hidup sebagai bagian dari percikan Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan juga mempunyai persatuan sifat, seperti halnya butir emas yang mempunyai sifat sama seperti emas adalah emas juga.
15.8
śarīraḿ yad avāpnoti
yac cāpy utkrāmatīśvaraḥ
gṛhītvaitāni saḿyāti
vāyur gandhān ivāśayāt
śārīram—badan; yat—sebagai; avāpnoti—memperoleh; yat—sebagai; ca api—juga; utkrāmati—meninggalkan; īśvaraḥ—penguasa; gṛhītvā—mengambil; etāni—semua ini; saḿyāti—pergi; vāyuḥ—udara; gandhān—berbagai macam bau; ivā—seperti; āśayāt—sumbernya.
Terjemahan
Makhluk hidup di dunia material membawa berbagai paham hidupnya dari satu badan ke badan yang lain seperti udara membawa berbagai bau. Dengan cara demikian ia menerima jenis badan tertentu, lalu sekali lagi meninggalkan badan itu untuk menerima badan lain.
Penjelasan
Di sini makhluk hidup diuraikan sebagai Isvara, atau yang mengendalikan badannya sendiri. Kalau makhluk hidup menginginkan demikian, ia dapat menggantikan badannya sampai tingkat yang lebih tinggi, dan kalau ia menginginkan, ia dapat pindah ke golongan yang lebih rendah. Ada kebebasan yang kecil sekali. Penggantian badan makhluk hidup tergantung pada makhluk hidup sendiri. Pada saat meninggal, kesadaran yang telah diciptakannya akan membawa Diri-Nya ke dalam jenis badan berikutnya. Kalau ia telah menjadikan kesadarannya seperti kesadaran kucing atau anjing, pasti ia akan menggantikan badannya menjadi badan kucing atau anjing. Kalau ia sudah memusatkan kesadarannya kepada sifat-sifat suci, ia akan menggantikan badannya mengambil bentuk sebagai dewa. Kalau ia sadar akan Krishna, ia akan dipindahkan ke Krishnaloka di dunia rohani dan ia akan bergaul dengan Krishna. Tidak benar bahwa sesudah badan dileburkan segala sesuatu sudah berakhir. Roh yang individual berpindah-pindah dari badan yang satu ke dalam badan yang lain, dan badan yang dimilikinya sekarang serta kegiatannya sekarang adalah latar belakang badan berikutnya. Seseorang mendapat badan yang berbeda menurut karmanya, dan ia harus meninggalkan badan ini sesudah beberapa waktu. Dinyatakan di sini bahwa badan halus, yang membawa paham badan berikutnya, mengembangkan badan lain dalam penjelmaan berikutnya. Proses perpindahan dari badan yang satu ke dalam badan lain dan perjuangan selama berada di dalam badan disebut karsati, atau perjuangan untuk hidup.
15.9
śrotraḿ cakṣuḥ sparśanaḿ ca
rasanaḿ ghrāṇam eva ca
adhiṣṭhāya manaś cāyaḿ
viṣayān upasevate
śrotram—telinga; cakṣuḥ—mata; sparśanam—peraba; ca—juga; rāsanam—lidah; ghrāṇam—daya mencium; evā—juga; ca—dan; adhiṣṭhāya—terletak di dalam; manaḥ—pikiran; ca—juga; ayam—dia; viṣayān—obyek-obyek indera; upasevate—menikmati.
Terjemahan
Makhluk hidup, yang menerima badan kasar lain lagi dengan cara seperti itu, memperoleh jenis telinga, mata, lidah, hidung dan peraba tertentu tersusun di sekitar pikiran. Dengan demikian, ia menikmati pasangan obyek-obyek indera tertentu.
Penjelasan
Dengan kata lain, kalau makhluk hidup mencemari kesadarannya dengan sifat-sifat kucing dan anjing, maka dalam penjelmaan berikutnya ia memperoleh badan sebagai kucing atau anjing dan ia menikmati. Semula kesadaran bersifat murni, seperti air. Tetapi kalau kita mencampur air dengan warna tertentu, air itu berubah. Begitu pula, kesadaran bersifat murni, sebab sang roh adalah murni. Tetapi kesadaran diubah menurut pergaulan dengan sifat-sifat alam material. Kesadaran sejati adalah kesadaran Krishna, Karena itu, apabila seseorang mantap dalam kesadaran Krishna, kehidupannya murni. Tetapi kalau kesadarannya dicemari dengan jenis sikap mental material tertentu, dalam penjelmaan berikutnya ia memperoleh badan sesuai dengan kesadaran itu. Belum tentu ia akan mendapat badan manusia lagi. Ia dapat memperoleh badan sebagai kucing, anjing, babi, dewa atau salah satu di antara banyak bentuk lainnya, sebab ada 8.400.000 jenis kehidupan.
15.10
utkrāmantaḿ sthitaḿ vāpi
bhuñjānaḿ vā guṇānvitam
vimūḍhā nānupaśyanti
paśyanti jñāna-cakṣuṣaḥ
utkrāmantam—meninggalkan badan; sthitam—berada di dalam badan; vā api—atau; bhuñjānam—menikmati; vā—atau; guṇa-anvitam—di bawah pesona sifat-sifat alam material; vimūḍhaḥ—orang bodoh; na—tidak pernah; anupaśyānti—dapat melihat; paśyānti—dapat melihat; jñāna-cakṣuṣaḥ—orang yang mempunyai mata pengetahuan.
Terjemahan
Orang bodoh tidak dapat mengerti bagaimana makhluk hidup dapat meninggalkan badannya, dan mereka tidak dapat mengerti jenis badan mana yang dinikmatinya di bawah pesona sifat-sifat alam. Tetapi orang yang matanya sudah terlatih dalam pengetahuan dapat melihat segala hal tersebut.
Penjelasan
Kata jñānacaksusah sangat bermakna. Tanpa pengetahuan, seseorang tidak dapat mengerti bagaimana makhluk hidup meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang, maupun bentuk badan mana yang akan diterimanya dalam penjelmaan yang akan datang, ataupun mengapa ia hidup dalam jenis badan tertentu. Mengerti tentang hal-hal tersebut memerlukan banyak pengetahuan yang dipahami dari Bhagavad-gita dan kesusasteraan yang serupa yang didengar dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Orang yang terlatih untuk memahami segala hal tersebut beruntung. Setiap makhluk hidup meninggalkan badannya dalam keadaan tertentu, ia hidup dalam keadaan tertentu, dan ia menikmati dalam keadaan tertentu di bawah pesona alam material. Sebagai akibatnya, ia menderita berbagai jenis suka dan duka, di bawah khayalan kenikmatan indera-indera. Orang yang di bodohkan untuk selamanya oleh nafsu dan keinginan kehilangan segala daya untuk mengerti penggantian badannya serta masa hidupnya dalam badan tertentu. Mereka tidak dapat memahami hal-hal itu. Akan tetapi, orang yang sudah mengembangkan pengetahuan rohani dapat melihat bahwa sang roh berbeda dari badan dan sang roh menggantikan badannya dan menikmati dengan berbagai cara. Orang yang memiliki pengetahuan seperti itu dapat mengerti bagaimana makhluk hidup yang terikat menderita dalam kehidupan material ini. Karena itu, orang yang sudah berkembang sampai tingkat tinggi dalam kesadaran Krishna berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan pengetahuan ini kepada rakyat umum, sebab kehidupan terikat rakyat umum penuh kesulitan. Sebaiknya mereka keluar dari kesulitan itu, menjadi sadar akan Krishna dan membebaskan diri untuk berpindah ke dunia rohani.
15.11
yatanto yoginaś cainaḿ
paśyanty ātmany avasthitam
yatanto ‘py akṛtātmāno
nainaḿ paśyanty acetasāḥ
yatantaḥ—berusaha; yoginaḥ—rohaniwan rohaniwan; ca—juga; enam—ini; paśyānti—dapat melihat; ātmani—di dalam sang diri; avasthitam—mantap; yatantaḥ—berusaha; api—walaupun; akṛta-ātmanāḥ—orang yang tidak insaf akan diri; na—tidak; enam—ini; paśyānti—melihat; acetasāḥ—memiliki pikiran yang belum berkembang.
Terjemahan
Para rohaniwan yang sedang berusaha, yang mantap dalam keinsafan diri, dapat melihat segala hal tersebut dengan jelas. Tetapi orang yang pikirannya belum berkembang dan belum mantap dalam keinsafan diri tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi, meskipun mereka berusaha melihat.
Penjelasan
Ada banyak rohaniwan yang menempuh jalan keinsafan diri, tetapi orang yang belum mantap dalam keinsafan diri tidak dapat melihat bagaimana hal-hal berubah di dalam badan makhluk hidup. Kata yoginah bermakna berhubungan dengan hal ini. Dewasa ini ada banyak orang yang hanya namanya saja yogi dan banyak organisasi yang hanya namanya saja perkumpulan yogi, tetapi mereka sebenarnya buta dalam hal keinsafan diri. Mereka hanya kecanduan sejenis senam olahraga dan mereka puas kalau badan gemuk dan sehat. Mereka tidak memiliki keterangan lain lagi. Mereka disebut yatanto `py akṛta tmanaḥ. Walaupun mereka sedang berusaha dalam apa yang disebut sistem yoga, mereka belum insaf akan diri. Orang seperti itu tidak dapat mengerti proses perpindahan sang roh. Hanya orang yang sungguh-sungguh mantap dalam sistem yoga dan sudah menginsafi sang diri, dunia, dan Tuhan Yang Maha Esa—dengan kata lain, para bhakti-yoga, orang yang menekuni bhakti yang murni dalam kesadaran Krishna—dapat mengerti bagaimana hal-hal sedang terjadi.
15.12
yad āditya-gataḿ tejo
jagad bhāsayate ‘khilam
yac candramasi yac cāgnau
tat tejo viddhi māmakam
yat—itu yang; āditya-gatam—dalam sinar matahari; tejaḥ—kemuliaan; jagat—seluruh dunia; bhāsayate—menerangi; akhilam—secara keseluruhan; yat—itu yang; candramasi—di dalam bulan; yat—itu yang; ca—juga; agnau—di dalam api; tat—itu; tejaḥ—kemuliaan; viddhi—mengerti; māmakam—dari-Ku.
Terjemahan
Kemuliaan matahari, yang menghilangkan kegelapan seluruh dunia ini, berasal dari-Ku. Kemuliaan bulan dan kemuliaan api juga berasal dari-Ku.
Penjelasan
Orang yang kurang cerdas tidak dapat mengerti bagaimana hal-hal sedang terjadi. Tetapi seseorang dapat menjadi mantap dalam pengetahuan dengan cara mengerti apa yang dijelaskan oleh Tuhan Yang Maha Esa di sini. Semua orang melihat matahari, bulan, api dan listrik. Sebaiknya orang hanya berusaha mengerti bahwa kemuliaan matahari, bulan, dan kemuliaan listrik atau api berasal dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kemajuan pesat bagi roh yang terikat di dunia material ini terletak dalam paham hidup seperti itu, yakni awal kesadaran Krishna. Pada hakekatnya para makhluk hidup adalah bagian-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan, dan di sini Krishna mengemukakan isyarat bagaimana cara para makhluk hidup dapat pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dari ayat ini kita dapat mengerti bahwa matahari menerangi seluruh tatasurya. Ada berbagai alam semesta dan tata surya dan ada berbagai matahari, bulan, dan planet, tetapi di dalam setiap alam semesta matahari hanya satu. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (10.21), bulan adalah salah satu bintang (nakṣatrāṇām aham sasi). Sinar matahari disebabkan oleh cahaya rohani Tuhan Yang Maha Esa di angkasa rohani. Kegiatan manusia digerakkan dengan terbitnya matahari. Mereka menyalakan api untuk memasak makanan, untuk mulai kerja di pabrik, dan sebagainya. Banyak kegiatan yang dilakukan dengan bantuan api. Karena itu, terbitnya matahari, api dan sinar bulan sangat menyenangkan para makhluk hidup. Tanpa bantuan sumber-sumber cahaya itu, tidak satu makhluk pun dapat hidup. Karena itu, kalau seseorang dapat mengerti bahwa cahaya dan kemuliaan matahari, bulan dan api berasal dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, maka kesadaran Krishna akan mulai di dalam hati orang. Semua sayur-sayuran dipelihara oleh sinar bulan. Sinar bulan sangat menyenangkan sehingga orang dapat mengerti dengan mudah bahwa mereka hidup atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Tanpa karunia Krishna, tidak mungkin ada matahari, tanpa karunia Krishna tidak mungkin ada bulan, dan tanpa karunia Krishna tidak ada api, dan tanpa bantuan dari matahari, bulan dan api, tidak seorang pun dapat hidup. Ini beberapa buah pikiran untuk membangkitkan kesadaran Krishna di dalam hati roh yang terikat.
15.13
gām āviśya ca bhūtāni
dhārayāmy aham ojasā
puṣṇāmi cauṣadhīḥ sarvāḥ
somo bhūtvā rasātmakaḥ
gām—planet-planet; āviśya—memasuki; ca—juga; bhūtāni—para makhluk hidup; dhārayāmi—memelihara; aham—Aku; ojasā—oleh tenaga-Ku; puṣṇāmi—memelihara; ca—dan; auṣadhīḥ—sayur-sayuran; sarvaḥ—semua; somaḥ—bulan; bhūtvā—menjadi; rasa-ātmakaḥ—menyediakan sari.
Terjemahan
Aku masuk ke dalam setiap planet, dan planet-planet itu tetap melintasi garis edarnya atas tenaga-Ku. Aku menjadi bulan dan dengan demikian menyediakan sari hidup kepada semua sayur.
Penjelasan
Dipahami bahwa semua planet berputar di udara hanya atas tenaga Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan masuk ke dalam setiap atom, setiap planet, dan setiap makhluk hidup. Itu dibicarakan dalam Brahma-samhita. Dalam Brahma-samhita dinyatakan bahwa salah satu bagian yang berkuasa penuh dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bernama Paramatma, masuk ke dalam setiap planet, alam semesta, makhluk hidup, bahkan ke dalam setiap atom. Karena itu, oleh karena Beliau sudah masuk, segala sesuatu terwujud sebagai mana mestinya. Selama sang roh masih ada, manusia yang masih hidup dapat mengapung pada permukaan air, tetapi apabila bunga api yang hidup keluar dari badan dan badan itu sudah mati, badan itu tenggelam. Tentu saja kalau badan sudah busuk, mayat itu terapung seperti jerami dan benda-benda lainnya, tetapi pada saat orang meninggal, badannya segera tenggelam di air. Begitu pula, semua planet terapung di antariksa, dan ini disebabkan oleh tenaga yang paling utama dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang masuk ke dalam planet-planet itu. Tenaga Tuhan Yang Maha Esa memelihara semua planet, seperti segenggam debu. Kalau seseorang memegang segenggam debu, tidak mungkin debu itu jatuh, tetapi ia melemparkan debu itu ke udara, maka debu itu akan jatuh. Begitu pula, semua planet ini yang melayang di udara sebenarnya di pegang dalam tangan bentuk semesta Tuhan Yang Maha Esa. Semua benda, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, tetap ditempatnya karena kekuatan dan tenaga Tuhan Yang Maha Esa. Dalam mantra-mantra Veda dinyatakan bahwa matahari bersinar dan planet-planet bergerak secara teratur karena Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau tidak ada Beliau, semua planet akan berantakan, bagaikan debu di udara, lalu musnah. Begitu pula oleh karena Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bulan memberi gizi kepada semua jenis sayur-sayuran. Oleh karena pengaruh bulan, sayur menjadi lezat. Tanpa sinar bulan, sayur-sayuran tidak dapat tumbuh dan rasanya tidak enak. Masyarakat manusia bekerja hidup secara nyaman dan menikmati makanan karena persediaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kalau tidak demikian, manusia tidak dapat hidup. Kata rasatmakah bermakna sekali. Segala sesuatu menjadi lezat karena kekuatan Tuhan Yang Maha Esa melalui pengaruh bulan.
15.14
ahaḿ vaiśvānaro bhūtvā
prāṇināḿ deham āśritaḥ
prāṇāpāna-samāyuktaḥ
pacāmy annaḿ catur-vidham
aham—Aku; vaiśvānaraḥ—bagian yang berkuasa penuh dari Diri-Ku sebagai api pencerna; bhūtvā—menjadi; prāṇinām—di antara semua makhluk hidup; deham—di dalam badan-badan; aśritāh—terletak; prāṇa—udara yang keluar; apāna—udara yang turun; samāyuktaḥ—memelihara keseimbangan; pacāmi—Aku mencerna; annam—makanan; catuḥ-vidham—empat jenis.
Terjemahan
Aku adalah api pencerna di dalam badan-badan semua makhluk hidup, dan Aku bergabung dengan udara kehidupan, yang keluar dan masuk, untuk mencernakan empat jenis makanan.
Penjelasan
Menurut śastra Ayur Veda, kita mengerti bahwa ada api didalam perut yang mencerna semua makanan yang di kirim ke perut. Bila api tersebut tidak menyala, tidak ada rasa lapar, dan bila menyala sebagaimana mestinya, kita merasa lapar. Kadang-kadang kalau api tersebut tidak menyala dengan baik, pengobatan dibutuhkan. Bagaimanapun, api tersebut adalah lambang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mantra-mantra Veda (Brhad-aranyaka Upanisad 5.9.1) juga membenarkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa atau Brahman berada di dalam perut dalam bentuk api dan Beliau mencernakan segala jenis makanan (ayam agnir vaisvanaro yo ‘yam antaḥ puruse yenedam annam pacyate). Dari itu, oleh karena Beliau membantu pencernaan segala jenis makanan, makhluk hidup tidak bebas dalam proses makan. Kalau Tuhan Yang Maha Esa tidak menolong makhluk hidup mencernakan makanan, tidak mungkin ia makan. Dengan cara seperti itu Tuhan Yang Maha Esa menghasilkan dan mencernakan makanan, dan atas karunia Beliau kita menikmati kehidupan. Dalam Vedanta-sutra (1.2.27) kenyataan ini juga dibenarkan. sabdadibhyo ‘ntah pratisthanac ca: Tuhan Yang Maha Esa berada di dalam suara dan badan, di dalam udara dan bahkan di dalam perut sekalipun sebagai kekuatan yang mencerna. Ada empat jenis makanan—ada yang ditelan atau diminum, ada yang dikunyah, ada yang dijilat dan yang diisap—dan Beliau adalah kekuatan pencerna semuanya.
15.15
sarvasya cāhaḿ hṛdi sanniviṣṭo
mattaḥ smṛtir jñānam apohanaḿ ca
vedaiś ca sarvair aham eva vedyo
vedānta-kṛd veda-vid eva cāham
sarvasya—milik semua makhluk hidup; ca—dan; aham—Aku; hṛdi—di dalam hati (jantung); sanniviṣṭaḥ—terletak; mattaḥ—dari-Ku; smṛtiḥ—ingatan; jñānam—pengetahuan; apohanam—pelupaan; ca—dan; vedaiḥ—oleh Veda; ca—juga; sarvaiḥ—semua; aham—Aku adalah; evā—pasti; vedyaḥ—yang dapat diketahui; vedānta-kṛt—penyusun Vedanta; veda-vit—yang mengetahui Veda; evā—pasti; ca—dan; aham—Aku.
Terjemahan
Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedanta, dan Akulah yang mengetahui Veda.
Penjelasan
Tuhan Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Paramatma, dan segala kegiatan diprakarsai oleh Beliau. Para makhluk hidup lupa akan segala sesuatu dari penjelmaannya yang lalu, tetapi dia harus bertindak menurut perintah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang menyaksikan segala pekerjaan makhluk hidup. Karena itu, makhluk hidup memulai pekerjaannya menurut perbuatannya dari dahulu. Pengetahuan dan ingatan yang dibutuhkan diberikan kepada makhluk hidup, dan ia juga melupakan penjelmaannya yang lalu. Jadi, Tuhan tidak hanya berada di mana-mana; Beliau juga berada di tempat-tempat khusus, yaitu di dalam hati setiap makhluk hidup. Tuhan menganugerahkan berbagai hasil atau pahala. Tuhan tidak hanya patut disembah sebagai Brahman yang tidak berbentuk pribadi, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Paramatma yang barada di tempat-tempat khusus, tetapi juga dalam bentuk penjelmaan-Nya sebagai Veda. Veda memberikan pengarahan yang benar kepada manusia supaya kehidupannya dapat dibentukkan dengan cara yang sebenarnya hingga dapat pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Veda memberikan pengetahuan tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, dan Krishna dalam penjelmaan-Nya sebagai Vyasadeva adalah penyusun Vedanta-sutra. Penjelasan Vedanta-sutra oleh Vyasadeva dalam Srimad-Bhagavatam memberikan pengertian yang sebenarnya tentang Vedanta-sutra. Tuhan Yang Maha Esa begitu penuh kehebatan sehingga untuk menyelamatkan roh yang terikat, Beliau menyediakan dan mencernakan makanan, menyaksikan kegiatan makhluk hidup, memberikan pengetahuan dalam bentuk Veda dan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, Beliau mengajarkan Bhagavad-gita. Krishna patut disembah oleh roh yang terikat. Karena itu Tuhan adalah Maha Pengasih; Tuhan adalah Yang Mahakarunia.
Antaḥ prāviṣṭaḥ sasta janānām. Pada saat makhluk hidup meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang, dia lupa akan segala sesuatu; tetapi makhluk hidup memulai pekerjaannya lagi, karena ia digerakkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun ia lupa, Tuhan memberikan kecerdasan untuk memulai pekerjaannya dari tingkat yang telah dicapainya pada saat ia berhenti dalam penjelmaannya yang lalu. Makhluk hidup tidak hanya menikmati atau menderita di dunia ini menurut perintah dari Tuhan Yang Maha Esa yang bersemayam di dalam hatinya, tetapi juga mendapat kesempatan untuk mengerti Veda dari Beliau. Kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mengerti pengetahuan Veda, maka Krishna memberikan kecerdasan yang dibutuhkan. Mengapa Krishna menyampaikan pengetahuan Veda untuk di mengerti? Karena makhluk hidup sendiri perlu mengerti tentang Krishna. Ini dibenarkan dalam kesusasteraan Veda: yo ‘sau sarvair vedair giyate. Dalam segala kesusasteraan Veda, mulai dari empat Veda, Vedanta-sutra, Upanisad-upanisad dan Purana-purana, kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dipuji. Dengan melakukan ritual-ritual Veda membicarakan filsafat Veda dan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti, orang mencapai kepada Beliau. Karena itu, maksud Veda ialah untuk mengerti tentang Krishna. Veda memberikan petunjuk kepada kita untuk mengerti Krishna dan mengenai proses menginsafi Krishna. Tujuan utamanya ialah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Ini dibenarkan dalam Vedanta-sutra (1.1.4) sebagai berikut: tat tu saman vayat. Orang dapat mencapai kesempurnaan dalam tiga tahap. Dengan cara mengerti kesusasteraan Veda, orang dapat mengerti hubungan Diri-Nya dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dengan melaksanakan berbagai proses orang dapat mendekati Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan akhirnya ia dapat mencapai tujuan yang paling utama, yang tidak lain dari pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ayat ini, maksud Veda, pengertian Veda, dan tujuan Veda didefinisikan dengan jelas.
15.16
dvāv imau puruṣau loke
kṣaraś cākṣara eva ca
kṣaraḥ sarvāṇi bhūtāni
kūṭa-stho ‘kṣara ucyate
dvau—dua; imau—yang ini; puruṣau—para makhluk hidup; loke—di dunia; kṣaraḥ—dapat gagal; ca—dan; akṣaraḥ—tidak pernah gagal; evā—pasti; ca—dan; kṣaraḥ—dapat gagal; sarvāni—semua; bhūtāni—para makhluk hidup; kūṭa-sthaḥ—dalam persatuan; akṣaraḥ—tidak pernah gagal; ucyate—dikatakan.
Terjemahan
Ada dua golongan makhluk hidup, yaitu yang dapat gagal dan yang tidak. Di dunia material semua makhluk hidup dapat gagal, dan di dunia rohani setiap makhluk hidup tidak pernah gagal.
Penjelasan
Sebagaimana sudah dijelaskan, Tuhan Yang Maha Esa dalam penjelmaan-Nya sebagai Vyasadeva penyusun Vedanta-sutra. Di sini Tuhan Yang Maha Esa sedang menguraikan isi Vedanta-sutra sebagai ringkasan. Beliau menyatakan bahwa para makhluk hidup yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dapat dibagi menjadi dua golongan—yang dapat gagal dan yang tidak pernah gagal. Para makhluk hidup adalah bagian-bagian dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Beliau untuk selamanya. Bila makhluk hidup berhubungan dengan dunia material, mereka disebut jivabhuta. Kata-kata Sansekerta yang dikemukakan di sini, kṣaraḥ sarvāni bhūtāni, berarti para makhluk hidup dapat gagal. Akan tetapi, dinyatakan bahwa mereka yang berada dalam persatuan sifat dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah gagal. Persatuan tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki individualitas, itu berarti bahwa tidak ada perpecahan persatuan. Semuanya selaras dengan tujuan ciptaan. Tentu saja, di dunia rohani tidak ada ciptaan, tetapi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah sumber segala perwujudan, sebagaimana dinyatakan dalam Vedanta-sutra, paham itu dijelaskan. Menurut pernyataan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, ada dua golongan makhluk hidup. Veda membuktikan kenyataan ini. Karena itu, kenyataan ini tidak dapat diragukan. Para makhluk hidup yang berjuang di dunia ini dengan pikiran dan indera-indera mempunyai badan-badan jasmani yang berubah. Selama makhluk hidup terikat, badannya berubah karena hubungan dengan alam: Alam berubah, karena itu tampaknya makhluk hidup juga berubah. Tetapi di dunia rohani badan tidak terbuat dari unsur-unsur alam; karena itu, tidak ada perubahan. Di dunia material makhluk hidup mengalami enam jenis perubahan—kelahiran, pertumbuhan, tahan selama beberapa waktu, berketurunan, kemudian merosot dan akhirnya lenyap. Inilah perubahan yang dialami badan jasmani. Tetapi di dunia rohani badan tidak berubah; tidak ada usia tua, kelahiran, dan tidak ada kematian. Di sana segala sesuatu berada dalam kesatuan. Ksarah sarvāni bhūtāni: Makhluk hidup manapun yang sudah berhubungan dengan alam, mulai dari makhluk pertama yang diciptakan, yaitu Brahma, sampai dengan semut yang kecil, menggantikan badannya. Karena itu mereka semua dapat gagal. Akan tetapi, di dunia rohani, para makhluk hidup selalu mencapai pembebasan dalam kesatuan.
15.17
uttamaḥ puruṣas tv anyaḥ
paramātmety udāhṛtaḥ
yo loka-trayam āviśya
bibharty avyayā īśvaraḥ
uttamaḥ—yang paling baik; puruṣaḥ—kepribadian; tu—tetapi; anyaḥ—lain; parama—Yang Mahatinggi; ātmā—diri; iti—demikian; udāhṛtaḥ—dikatakan; yaḥ—yang; loka—tentang alam semesta; trayam—tiga bagian; āviśya—masuk; bibharti—memelihara; avyayāḥ—tidak dapat dimusnahkan; īśvaraḥ—Tuhan.
Terjemahan
Di samping dua golongan tersebut, ada Kepribadian Yang Paling Utama yang hidup, yaitu Roh Yang Paling Utama, Tuhan Yang Maha Esa Sendiri yang tidak dapat dimusnahkan, yang sudah memasuki tiga dunia dan sedang memeliharanya.
Penjelasan
Maksud ayat ini diungkapkan dengan baik sekali dalam Katha Upanisad (2.2.13) dan svetasvatara Upanisad (6.13). Dinyatakan dalam dua Upanisad tersebut bahwa Kepribadian Yang Paling Utama Paramatma, berada di atas para makhluk hidup yang jumlahnya tidak dapat dihitung, sedangkan sebagian di antara para makhluk hidup terikat dan sebagian diantaranya sudah mencapai pembebasan. Ayat Upanisad berbunyi sebagai berikut: nityo nityanam cetanas cetanānām. Arti ayat tersebut ialah bahwa di antara semua insan hidup, baik yang terikat maupun yang sudah mencapai pembebasan, ada satu kepribadian hidup yang paling utama yaitu Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang memelihara semua makhluk hidup dan memberi segala fasilitas kenikmatan kepada mereka menurut berbagai pekerjaan. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tersebut bersemayam didalam hati semua orang sebagai Paramatma. Orang bijaksana yang dapat mengerti Beliau memenuhi syarat untuk mencapai kedamaian yang sempurna, sedangkan orang lain belum memenuhi syarat.
15.18
yasmāt kṣaram atīto ‘ham
akṣarād api cottamaḥ
ato ‘smi loke vede ca
prathitaḥ puruṣottamaḥ
yasmāt—karena; kṣaram—kepada yang dapat gagal; atītaḥ—rohani; aham—Aku adalah; akṣarāt—di luar yang dapat gagal; api—juga; ca—dan; uttamaḥ—yang paling baik; ataḥ—karena itu; asmi—Aku adalah; loke—di dunia; vede—dalam kesusasteraan Veda; ca—dan; prathitaḥ—dimuliakan; puruṣa-uttamaḥ—sebagai Kepribadian Yang Paling Utama.
Terjemahan
Oleh karena Aku bersifat rohani, di luar yang dapat gagal dan yang tidak pernah gagal, dan oleh karena Aku adalah Yang Mahabesar, Aku dimuliakan, baik di dunia maupun dalam Veda, sebagai Kepribadian Yang Paling Utama itu.
Penjelasan
Tiada seorang pun dapat melampaui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna—baik roh yang terikat maupun roh yang sudah mencapai pembebasan. Karena itu, Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Mulia. Jelas di sini para makhluk hidup dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah individu. Perbedaannya ialah bahwa para makhluk hidup, baik dalam keadaan terikat maupun sesudah mencapai pembebasan, tidak dapat melampaui jumlah kekuatan yang tidak terhingga yang dimiliki oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang menganggap Tuhan Yang Maha Esa dan para makhluk hidup sejajar atau sama dalam segala hal, itu merupakan kekeliruan. Selalu ada soal lebih tinggi dan rendah antara Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan para makhluk hidup. Kata utama sangat bermakna. Tiada seorang pun yang dapat melampaui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Kata loke berarti dalam paurusa agama (Kitab-kitab smrti).” Sebagaimana dibenarkan dalam kamus Nirukti, lokyate vedartho ‘nena: Tujuan Veda dijelaskan oleh Kitab-kitab smrti.”
Tuhan Yang Maha Esa, dalam aspek Paramatma-Nya yang berada di tempat-tempat khusus, juga diuraikan dalam Veda sendiri. Ayat berikut tercantum dalam Veda (Chandogya Upanisad 8.12.3): tavad esa samprasado ‘smaccharirat samutthaya param jyotirupam sampadya svena rupenabhinispadyate sa uttamaḥ puruṣaḥ. Roh Yang Utama yang keluar dari badan masuk ke dalam brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi; kemudian dalam bentuk-Nya Beliau tetap dalam identitas rohani-Nya. Yang Mahakuasa itu disebut Kepribadian Yang Paling Utama.” Ini berarti bahwa Kepribadian Yang Paling Utama memperlihatkan dan memancarkan cahaya rohani-Nya, yang merupakan penerangan Yang Paling Utama. Kepribadian Yang Paling Utama juga mempunyai aspek di tempat-tempat khusus sebagai Paramatma. Beliau menjelmakan Diri-Nya sebagai putera Satyāvati dan Parasara dan menjelaskan pengetahuan Veda sebagai Vyasadeva.
15.19
yo mām evam asammūḍho
jānāti puruṣottamam
sa sarva-vid bhajati māḿ
sarva-bhāvena bhārata
yaḥ—siapa pun yang; mām—Aku; evam—demikian; asammūḍhaḥ—tanpa keragu-raguan; jānāti—mengetahui; puruṣa-uttama—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; saḥ—dia; sarva-vit—yang mengetahui segala sesuatunya; bhajati—berbhakti; mām—kepada-Ku; sarva-bhāvena—dalam segala hal; bhārata—wahai putera Bhārata.
Terjemahan
Siapa pun yang mengenal Aku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tanpa ragu-ragu, mengetahui segala sesuatu. Karena itu, ia sepenuhnya menekuni pengabdian suci bhakti kepada-Ku, wahai putera Bhārata.
Penjelasan
Ada banyak angan-angan filsafat mengenai kedudukan dasar para makhluk hidup dan Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama. Sekarang dalam ayat ini Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menerangkan dengan jelas bahwa siapa pun yang mengenal Sri Krishna sebagai Kepribadian Yang Paling Utama sungguh-sungguh mengetahui segala sesuatu. Orang yang mengetahui secara kurang sempurna terus-menerus berangan-angan tentang Kebenaran Mutlak, tetapi orang yang mengetahui secara sempurna langsung menekuni kesadaran Krishna, bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanpa memboroskan waktunya yang sangat berharga. Sepanjang Bhagavad-gita, kenyataan ini ditegaskan dalam setiap ayat. Namun banyak penyusun tafsiran Bhagavad-gita yang keras kepala yang menganggap Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama dan para makhluk hidup satu dan sama saja.
Pengetahuan Veda disebut sruti, yang berarti pelajaran dengan cara mendengar. Hendaknya seseorang sungguh-sungguh menerima amanat Veda dari para penguasa seperti Krishna dan para utusan-Nya. Di sini Krishna membedakan antara segala sesuatu dengan baik sekali, dan hendaknya seseorang mendengar dari sumber ini. Hanya mendengar seperti babi tidak cukup; seseorang harus dapat mengerti dari para penguasa. Tidak benar bahwa seseorang harus hanya berangan-angan secara kesarjanaan. Sebaiknya ia mendengar dengan tunduk hati dari Bhagavad-gita bahwa para makhluk hidup selalu di bawah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, siapa pun yang dapat mengerti kenyataan ini mengetahui tujuan Veda, orang lain tidak mengetahui tujuan Veda.
Kata bhajati sangat bermakna. Dalam banyak ayat kata bhajati diucapkan berhubungan dengan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang sepenuhnya menekuni kesadaran Krishna, yaitu bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, harus dimengerti bahwa dia sudah memahami segala pengetahuan Veda. Dalam parampara Vaisnava dinyatakan bahwa kalau seseorang menekuni bhakti kepada Krishna, proses kerohanian lain lagi untuk mengerti Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama tidak dibutuhkan. Ia sudah mencapai tingkat itu, sebab ia menekuni bhakti kepada Tuhan. Dia sudah menyelesaikan segala proses pendahuluan untuk mencapai pengertian. Akan tetapi, kalau seseorang berangan-angan selama beratus-ratus ribu penjelmaan tetapi masih belum mencapai pengertian bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan bahwa ia harus menyerahkan diri di sana, maka segala angan-angannya selama bertahun-tahun dan selama banyak penjelmaannya hanya menyia-nyiakan waktu dengan cara yang tidak berguna.
15.20
iti guhyatamaḿ śāstram
idam uktaḿ mayānagha
etad buddhvā buddhimān syāt
kṛta-kṛtyaś ca bhārata
iti—demikian; guhya-tamam—paling rahasia; śastram—Kitab Suci yang di wahyukan; idam—ini; uktam—diungkapkan; mayā—oleh-Ku; anagha—wahai yang tidak berdosa; etat—ini; buddhvā—mengerti; buddhi-mān—cerdas; syāt—seseorang menjadi; kṛta-kṛtyaḥ—yang paling sempurna dalam usaha-usahanya; ca—dan; bhārata—wahai putera Bhārata.
Terjemahan
Inilah bagian yang paling rahasia dari Kitab-kitab Veda, wahai yang tidak berdosa, dan sekarang bagian itu -Kuungkapkan. Siapapun yang mengerti ini akan menjadi bijaksana, dan usaha-usahanya akan mencapai kesempurnaan.
Penjelasan
Tuhan Yang Maha Esa menerangkan dengan jelas di sini bahwa inilah hakekat segala Kitab Suci yang diwahyukan. Hendaknya seseorang mengerti kenyataan ini sebagaimana diberikan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian ia akan menjadi cerdas dan sempurna dalam pengetahuan rohani. Dengan kata lain, mengerti filsafat tersebut dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti rohani kepada Beliau, semua orang dapat dibebaskan dari segala pencemaran sifat-sifat alam material. Pengabdian suci bhakti adalah proses pengertian rohani. Di mana pun ada bhakti, pencemaran material tidak dapat bertahan bersama bhakti itu. Bhakti kepada Tuhan dan Tuhan Sendiri adalah satu dan sama saja, sebab kedua-duanya bersifat rohani; bhakti dilakukan di bawah kekuasaan tenaga dalam dari Tuhan Yang Maha Esa. Dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah matahari, sedangkan kebodohan disebut kegelapan. Di mana pun ada matahari, tidak mungkin ada kegelapan. Karena itu, di mana pun ada bhakti yang dilakukan menurut bimbingan yang benar dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya, tidak mungkin ada kebodohan.
Semua orang harus membawa kesadaran tersebut tentang Krishna dan menekuni bhakti untuk menjadi cerdas dan disucikan. Kalau seseorang tidak mencapai kedudukan pengertian tentang Krishna dan menekuni bhakti, maka kecerdasannya belum sempurna, meskipun kecerdasannya tinggi sekali menurut perkiraan orang biasa.
Arjuna disapa dengan kata anagha, dan itu juga bermakna. Anagha, Wahai yang tidak berdosa,” berarti sulit sekali seseorang mengerti tentang Krishna kalau ia belum bebas dari segala reaksi dosa. Seseorang harus dibebaskan dari segala pencemaran, segala kegiatan yang berdosa, baru ia dapat mengerti. Tetapi bhakti sangat suci dan kuat sehingga sekali seseorang menekuni bhakti, dengan sendirinya ia mencapai tingkat pembebasan dari dosa.
Selama seseorang melaksanakan bhakti dalam pergaulan dengan para penyembah yang murni dalam kesadaran Krishna sepenuhnya, ada hal-hal tertentu yang perlu dihapus sama sekali. Hal paling penting yang harus diatasi ialah kelemahan hati. Jatuh untuk pertama kalinya disebabkan oleh keinginan untuk berkuasa di atas alam material. Karena itulah seseorang meninggalkan cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kelemahan hati kedua ialah bahwa begitu seseorang meningkatkan kecenderungan untuk berkuasa di atas alam material, ia menjadi terikat pada alam dan rasa memiliki alam. Masalah-masalah kehidupan disebabkan oleh kelemahan-kelemahan hati tersebut. Dalam bab ini, lima ayat pertama menguraikan proses membebaskan diri dari berbagai kelemahan hati tersebut, dan sisa bab ini, dari ayat enam sampai dengan ayat terakhir, membicarakan purusottamayoga.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Lima belas Srimad Bhagavad-gita perihal Yoga Berhubungan dengan Kepribadian Yang Paling Utama.”
Pura Pengubengan - Besakih Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui…
Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru Avir Vai nama devata, rtena-aste parivrta, tasya rupena-ime vrksah, harita…
Arya Kenceng Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan…
Pura Andakasa Pura Andakasa adalah pura Kahyangan Jagat, yang merupakan deretan pura utama yang ada…
Pura Pucak Bukit Sangkur Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur adalah ada Di Desa Pakraman Kembang…
Pura Luhur Besikalung Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan…